MUARO JAMBI – Sebuah tragedi menyentuh hati warga Desa Tanjung Sari, Kecamatan Bahar Selatan, Kabupaten Muaro Jambi, ketika seorang bayi dari Suku Anak Dalam (SAD) meninggal dunia dalam perjalanan dari desa menuju fasilitas persalinan. Kejadian ini menyoroti permasalahan serius mengenai aksesibilitas layanan kesehatan bagi komunitas terpencil di Indonesia.
Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa bayi tersebut tidak berhasil bertahan hidup karena jarak yang jauh dan kondisi infrastruktur yang buruk menuju fasilitas kesehatan. Kadinkes Muaro Jambi, Afifuddin, mengungkapkan bahwa Desa Tanjung Sari, tempat tinggal SAD, berada di perbatasan antara Jambi dan Palembang, memperparah kesulitan logistik yang dihadapi.
Walaupun di desa tersebut telah disediakan fasilitas kesehatan berupa polindes (poli kesehatan desa), Afifuddin menambahkan bahwa anggota Suku Anak Dalam sering kali tidak mengikuti anjuran medis dari petugas kesehatan. “Mereka memiliki kehidupan yang nomaden, sering pindah dari satu tempat ke tempat lain, sehingga sulit untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan rutin,” jelas Afifuddin.
Menurut protokol kesehatan yang berlaku, ibu hamil diharapkan mendapatkan pemeriksaan kesehatan minimal enam kali selama kehamilan, dengan pemeriksaan lebih intensif di trimester terakhir. “Pemeriksaan ini penting untuk memastikan kondisi kesehatan ibu dan bayi, termasuk fungsi jantung dan indikator kesehatan vital lainnya,” imbuh Afifuddin.
Tragedi ini menjadi cerminan dari tantangan yang dihadapi banyak komunitas adat di Indonesia dalam mengakses layanan kesehatan dasar. Diperlukan tindakan nyata dari berbagai pihak terkait untuk meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan, khususnya di daerah terpencil dan perbatasan, agar kejadian tragis seperti di Desa Tanjung Sari tidak terulang kembali.(*)