Oleh Erman Episabri
SEPAKBOLA merupakan cabang olahraga yang paling diminati di dunia beberapa dekade terakhir, hal ini dibuktikan dengan banyaknya atlit yang berlomba-lomba meniti karier di Sepakbola dengan tujuan untuk mengharumkan nama bangsa. Tak terlepas di Indonesia, Sepakbola memang sudah menjadi bagian yang tidak bisa terlepaskan dari seluruh rakyat Indonesia, ada yang mengatakan sebagai hiburan rakyat dan ada pula yang mengatakan sebagai ajang pemersatu bangsa.
Dibuktikan dengan fanatisme penonton ketika diadakan pertandingan-pertandingan baik liga di tanah air mau pun ketika timnas bermain. Berbagai suka, duka, telah menyelimuti seluruh pemain dan rakyat Indonesia katika menang dan kalah selalu menghampiri sebuah permainan. Perasaan amarah dan simpati seakan sudah menjadi hal yang lumrah diperlihatkan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Berbicara mengenai prestasi Indonesia lima tahun terakhir terbilang lebih baik dari sebelumnya hal ini ditandai dengan prestasi timnas U-19 Evan Dimas dan kawan-kawan berhasil menjuarai pergelaran piala AFF pada tahun 2013, terakhir timnas U-16 kembali merengkuh gelar juara piala AFF di mana Indonesia bertindak sebagai tuan rumah. Rasa bangga seluruh rakyat Indonesia akan prestasi Indonesia kian menyebar diseluruh pelosok tanah air dari sabang hingga merauke.
Rasa haru dan tangis rakyat Indonesia ketika itu tercurahkan akan rindunya juara dan prestasi timnas di asia tenggara. Prestasi tersebut tidaklah diperoleh dengan mudah, upaya dari PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) sebagai organisasi induk Sepakbola di tanah air sudah mulai membuahkan hasil, berkat dari pembinaan anak-anak usia dibawah 20 tahun dan kompetisi liga yang berjalan dengan baik.
Namun, dibalik itu semua terdapat tragedi pilu menyelimuti dunia Sepakbola tanah air pada akhir pekan kemaren, ketika kompetisi Gojek liga 1 2018 sedang berlangsung pertandingan Persib Bandung vs Persija Jakarta di stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Seorang suporter Persija Jakarta (The Jakmania) tewas dikeroyok oleh oknum suporter Persib Bandung (Bobotoh) ketika 3 jam pertandingan sebelum dimulai.
Haringga Sirila (23) tewas mengenaskan di area parkir GBLA, hal ini merupakan duka Sepakbola tanah air. Haringga Sirila yang bekerja sehari-hari di sebuah bengkel di Jakarta ini, harus mengakhiri hidupnya dengan tragis di Bandung. Duka keluarga kian mengiringi kepergian Haringga Sirila terlebih lagi ibundanya Mirah (55).
Dimata sang bunda Haringga merupakan sosok yang pandai bergaul, namun sebuah keanehan terjadi pada hari itu ketika sang putra menyalami dan mencium tangan ibunya sebelum berpergian. Sang ibu melihat ini tidak biasa, karena sehari-harinya tidak biasanya Haringga bersikap seperti itu. Takdir berkata lain, ternyata salaman kepada ibundanya tersebut merupakan yang terakhir kalinya dalam hidup Haringga. Kejadian ini disebabkan oleh perseteruan suporter Persib Bandung & Persija Jakarta memang sudah berlangsung lama dan sudah ada beberapa orang meninggal dunia sebelumnya.
Rasa dendam yang masih tertanam dihati supoter inilah yang membuat puncak kejadian ini. Pertemuan kedua club Sepakbola ini memang dinanti-nanti oleh semua pecinta Sepakbola tanah air tidak hanya di Jakarta-Bandung, karena selalu menghadirkan pertandingan yang manarik untuk disaksikan.
Ironisnya pertemuan kedua club selalu berakhir dengan kisah yang memilukan dan memakan korban jiwa di luar lapangan yaitu suporter pendukung kedua tim.
Sejauh ini sudah enam korban yang meninggal dunia baik pendukung Persib maupun Persija diantaranya yaitu, Rangga Cipta Nugraha, 22 tahun (bobotoh) 2012, Lazuardi, 29 tahun (bobotoh) 2012, Dani Maulana, 17 tahun (bobotoh) 2012, Gilang, 24 tahun (The Jakmania) 2016, Harun Al Rasyid Lestaluhu, 30 tahun (The Jakmania) 2016, terakhir Haringga Sirilla, 23 tahun (The Jakmania) 2018.
Kenapa hal ini bisa terjadi dan berulang-ulang, seakan-akan tiada hentinya memakan korban jiwa. Berbagai upaya telah dilakukan oleh panitia pelaksana seperti pengamanan terhadap pemain dan suporter tetapi masih tetap saja kecolongan. Kedepannya kita berharap agar PSSI bertindak tegas terhadap peristiwa seperti ini, dengan meminta kepada club memberikan pembinaan terhadap suporter dari masing-masing tim, dan menindak tegas oknum-oknum yang bertindak anarkis seperti ini.
Tidak ada kemenangan yang berarti jika harus menjatuhkan korban jiwa dalam permainan Sepakbola, karena kita mengharapkan Sepakbola sebagai ajang untuk mempersatukan bukan sebagai ajang kerusuhan. Prestasi yang membanggakan yang kita harapkan bukan justru perseteruan yang berkelanjutan yang kita saksikan.
Restorasi pada tubuh PSSI harus dilakukan, karena bagai mana pun hal ini merupakan tanggung jawab dari pihak pelaksana, apa bila tidak ada keseriusan dari pihak penyelenggara dan manajemen club maka hal ini akan rentan terjadi lagi. Sudah cukup enam orang korban yang tewas dalam sejarah pertandingan persib vs persija, jangan ada lagi seperti ini, karena Sepakbola adalah hiburan rakyat Indonesia. (***)
Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Andalas