Berbelok ke politik, Asafri mengusung gagasan besar. Mengeliminasi kemiskinan di alam nyata. Biyadihi. Membangun kota dengan tangan.
————-
Disokong warga berlaga di Pilwako, membuat Asafri mesti berfikir keras. Ia tak ingin salah langkah. Keluarga–terutama istri dan anak-anak–, menjadi teman diskusi kala itu. Ada yang setuju ada pula yang tidak.
Tabir petunjuk terbuka seusai Asafri sholat istikhoroh pada suatu malam. Atas restu keluarga, Bismillah…Asafri mantap menyambut seruan warga.
“Ada satu cita-cita besar waktu itu, saya ingin terlibat langsung mengentas kemiskinan dan membuat perubahan. Tak cukup sebatas ceramah. Mesti masuk birokrasi dan berbuat. Merubah dengan tangan. Biyadihi. Ini yang mendorong saya menyambut dukungan warga,”jelas Asafri.
Semasa menjabat walikota, pria yang kini kerap disapa AJB itu bekerja dengan rasa curiosity. Mendalami segala kebutuhan warga. Maka, kali pertama menjabat, Asafri langsung mengumpulkan seluruh kepala dinas. Ia menggali dan memetakan kebutuhan pokok umat. Kebutuhan mendasar warga mesti segera terpenuhi.
Apa itu?
Misalnya jalan yang mulus. Ketersediaan air dan irigasi. Serta terpenuhinya pasokan listrik.
“Tiga hal pokok ini yang menjadi konsen utama saya. Bagaimana program pemerintah mesti menyentuh langsung kesejahteraan mereka. Bukan membangun gedung atau proyek lain,”ujarnya.
Di bidang lain, AJB konsen membangun kesadaran wirausaha alias enterpreneurship. Dari rumah ke rumah, dari kampung ke kampung, AJB berpeluh-keringat mendorong warga berbisnis.
Kenapa?
“Karena kita tak punya sumber daya alam. Kita tak punya batubara, tak punya tambang emas, tak punya kebun sawit, tak punya karet. Kita adalah kota dagang dan jasa. Maka, potensi wirausaha yang terus saya genjot. Kita tak punya pilihan,”kata AJB.
Mantan rektor UIN Jambi itu lantas mengutip pepatah bijak. “Kunci sukses adalah tahu potensi diri”.
AJB sadar, potensi utama Kota Sungai Penuh adalah perdagangan dan jasa. Ia merupakan ibu kota kabupaten Kerinci. Pusat berkumpulnya pemerintahan dan perdagangan. Sungai Penuh pun terhubung dan punya jejak historis dengan Sumatera Barat.
“Kepada warga, Saya terus menyadarkan hal ini. Ayo kita galakkan enterpreneurship. Inilah potensi kita. Siapa yang mau sukses, mesti aktif terlibat dalam perdagangan dan jasa,”ujar AJB.
Pelan tapi pasti. Dalam tujuh tahun terakhir, ekonomi warga tumbuh menggeliat. AJB tak kenal henti mendorong warga maupun perbankan membuka kerjasama permodalan.
“Saya anjurkan warga jangan jadi penonton. Kita tak punya pilihan lain kecuali itu,”kata AJB.
Berbagai prestasi, inovasi dan terobosan yang digagas AJB membuat Kota Sungai Penuh langganan penghargaan.
AJB misalnya, menerima sertifikat dari Kemenristekdikti RI, atas prestasi Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Kota dengan kinerja utama dalam penguatan SIDA Tahun 2018.
Kemudian, Kota Penuh sukses meraih pencapaian Indeks Desa Membangun (IDM) 10 besar Nasional, atas nama Desa Aur Duri, 4 Desa Mandiri dan 4 Desa Maju. Pencapaian tersebut menarik perhatian dan minat berbagai stake holder untuk menimba ilmu. Wajar, Wako AJB kerap didaulat menyampaikan paparan terkait strategi membangun desa.
Kota Sungai Penuh pun pernah mendapat penghargaan sebagai kota peduli Hak Asasi Manusia (HAM). Penghargaan tersebut langsung diserahkan Menteri Hukum dan HAM RI Yasonna H Laoly pada acara peringatan Hari Hak Asasi Manusia di Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta.
Gigih dan kerja keras menjadi kunci sukses AJB dalam membangun kota. Menyelami apa yang menjadi kebutuhan warga, membuat AJB makin dicintai. Ia menang mudah di periode kedua. Mendapat dukungan mutlak pada Pilwako jilid II.(*)
[AWIN]