Oleh Reinhadt Porman Antonio
“Entah bagaimana tertjapainja persatuan itu; entah pula bagaimana rupanja persatuan itu; akan tetapi tetaplah bahwa; kapal jang membawa kita ke Indonesia-Merdeka itu, jalah Kapal-Persatuan adanja!“(Dibawah Bendera Revolusi Jilid I: hal 2).
Ir. Sukarno, akrab disapa Bung Karno siapa yang tak mengenal beliau adalah Proklamator Indonesia sekaligus Presiden pertama negri ini bersama Bung Hatta. Keduanya dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Dikenal dengan kepiawaiannya dalam berpidato alhasil membakar semangat persatuan bangsa Indonesia era nya melawan kolonialisme dan imperialisme yang menggerogoti bangsa ini hingga mencapai kemerdekaan. Tak hanya itu, kewibawaan beliau membuat beberapa tokoh dunia segan terhadapnya. Memiliki kharisma yang berhasil memikat hati wanita cantik dalam maupun luar negri dimasanya.
Tepat pada hari ini merupakan momentum hari lahir Bung Karno, beliau dilahirkan tepatnya pada tanggal 6 Juni 1901 memiliki nama lahir Koesno Sosrodihardjo. Dilahirkan dari rahim ibu seorang keturunan bangsawan kasta Brahmana, sebut saja ibu Bung Karno adalah Idayu Nyoman Rai kelahiran Bali. Ayah Bung Karno merupakan keturunan Jawa memiliki nama lengkap Raden Sukemi Sosrodiharjo. Dalam kebudayaan Jawa Raden merupakan gelar kebangsawanan. Dan ayah Bung Karno berasal dari keturunan bangsawan. Tak heran kepiawaiannya dalam memimpin dan kharisma nya tampak seperti cerminan keturunan bangsawan. Meskipun begitu, Bung Karno ditempa oleh kehidupan sederhana dan hiruk pikuk penghisapan bangsa lain kemudian menghantarkannya sebagai bapak proklamator kemerdekaan negara ini. Suatu tokoh yang penuh panutan mewarisi peradaban bangsa ini.
Napak Tilas Sang Orator Ulung
Surabaya merupakan kota bersejarah bagi perjalanan hidup dan politik Bung Karno, dimulai dari mengenyam pendidikan di HBS (Hogere Burger School) Surabaya pada tahun 1915-1920. Kemandirian Bung Karno telah ditanamkan orangtuanya dimulai sejak usia belasan tahun, sewaktu sekolah beliau telah indekos dirumah bapak H.O.S Cokroaminoto merupakansalah satu pemimpin organisasi pertama di Indonesia, yakni Sarekat Islam. Terpengaruh oleh sosok pemimpin organisasi pergerakan terbesar masanya, diam-diam Bung Karno mengangumi Pak Cokro yang secara tidak langsung menggembleng dunia pemikirannya. “ Umar Said Cokroaminoto berusia 33 tahun ketika aku datang di Surabaya. Pak Cokro mengajarku tentang apa dan siapa dia, bukan tentang apa yang dia ketahui ataupun tentang apa ataupun tentang akan menjadi apa aku di masa depan. Sebagai seorang tokoh yang memiliki daya cipta dan cita-cita tinggi, seorang pejuang yang mencintai tanah tumpah darahnya, Pak Cokro adalah idolaku “ (Penyambung Lidah Rakyat; hal 46). Sebagai pemimpin organisasi terbesar masanya, Pak Cokro tentu bergulat dengan banyak koleksi buku. Dan buku tersebut dicekoki kepada Bung Karno. Diakuinya dalam berbagai refrensi, Pak Cokro menggembleng pemikiran Bung Karno dengan memberikan berbagai koleksi bukunya. Tak hanya itu, Buk Cokro turut memberikan sumbangsi dalam pembentukan karakter Bung Karno dengan aturan-aturan rumah sewaktu tinggal bersama. Meski diawal kedatangan nya ke Surabaya beliau tak nyaman akan suasana kota tersebut, lambat laun beliau menyebut kota tersebut adalah kota revolusioner. Tempat berkembangnya peradaban dan para pejuang-pejuang intelektual.
