Oleh:
* Dr Jafar Ahmad
Keluarnya dukungan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk pasangan Al Haris dan Abdullah Sani untuk pemilihan gubernur Jambi yang akan digelar November mendatang semakin memperkokoh posisi pasangan ini sebagai kandidat satu-satunya yang sudah memiliki kepastian untuk bertarung nanti. Dukungan ini menegaskan bahwa Haris dan Sani saat ini terlihat akan melaju mulus dalam proses kontestasi. Kita tinggal menunggu Partai Golkar untuk mengetahui apakah pasangan ini akan mendapat lawan tanding atau justru melawan kotak kosong.
Jika pada akhirnya pasangan Haris-Sani harus melawan kotak kosong, peluang mereka untuk menang menjadi sangat besar.
Dukungan politik dari seluruh partai pun akan mengalir dengan baik, mengingat performa keduanya selama lima tahun terakhir cukup impresif. Tidak seperti kebanyakan pasangan kepala daerah lainnya di Indonesia yang sering terlibat dalam pertikaian, duet Haris dan Sani mampu menjaga kekompakan dan harmonisasi dalam menjalankan pemerintahan. Tidak sedikit pasangan kepala daerah harus pisah jalan bahkan sebelum satu tahun menjabat.
Boleh jadi fenomena Jambi ini menunjukan bahwa pasangan ini mampu mengelola ritme dinamika di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan relatif baik. Jika mereka benar-benar memenangkan pilkada nanti, pasangan ini patut diakui telah berhasil mencuri hati rakyat Jambi. Mereka tidak hanya menunjukkan kinerja yang solid, tetapi juga mampu menjaga stabilitas politik di tingkat daerah.
Menurut Huntington (1968), stabilitas politik adalah kemampuan pemerintah untuk mempertahankan ketertiban dan menyelesaikan masalah-masalah tanpa terjadi kekacauan besar. Stabilitas ini sering kali menjadi faktor penentu dalam keberhasilan kebijakan publik dan pelaksanaan program pembangunan. Dalam konteks Jambi, jika stabilitas politik nanti terus seperti saat ini, itu merupakan indikator penting dari kepemimpinan yang efektif dan kolaboratif.
Teori kepemimpinan kolaboratif, seperti yang dikemukakan oleh Vangen dan Huxham (2003), menyatakan bahwa keberhasilan pemerintahan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin, tetapi juga oleh kemampuan untuk bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk wakil, anggota dewan, dan masyarakat. Kepemimpinan kolaboratif ini kita harapkan kolaborasi yang substantif, tidak hanya formaistik dalam kepemimpinan Haris dan Sani.
Namun, kita masih harus menunggu beberapa hari ke depan hingga pendaftaran calon resmi dibuka. Apakah akan ada kejutan dari partai-partai lain? Ataukah sesuai prediksi banyak orang, Haris dan Sani akan melenggang tanpa perlawanan berarti? Semua masih mungkin terjadi. Yang jelas, dinamika politik di Jambi menjelang pilgub ini semakin menarik untuk disimak.
Sebagai pengamat politik, saya melihat bahwa dukungan partai politik pada pasangan Haris-Sani bukanlah semata-mata karena tidak adanya lawan yang kuat, tetapi juga karena keberhasilan mereka dalam membangun kolabarasi politik yang tepat. Mereka mampu menunjukkan bahwa dengan kerja sama yang baik, pasangan gubernur dan wakil gubernur bisa bekerja harmonis untuk memajukan daerah tanpa harus terlibat dalam konflik yang merugikan.
Selain itu, teori komunikasi politik seperti yang dijelaskan oleh McNair (2011) juga berperan penting dalam kesuksesan semua pemimpin, termasuk di Jambi tentunya. Komunikasi politik yang efektif memungkinkan pemimpin untuk menyampaikan visi dan misi mereka secara jelas kepada masyarakat, membangun kepercayaan, dan menggalang dukungan. Haris dan Sani tampaknya, sejauh ini, memang sudah memanfaatkan strategi ini.
Mari kita tunggu perkembangan selanjutnya. Apakah ada kejutan yang akan muncul, ataukah proses ini akan berjalan sesuai dengan prediksi awal (melawan kotak kosong)? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
*Penulis adalah Akademisi IAIN Kerinci – Pengamat Politik