TANJUNG JABUNG BARAT – Menjelang Pilkada 2024, Bupati Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar), Anwar Sadat, mengumumkan kesiapannya untuk maju kembali mencalonkan diri. Namun, berbeda dari periode sebelumnya, Sadat kemungkinan besar tidak akan berpasangan dengan wakilnya saat ini, Hairan, yang juga telah menyatakan niat untuk maju sebagai calon bupati.
Anwar Sadat, yang juga menjabat sebagai ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Kabupaten Tanjabbar, telah memulai langkah strategis dengan menjalin komunikasi dengan beberapa partai politik lain untuk membangun koalisi. Langkah ini diambil mengingat PAN hanya berhasil memperoleh enam kursi di DPRD Tanjabbar, jumlah yang belum memenuhi syarat untuk mengusung pasangan calon secara independen di Pilkada mendatang.
Pada Senin (23/4), Sadat telah mengambil langkah konkret dengan mengambil formulir pendaftaran pada penjaringan calon kepala daerah yang diselenggarakan oleh Partai Demokrat.
“Mudah-mudahan partai lain yang sudah ada komunikasi dengan kita akan memberikan dukungan,” ujar Sadat kepada media.
Anwar Sadat menambahkan, dia siap mengikuti semua mekanisme yang berlaku di partai politik lain sebagai bagian dari proses penjaringan calon kepala daerah. Dengan langkah ini, Sadat berharap bisa mendapatkan dukungan resmi dari partai yang bersangkutan.
“Harapan kita setelah kita mengambil formulir ini mudah-mudahan memang betul-betul dapat mengusung kita secara langsung,” ungkap Sadat.
Situasi politik di Tanjabbar semakin dinamis dengan munculnya Hairan sebagai calon bupati yang potensial dari Partai NasDem, yang sebelumnya merupakan wakil dari Sadat. Konstelasi politik ini menandai periode baru dalam dinamika lokal menjelang Pilkada, menunjukkan adanya perubahan aliansi dan strategi di antara tokoh-tokoh politik utama di daerah tersebut.(*)
ANALISIS
Analisis Situasi Politik Tanjung Jabung Barat Menjelang Pilkada 2024
1. Dinamika Internal Kepemimpinan:
- Kandidatur Anwar Sadat: Sadat memutuskan untuk maju kembali sebagai Bupati Tanjung Jabung Barat. Ini menunjukkan keinginannya untuk mempertahankan pengaruh politik dan meneruskan kebijakan yang telah ia jalankan.
- Pisah dengan Wakilnya: Fakta bahwa Sadat tidak akan berpasangan lagi dengan wakilnya, Hairan, menandai perubahan strategi signifikan. Ini bisa jadi karena berbagai alasan, seperti perbedaan visi politik atau taktik untuk menarik segmen pemilih yang berbeda.
2. Strategi Pembentukan Koalisi:
- Keterbatasan Kursi PAN: Dengan hanya memegang enam kursi di DPRD, PAN di bawah kepemimpinan Sadat tidak memiliki cukup kursi untuk mengusung calon secara independen. Ini memaksa Sadat untuk mencari dukungan dari partai lain.
- Pengambilan Formulir dari Partai Demokrat: Langkah ini menunjukkan upaya Sadat untuk mengamankan dukungan lintas partai, yang juga mengindikasikan bahwa ia mungkin terbuka untuk kompromi kebijakan atau konsepsi bersama dengan partai lain.
3. Potensi Pesaing:
- Kandidatur Hairan: Emergensinya Hairan sebagai calon bupati dari Partai NasDem, yang sebelumnya adalah wakil Sadat, memperumit dinamika politik. Ini bisa menarik sebagian pemilih yang sebelumnya mendukung duet Sadat-Hairan, mengakibatkan pemisahan suara yang bisa menguntungkan kandidat lain.
4. Implikasi untuk Pilkada:
- Perubahan Aliansi dan Dampaknya: Aliansi politik yang berubah ini dapat mempengaruhi basis dukungan Sadat dan Hairan, serta mempengaruhi distribusi suara antar kandidat.
- Strategi Kampanye dan Komunikasi Politik: Kedua kandidat perlu mengkomunikasikan visi dan kebijakan mereka secara efektif untuk menarik dukungan. Bagaimana mereka berinteraksi dengan partai lain dan menanggapi kebutuhan pemilih akan sangat mempengaruhi hasil Pilkada.(*)