Sepekan terakhir, Amerika Serikat dengan cepat mengerahkan pesawat tempur pembom berat ke wilayah Timur Tengah
Hal ini dilakukan sebagai ancaman nyata bagi Iran, di tengah spekulasi yang berputar-putar bahwa Presiden AS Donald trump berencana untuk mengambil tindakan militer terhadap Teheran sebelum Presiden terpilih Joe Biden menjabat.
Komando Pusat AS mengatakan pesawat-pesawat itu dikirim ke wilayah itu “untuk mencegah agresi dan meyakinkan mitra dan sekutu AS.”
Dalam gerakan yang sangat tidak teratur, pesawat B-52H Stratofortress terlihat terbang menuju wilayah udara Israel pada hari Sabtu dalam perjalanan ke pangkalan di mana mereka akan ditempatkan, kemungkinan di Qatar.
Pesawat itu terlihat pada perangkat lunak pelacakan sipil yang mendekati Israel sebelum mereka mematikan transponder mereka, membuat mereka tidak terlihat pada aplikasi tersebut.
Ini adalah ketiga kalinya dalam satu setengah tahun terakhir pembom B-52, yang mampu membawa senjata nuklir dan amunisi kuat lainnya, telah dikerahkan ke wilayah tersebut sebagai ancaman diam-diam ke Iran.
Pesawat-pesawat itu diperintahkan dalam waktu singkat untuk terbang ke Timur Tengah nonstop dari pangkalan mereka di North Dakota.
Itu dilakukan untuk mengisi bahan bakar di sepanjang jalan di udara.
Para pembom tersebut dalam misi tersebut didampingi oleh jet tempur F-15 dan F-16, serta pesawat pengisian bahan bakar KC-10 dan KC-135, kata Komando Pusat AS (CENTCOM).
Jenderal tersebut mengatakan bahwa penempatan pembom ke wilayah tersebut memungkinkan kru mereka untuk lebih mengenal daerah tersebut dan bekerja lebih baik dengan unit lokal.

AS sebelumnya telah mengerahkan pembom B-52 ke wilayah tersebut selama periode ketegangan yang meningkat.
Ini terjadi pada awal 2020 setelah AS membunuh komandan tinggi Iran Qassem Soleimani dalam serangan udara di Irak.
Pesawat strategis juga dikirim ke wilayah tersebut pada Mei 2019, ketika Iran diduga menyerang sejumlah sekutu AS di Teluk Persia dan menembak jatuh pesawat mata-mata Amerika yang terbang di dekat wilayah udaranya.
Meskipun para analis mengatakan upaya ini telah menciptakan pengaruh untuk negosiasi di masa depan, taktik tersebut belum membuahkan hasil dalam hal menghentikan upaya nuklir Iran.
Juga belum mengekang ambisi hegemoni regional Teheran.
Biden, yang menjadi wakil presiden Barack Obama ketika perjanjian 2015 ditandatangani, mengatakan bahwa dia berencana untuk kembali ke perjanjian itu sebagai dasar untuk negosiasi lebih lanjut dengan Iran.
Pemerintahan Trump dilaporkan merencanakan serangkaian sanksi luas terhadap Iran untuk mempersulit pemerintahan yang akan datang untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengunjungi wilayah itu selama seminggu terakhir, termasuk singgah di Israel, di mana dia mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa AS akan mempertimbangkan serangan militer terhadap Iran.
Senin lalu, Times melaporkan bahwa Trump telah meminta penasihat puncak apakah dia memiliki opsi untuk menyerang situs nuklir Iran selama minggu-minggu terakhirnya menjabat, tetapi dibujuk dengan peringatan bahwa hal itu dapat menyebabkan konflik yang lebih luas.
Trump mengumpulkan para pejabat sehari setelah pengawas nuklir PBB mengatakan Iran telah menimbun lebih dari 12 kali lebih banyak uranium yang diperkaya daripada yang diizinkan oleh kesepakatan nuklir 2015, kata laporan itu, mengutip empat pejabat saat ini dan mantan pejabat AS. Demikian dikutip dari Intisari Online yang berjudul:Jadikan Israel Batu Loncatan, Inilah Negara yang Sangat Ingin Digempur Amerika pada Akhir Pemerintahan Donald Trump, Pasuka Militer Diam-diam Sudah Dikerahkan