Ditempa oleh lingkungan yang sederhana dan nuansa intelektual, Bung Karno menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Untuk bermain dengan teman sebaya nya Bung Karno terbatasi oleh kelas sosial antara keturunan inlander dengan anak keturunan Belanda. Meskipun begitu, beliau tetap dapat berinteraksi secara baik dibangku sekolahnya yang di dominasi oleh ketururan hidung mancung. Dalam buku Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams menerangkan. Oleh karena kebiasaan nya, Bung Karno terbuai akan dunia pemikiran dan konsepsi akan suatu bangsa. Melalui berbagai buku yang di lahapnya, Bung Karno dapat berkomunikasi satu arah dengan berbagai tokoh dunia. Dimulai dari menggali pengetahuan akan public speaking nya beliau mendapatkkannya dari buku Thomas Jefferson memuat tentang Declaration of Independence yang ditulis pada tahun 1776. Kemudian ketangguhan dan jiwa revolusionernya turut dipengaruhi oleh buku Paul Revere, pengrajin perak yang merupakan patriot dalam revolusi Amerika masanya. Beliau turut mengulas misteri Abraham Lincoln dari sebuah buku, yang merupakan Presiden ke-16 Amerika Serikat menjabat 4 Maret 1861 hingga wafat karena pembunuhannya. Dalam fantasi pemikirannya, Bung Karno juga bercakap-cakap buku dengan Perdana Menteri Gladstone dari Britania, dari italia Mazzini seorang tokoh aktivis jurnalis negara Italia pada tahun 1800an, pemikir dari Austria yang terkenal akan karyanya menemukan jalan ketiga sosialisme demokratis yakni, Otto Bauer. Kemudian Bung Karno menganalisa pergolakan kelas yang terjadi di Indonesia dengan membaca buku Karl Marx, Friedrich Engels dan Lenin dimasanya. Beliau mumpuni berpidato didepan ribuan massa aksi dimulai dengan belajar dari Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Prancis dari sebuah buku. Bagi bung Karno buku tak hanya seperti cemilan, melainkan sebuah makanan pokok yang harus dikonsumsinya setiap hari. Meskipun keadaan kamar kosnya tak memiliki jendela dan penerangan yang memadai tidak menutup semangat literasinya. Alhasil selain piawai dalam berpidato beliau mumpuni dalam hal menulis, dengan bukunya Dibawah Bendera Revolusi.
Nasionalisme
Bagi Bung Karno persatuan merupakan nafas utama dalam meraih sebuah kemerdekaan terbebas dari belenggu penghisapan bangsa lain dimasa kolonialisme dan imperialisme. Menurutnya, bangsa adalah persatuan yang terjadi atas persatuan ihwal atau tujuan yang telah dijalani bangsa tersebut. Nasionalisme mengakar kepada itikad bahwa rakyat terdiri atas satu golongan yakni “Bangsa”. Tak perduli dari elemen merah,hijau,kuning,biru dan sebagainya dalam konsep nasionalisme Bung Karno segala element masyarakat mutlak merupakan satu kesatuan yang disebut bangsa. Memiliki sikap terbuka antar berbagai paham maupun konsepsi argumentasi. Bagi Bung Karno, kebangkitan suatu bangsa didapat atas terciptanya kepercayaan diri bangsa tersebut. Adanya suatu self reliance dan penggabungan dalam mencapai suatu tujuan. Menurutnya, kepercayaan diri sebuah bangsa yang berimplikasi sebuah kemajuan adalah semangat nasionalisme. Memiliki rasa segolongan,persahabatan, dan persamaan nasib tanpa memandang asal-usul Suku, Ras maupun Agama. Artinya nasionalisme secara luas dapat diartikan sebagai pedoman pergaulan hidup yang menciptakan suatu tatanan masyarakat bersifat terbuka, harmonis dan tenteram.
Selamat ulang tahun Bung, semoga api perjuanganmu dan semangat persatuan yang telah diwariskan kepada bangsa ini tetap terjaga secara utuh. Bhinneka Tunggal Ika. (***)
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Jambi dan Kader GMNI Jambi