JAMBI – Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Jambi Sutan Adil Hendra (SAH) mengatakan pernyataan Prabowo Subianto tentang kasus kurang gizi jangan disamakan dengan masalah gizi buruk atau kelaparan, karena masalah kurang gizi ini menjadi masalah di semua tingkatan sosial ekonomi yang perlu dicarikan solusinya.
Menurut SAH, masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Dari kurang gizi hingga busung lapar, dimana keduanya merupakan kasus yang berbeda.
“Masyarakat terhenyak saat berita mengenai kurang gizi, padahal ini berbeda dengan kasus gizi buruk ataupun busung lapar yang menimpa anak-anak di tanah air dan marak mengisi media massa.”
Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat, jelasnya.
Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Fenomena inilah yang disampaikan Bapak Prabowo Subianto sebagai anak bangsa yang prihatin akan kondisi. Bahwa banyak kasus kurang gizi yang di alami anak – anak, bukan gizi buruk ataupun busung lapar, inilah bukti keberpihakan beliau pada nasib bangsa, tandasnya. (*)