“Sudah jadi berita lama bahwa Israel adalah musuh bebuyutan Iran”.
Dua negara Timur Tengah ini memang tidak pernah akur.
Ada saja masalah terkait militer hingga ekonomi yang membuat keduanya saling serang.
Bahkan Israel sepanjang waktu makin ketakutan.
Ini karena kehadiran pangkalan-pangkalan militer Iran di Suriah
Sehingga negara Revolusi Islam ini merupakan negara yang paling menginginkan Israel lenyap dari muka Bumi.
Negara yang mengancam ingin melenyapkan Israel memang menjadi negara yang paling ditakuti Israel.
Karena bangsa Israel (Yahudi) sendiri pernah akan dimusnahkan oleh Nazi Jerman melalui program pembantaian massal (holocaust).
Oleh karena itu, Israel betul-betul mengawasi Iran termasuk melakukan serangan udara secara gencar terhadap posisi pangkalan-pangkalan militer Iran di Suriah.
Sebenarnya tujuan Iran mendirikan pangkalan militer di Suriah adalah untuk mendukung kekuasaan Presiden Bashar al Asaad yang penganut aliran Islam Syiah.
Tapi karena Iran juga mengincar Israel dan Israel sendiri berbatasan dengan Suriah di wilayah Dataran Tinggi Golan, drone-drone Iran pun sering terbang ke wilayah Israel untuk melakukan misi mata-mata.
Ada kemungkinan besar setelah pangkalan-pangkalan militer Iran di Suriah siap meluncurkan rudal balistik, maka serangan untuk melenyapkan Israel dari muka bumi bisa dilakukan.
Israel sendiri masih merasa aman dari ancaman serangan rudal Iran Khoramshahr yang bisa meluncur hingga jarak 2.000 km karena telah memiliki senjata penangkis rudal, yakni Arrow-3.
Jadi ketika rudal Khoramshahr diluncurkan dari Iran dan rudal harus melalui wilayah udara Irak serta Suriah sebelum menghantam Israel, rudal Arrow-3 masih punya waktu yang cukup untuk menyergap dan menghancurkannya.
Tapi jika rudal Khoramshahr dan rudal sejenisnya yang memiliki jarak tembak lebih pendek bisa diluncurkan dari Suriah dalam jumlah banyak, kawasan Israel pasti ada yang bisa dihantam rudal.
Lagi pula jika rudal Iran bisa diluncurkan dari Suriah kemungkinan kecil untuk jatuh ke negara lain bisa dihindari.
Oleh karena itu, kehadiran militer dan pangkalan Iran di Suriah memang bisa menunjukkan keseriusan Iran untuk menggempur Israel suatu waktu.
Namun, Israel juga tak kalah seriusnya karena terus menggempur sasaran militer Iran di Suriah dan sempat membuat Presiden Bashar al Asaad gerah.

Oleh karena itu jika sampai Suriah, Iran, dan kekuatan militer Rusia di Suriah menjadi bersatu untuk melawan AS dan juga Israel, setelah Israel diganggu terus oleh Iran, ancaman serangan rudal Israel bukan hanya dari Iran tapi juga dari Rusia.
Meski secara diplomatik Rusia dan Israel berhubungan baik tapi terkait serangan Israel di pangkalan militer Rusia di Suriah, Homs (9/4/2018), Rusia telah menunjukkan kegeramannya.
Rusia bahkan sudah mengancam Israel akan menyerang dengan rudal S-300 jika Israel kembali melancarkan serangan udara ke Suriah.
Sebagai negara yang selama ini jumawa, Israel memang bisa dikatakan tidak berkutik jika harus menghadapi Rusia yang sedang murka. Apalagi jika tanpa dibantu oleh militer AS.(*)