Oleh Jeri Pradinata
BILA saya membahas ‘mahasiswa’ pasti terbayang di benak pembaca bahwa mahasiswa itu sekelompok kaum elit yang berintelektual, berdaya saing, bermutu tinggi, berani, perantau sampai dengan sahabat karib kaum-kaum yang tertindas ataupun kaum lemah.
Saya yakin di paragraf pertama yang saya tuliskan sebagian besar pembaca tidak setuju dengan pendapat saya diatas, bahkan mungkin pembaca memiliki ragam ekspresi yang berbeda-beda ada yang terheran-heran, ada yang terkejut, ada yang sepakat dan ada yang tidak bakan ada yang tertawa terbahak-bahak.
Saat ini, saya meyakini bahwa mahasiswa hampir-hampir tidak layak lagi disebut sebagai mahasiswa. Kenapa mahasiswa tidak layak disebut mahasiswa lagi? Apa kata dunia bila mahasiswa tidak layak dipanggil, disebut dan disanjung sebagai mahasiswa?
Dalam hasil tinjauan saya di Universitas Jambi, di Fakultas Teknologi Pertanian, saya melihat situasi dan kondisi terkini mahasiswa. Dari penglihatan saya ini bisa saya simpulkan bahwa kemunduran tengah terjadi di tubuh mahasiswa saat ini. Masalahnya, banyak mahasiswa Sekarang ini tidak memperdulikan politik yang tengah memanas di Indonesia, mereka hanya acuh tak acuh saja terhadap politik tidak adalagi rasa pengubah dalam diri mereka. Memang fakultas saya ini bukan fakultas politik, tapi itu semua bukan sebagai alasan kita untuk tidak memperdulikan politik. Dan seharusnya mahasiswa itu tidak cukup kalau hanya menjadi praktisi intelektual akademisi yang hanya duduk sambil mendengarkan dosen didalam perkuliahan, hanya berkutat pada dunia perkuliahan, mahasiswa harus berperan dalam agen perubahan yang terjadi disekitarnya, bukan hanya mendengar, mencatat, lalu pulang, makan dan tidur dengan nyaman, sedangkan diluar sana sedang ada kericuhan. Kalau mahasiswa hanya diam saja tidak memperdulikan yang terjadi diluar sana itu bukan mahasiswa namanya kawan. Dan sangat tidak pantas lagi mahasiswa disebut sebagai agen perubahan kalau mereka hanya berdiam diri tanpa melakukan apa-apa.
Kalau didalam diri mahasiswa tidak ada rasa ingin memperdulikan politik atau apatis terhadap politik, bisa-bisa kita akan tertipu oleh para Politisi berdasi sehingga mereka mampu dalam mempermainkan drama kebohongan menjadi kebenaran, sehingga kita tertipu oleh penjelasan yang penuh kepalsuan.
Generasi muda saat ini seringkali dianggap sebagai kelompok masyarakat yang paling tidak peduli dengan persoalan politik. Mereka juga dianggap kerap mengalami putus hubungan dengan komunitasnya, tidak berminat pada proses politik, serta memiliki Tingkat kepercayaan yang rendah pada politisi serta sinis terhadap lembaga politik dan pemerintahan. (Pirie dan Worcester, 1998; Haste dan Hogan,2006).
Seharusnya politik itu sebagai seni untuk mengeluarkan gagasan dalam mempertahankan kebijakan dan sebagai alat untuk mewujudkan kebahagiaan banyak orang, bukan menjadikan politik sebagai alat ujaran kebencian seperti saat ini. Mereka sibuk mencari kesalahan-kesalahan lawan dan menganggap dirinya paling benar itulah politik saat ini.
Kita sebagai mahasiswa saat ini harus tahu bahwa politik bukan sepenuhnya dijalankan oleh pemerintah. Karena politik ini merupakan bagian dari negara, maka dari itu siapapun yang berada dalam negara harus ikut serta didalamnya, terutama kita sebagai mahasiswa.
Karena apabila terjadi kesalahan politik yang tidak dilakukan dengan benar maka pasti akan terjadi permasalahan yang cukup besar, maka dari itu peran kita sebagai mahasiswa sangat dibutuhkan. Seorang pemikir, pengagas, pengkritik, pengabdi dan pemberi solusi dimanapun kita berada.
Mahasiswa di dunia politik benar-benar sangat dibutuhkan sekali pemikiran dan pendapat perpolitikan, karena seorang mahasiswa tidak memiliki jabatan di pemerintahan sehingga ada kemampuan untuk dapat melihat dari perspektif yang berbeda tentang kesalahan yang terjadi dalam dunia perpolitikan.
Namun saat ini sedikit mahasiswa yang ikut berperan dalam memberikan kritik dan melontangkan suaranya untuk didengar oleh pemerintah. Karena ini semua disebabkan oleh pemikiran yang apatis terhadap dunia politik, bahwa politik itu kejam, politik itu tidak adil dan lain-lain, itulah sebagian yang menjadi dasar dan mengakibatkan mahasiswa tidak peduli terhadap politik.
Bahkan mahasiswa saat ini tidak begitu keritis lagi seperti dulu, karena mereka saat ini terlalu nyaman dengan zona mereka sendiri. Mahasiswa sekarang telah diberikan kemewahan tempat tinggal dan kehidupan yang foya-foya sehingga mereka melupakan identitas mereka sendiri, mereka lupa bahwa mereka punya sejarah dalam merubah negara.
Mahasiswa sejatinya sebagi agen kontrol, yang melakukan pengawasan, pengabdian, penyampaian pendapat masyarakat. Mahasiswa harus peduli terhadap politik dan jangan apatis terhadap politik, karena sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa banyak memberikan dampak terhadap dunia politik, terutama politik pemerintahan.
Maka dari itu kita sebagai mahasiswa harus sadar bahwa kita ini agen perubahan, agen kontrol dan agen sosial. Mahasiswa adalah pengagas, pengabdi dan penyampai lidah masyarakat. Dan kita mahasiswa juga merupakan salah satu harapan masyarakat untuk hidup tentram dan damai tanpa penindasan dari politik. Saat ini juga kita harus berpikir jika kita diam sebagai mahasiswa tak memperdulikan maka yang akan terjadi adalah hak-hak masyarakat akan diabaikan
*) Penulis adalah Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jambi