Di sebuah sudut Jambi, ketika remang malam mulai menggelap, sebuah kedai sate bernama Sate Eddy Mayang menyala cerah.
Di salah satu meja, tertawa lepas, terduduk seorang pria berkarisma, Haji Abdul Rahman.
Calon walikota Jambi ini dikenal dengan gaya santainya, yang membuatnya begitu dekat dengan masyarakat. Malam ini, ia tak sendiri.
Sambil menikmati tusukan-tusukan sate yang beraroma sedap, Haji Rahman – atau yang kerap disapa HAR – dikelilingi oleh para koleganya.
Ada nama-nama yang sebelumnya begitu akrab dengan pemerintahan walikota Jambi dua periode, Syarif Fasha.
Rahman Dilla, Jauhari, Hamdani, mereka adalah bagian dari tim inti Fasha kala itu. Kini, mereka bersatu, bahu-membahu mendukung HAR untuk menduduki kursi walikota.
Mereka bercengkerama, bercerita tentang masa lalu, rencana masa depan, hingga anekdot-anekdot lucu yang tak pernah hilang dari obrolan santai malam itu.
Namun, kedai sate Eddy Mayang milik Iqbal Saputra itu tak hanya dihuni oleh mereka.
Di meja sebelah, terlihat sosok Asnawi, ketua partai Demokrat Muaro Jambi. Tak jauh dari Asnawi, ada juga Rusdi, salah satu anggota DPRD provinsi Jambi.
Meskipun berbeda afiliasi politik dengan HAR yang berasal dari Nasdem, suasana akrab dan hangat tetap terjalin di antara mereka.
Kedai Eddy Mayang malam itu bagaikan miniatur dari dunia politik Jambi; beragam, namun tetap menyatu dalam semangat kebersamaan.
Di tengah semilir angin malam dan aroma sate yang menggugah selera, HAR dan rekan-rekannya menunjukkan bahwa politik bisa didekati dengan cara yang santai dan penuh keakraban.(*)