Perebutan tahta nomor satu di Universitas Jambi (Unja) memanas ketika nama Gubernur Jambi ikut cawe-cawe. Dinilai offside.
————-
Johni Najwan semestinya beruntung ketika Gubernur Fachrori menerbitkan surat rekomendasi dukungan pada 5 September 2019 lalu. Tapi, gara-gara surat dukungan itu, Johni Najwan justru terancam buntung. Dukungan gubernur dinilai tak lazim.
Masalahnya, dalam surat tersebut, gubernur meminta Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi memberikan hak suaranya yang 35 % kepada Johni Najwan. Gubernur dinilai offside.
“Kalau mau ngasih dukungan, mestinya atas nama pribadi bukan mencatut jabatan gubernur. Karena jabatan gubernur tak boleh memihak,”ujar Dr Dedek Kusnadi, Pengamat Kebijakan Publik.
Haryadi, salah satu kandidat sempat memprotes sikap gubernur itu. Ia buru-buru menghampiri Fachrori ketika kunjungan kerja ke Kabupaten Kerinci, Jumat 6 September pekan lalu.
Mengenakan batik berkelir coklat Haryadi duduk semeja dengan Fachrori di Rumah Dinas Bupati Kerinci. Keduanya tampak berbincang serius. Dihadapan Haryadi–yang juga tokoh asal Kerinci itu–,Gubernur Fachrori membisikkan sesuatu. Ia turut mendukung langkah Haryadi menuju Unja 1. Fachrori mengklaim tidak berpihak pada satu orang.
“Intinya siapapun kandidat yang meminta dukungan akan diberikan pak Gubernur. Contoh Pak Hariyadi yang kebetulan juga ada agenda di Kerinci, beliau sowan ke pak Gubernur. Artinya tidak berpihak ke satu orang,” beber Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi Jambi, Johansyah.
Paul Miftah, orang dekat Gubernur Fachrori ikut mengklarifikasi ihwal surat kontroversial itu. Lewat postingan di akun FB-nya, Paul Miftah menulis begini.
“Siapa pun calon rektor universitas Jambi yang mau minta rekomendasi dari bapak gubernur rasanya tidak ada permasalahan. Karena mereka yang mencalonkan diri jadi rektor UNJA adalah putra-putra terbaik. Jadi kepada kawan-kawan semua mari berpikir jernih dan mari perjuangkan calon rektor UNJA yang anda dukung,”
Fauzi Syam, Mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jambi yang ditunjuk sebagai Ketua Panitia Pemilihan Rektor Unja tak mempermasalahkan surat itu. Ia meloloskan Johni Najwan beserta empat kandidat lain.
“Secara administrasi kelima bakal calon Rektor Unja tersebut memenuhi syarat,”ujar Fauzi Syam di sela-sela pencabutan nomor urut bakal calon rektor Unja, Selasa 10 September 2019.
Menurut Fauzi, berdasarkan peraturan Kemenristekdikti nomor 19 tahun 2019 dan Peraturan Senat Unja nomor 1 tahun 2019 tentang tata cara pemilihan Rektor Unja periode 2019-2024, ada 16 persyaratan yang harus dipenuhi balon rektor. Surat rekomendasi gubernur yang sempat kontroversial tak masuk dalam 16 prasyarat itu.
Dari 16 persyaratan tersebut, kata Fauzi, yang terpenting kandidat memiliki pengalaman manajerial. Syaratnya pernah menduduki jabatan sebagai ketua jurusan atau pejabat eselon 2A. Kemudian minimal berpendidikan doktor.
Selain itu, kandidat tidak pernah melakukan plagiat. Menyerahkan bukti laporan LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara). Dan tentunya sehat jasmani dan rohani serta bebas narkotika dengan bukti surat dari BNN.
Ada empat tahapan yang harus dilalui para kandidat nantinya. Setelah melewati proses penjaringan, mereka akan disaring lagi menjadi calon rektor.
“Yang dijadwalkan pada 30 September mendatang,” kata Fauzi.
Selanjutnya, tahap ketiga akan dilakukan pemilihan rektor Unja– menyesuaikan jadwal menteri. Tapi, panitia merencanakan pemilihan rektor pada 30 November 2019. Kandidat nantinya akan memperebutkan 59 suara senat. Tahap akhir, Menteri akan memberikan hak suaranya sebesar 35%. Peraih suara tertinggi akan dilantik menjadi rektor.
Lima bakal calon rektor Unja yang telah melakukan pendaftaran dan mengikuti tahapan penjaringan di antaranya :
- Johni Najwan, SH, MH, Ph.D selaku petahana (Nomor urut 4)
- Sauri L, SH, MH, (Nomor urut 1)
- Dr. Sutrisno, M.Sc, (Nomor urut 3)
- Elita Rahmi, SH, MH (Nomor urut 2)
- Dr.Hariyadi MMS. (Nomor urut 5)
Dilain waktu, Gubernur Fachrori mengklaim siap menerbitkan rekomendasi kepada siapa saja kandidat yang memintanya. Itu sebagai petunjuk bahwa Fachrori tidak memihak ke salah satu kandidat.
[AWIN]