Politik Klanisasi PAN di Batanghari
Sikap politik Sofia, istri mendiang Abdul Fattah membotot perhatian publik. Baru kali ini terjadi, jabatan Ketua DPD PAN Kabupaten Batanghari diwarisi dari anak, turun ke ayah dan berlanjut ke Istri. Sulit dipercaya. Tapi begitulah fakta yang terjadi. Sofia melanjutkan politik klanisasi PAN di Batanghari.
————————–
SELASA malam lalu 12 Februari 2019, DPW PAN Provinsi Jambi membuat kejutan. Sofia Joesoef, istri mendiang Abdul Fattah, ditunjuk menahkodai DPD PAN Batanghari. Tidak ada gejolak. Tidak ada pertentangan. SK pengangkatan Sofia terbit hanya beberapa pekan pasca suaminya mangkat.
Perjalanan Sofia menuju kursi nomor satu di PAN Batanghari berlangsung mulus. Wakil Bupati Batanghari itu melenggang tanpa harus melewati prosedur partai yang berbelit, misalnya Musdalub. Meskipun Musdalub merupakan SOP internal PAN untuk proses pergantian pimpinan partai.
Musdalub tak berlaku bagi Sofia. Penunjukkan Sofia langsung turun dari DPW PAN Provinsi Jambi.
Sekretaris DPW PAN Husaini menyebutkan Sofia ditunjuk berdasarkan permintaan DPC-DPC di Batanghari. Mengingat masa Pileg semakin mepet. Sehingga tidak ada waktu lagi untuk proses Musdalub. Akhirnya DPW mengambil inisiatif langsung menerbitkan SK Ketua Defenitif untuk Sofia.
“SK sudah diserahkan,” kata Husaini.
Ditangan Sofia, Husaini amat yakin PAN Batanghari menang Pemilu 2019.
“Semoga apa yang kita cita-citakan bisa tercapai dengan memenangkan Pemilu 2019 nanti,” katanya.
Kebijakan PAN menunjuk Sofia tanpa melalui proses Musdalub bukan hal aneh. Dulu, Abdul Fattah juga melenggang menjadi Ketua DPD PAN Batanghari tanpa proses panjang. Ia ditunjuk DPW PAN untuk menggantikan anak kandungnya, Hafiz yang tersandung kasus Narkoba. Inilah satu-satunya, pimpinan parpol yang diwariskan langsung dari anak ke bapak dan lanjut ke emak.
“Benar, untuk ketua DPD PAN Batanghari dijabat ibu Sofia Fattah,” ujar Sasmi Irawan, Sekretaris DPD PAN Batanghari.
Namun sayang, Sofia Fattah belum berani buka-bukaan ke Publik. Sifa belum mengumumkan secara langsung jabatan barunya itu. Tentulah publik menanti-nanti, apa visi dan misi Sofia selama di PAN. Mengapa harus PAN?
Pertanyaan-pertanyaan itu mesti dijawab langsung oleh Sofia. Karena dialah orang yang paling tepat menyampaikan ke publik.
Sofia tergolong baru di parpol. Tapi, dia cukup lama di politik. Sofia memamah ilmu politik sejak mendampingi suaminya selama dua periode menjadi Bupati Batanghari. Dari situlah, Sofia belajar tentang apa dan bagaimana seluk beluk dunia politik.
Sebenarnya Sofia bukan kader murni PAN. Ia dulunya adalah fungsionaris Partai Demokrat (PD). Suaminya, Abdul Fattah pernah menjabat Ketua Demokrat Batanghari.
Ketika Pilkada Batanghari 2015 lalu, Sofia memutuskan maju berpasangan dengan Syahirsah, rival berat suaminya. Sofia maju mendapat dukungan dari Partai Demokrat. Justru, rival Sofia saat itu adalah Ketua DPD PAN Batanghari, Sinwan.
Roda memang berputar. Bukannya membesarkan demokrat, begitu ada peluang Sofia langsung loncat ke PAN.
Momentumnya tepat. Sebab PAN baru saja kehilangan pimpinannya, yang tak lain adalah suaminya sendiri. Jadi, Sofia merasa perlu mengambil tanggungjawab itu. Demi meneruskan cita-cita suaminya itu, untuk membesarkan PAN.
Dalam konteks politik, kekuasaan yang didapat Sofia itu berasal dari modal simbolik. Demikian menurut Pengamat Politik Dr Jafar Ahmad kepada Jambi Link.
Dr Jafar menjelaskan, modal simbolik diperoleh Sofia berasal dari suaminya. Yang mantan Bupati Dua Periode dan mantan Ketua Partai Demokrat Batanghari. Ketokohan Fattah menjadi simbol penting bagi Sofia. Singkatnya, Sofia memperoleh kekuasaan berkat modal simbolik dari Fattah.
Teori modal simbolik itu, kata Jafar, berasal dari Bourdieu. Menurutnya, Bourdieu membagi modal menjadi empat macam, yakni; modal ekonomi, modal sosial, modal kultural, dan modal simbolik.
Modal simbolik, lanjutnya, merupakan modal yang menghasilkan kekuasaan simbolik.
Termasuk dalam modal simbolik adalah keturunan langsung dari pemimpin besar yang pernah memiliki pengaruh.
“Nah, dalam konteks Sofia Fattah itu, ia memperoleh modal simbolik karena merupakan istri dari tokoh berpengaruh di Batanghari,” ujarnya.
Fattah memiliki modal simbolik yang cukup kuat. Dia adalah mantan Bupati dua periode. Mampukah Sofia melanggengkan kekuasaannya dengan mengandalkan pengaruh figur mendiang suaminya?
“Tergantung. Sejauh mana Sofia mampu mengkapitalisasi diri dan mengkonstruksi perilaku memilih masyarakat. Berapa penelitian menyebutkan, faktor dominan mengkonstruksi perilaku memilih masyarakat adalah pengaruh figur,” katanya. (*)