Jambi – Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Jambi menghadapi tantangan dalam mencari petani yang bersedia melakukan peremajaan kebun karet. Agusrizal, Kepala Disbun Provinsi Jambi, mengungkapkan bahwa saat ini sangat sulit menemukan petani yang ingin melakukan peremajaan kebun karet karena mayoritas petani lebih memilih beralih ke perkebunan kelapa sawit.
“Kita sudah berusaha melalui program peremajaan untuk komoditi karet. Namun, saat ini, sangat sulit mendapatkan petani yang ingin diremajakan karetnya, karena petani lebih memilih pindah dari karet ke sawit,” ujar Agusrizal.
Agusrizal menekankan pentingnya peran pemerintah daerah dalam mendukung program peremajaan kebun karet dengan memberikan insentif kepada petani untuk melakukan peremajaan pada pohon karet yang tidak lagi produktif.
“Ini juga membutuhkan peran dari Pemda,” tambahnya.
Selain itu, Disbun Provinsi Jambi juga melanjutkan program pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB) untuk membantu petani yang ingin membuka lahan tanpa menggunakan metode pembakaran.
“Kita memberikan bantuan untuk land clearingnya. Program PLTB tahun lalu menyasar ke 400 hektare dengan komoditi sawit dan kayu manis,” ungkapnya.
Meskipun begitu, tahun ini terjadi penurunan kuota lahan yang tersedia untuk program PLTB karena anggarannya berkurang akibat dialihkan ke anggaran Pemilu.
“Yang usulkan banyak. Tapi untuk tahun ini, calon penerima sudah ada di wilayah Sarolangun, Merangin, Muaro Jambi, dan Batanghari,” jelasnya.
Perlu dicatat bahwa luas perkebunan karet di Provinsi Jambi terus menurun dalam beberapa tahun terakhir karena banyak petani yang beralih ke perkebunan kelapa sawit. Dari total 670 ribu hektare lahan karet yang ada, saat ini hanya tersisa 600 ribu hektare. Fenomena ini dipicu oleh keuntungan yang lebih besar yang diperoleh dari bisnis perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan harga komoditi karet yang stabil.(*)