Kasus perselingkuhan seorang istri itu berakhir tragis. Pacarnya dihabisi sang suami secara sadis.
—————
Langit berselimut gelap ketika sebuah minibus Toyota Avanza mendadak berhenti di pintu Exit Tol Kebomas, persis di Kilometer 16 Gresik, Sabtu 28 Desember 2019 silam. Sejumlah pria seperti terburu-buru keluar dari minibus berkelir hitam itu.
Sementara seorang pria stand by di kemudi stir dengan mesin mobil yang tetap menyala. Seorang pria lain keluar sebentar, lalu menyapu pandangannya, kiri-kanan, depan-belakang, seperti tengah menyelidiki sesuatu.
“Aman….gakda orang…,”bisik pria itu ke para penumpang minibus.
Empat pria dengan langkah kaki terseret-seret ke tanah terlihat membungkuk sembari menggotong seseorang dari jok belakang. Beberapa jenak kemudian, mereka ngacir ke arah gresik.
Esoknya, mata seorang pemulung terbelalak. Ia kaget dan bergegas melaporkan apa yang didapatinya itu ke warga setempat.
Temuan sesosok mayat yang tergelatak di selokan Exit Tol Kebomas itu membuat warga geger.
Polisi mengidentifikasi mayat tersebut bernama Muhammad Mulla. Pria berusia 34 tahun itu beralamat di Sampang Madura. Di kampung, ia akrab disapa Mad Mulla.
Sewaktu ditemukan, mayat Mulla dalam kondisi sangat mengenaskan. Mukanya sembab dan membiru. Di lehernya masih terlilit seutas tali, sekaligus menandakan bahwa ia adalah korban pembunuhan.
***
Sovia–nama samaran–, adalah cinta pertama Jaffar. Dari belahan dunia manapun, cinta pertama biasanya selalu kandas di tengah jalan dan cukup menjadi kenangan terindah. Tapi, semua itu tidak berlaku untuk Jaffar.
Mungkin, ia satu-satunya pria yang terlahir bahagia, karena sukses menikahi sang cinta pertamanya itu. Ketika naik ke pelaminan, usia Jaffar dan Sovia terpaut lumayan jauh. Selisih umur mereka sekitar 10 tahun.
Di Sampang, Sovia dikenal sebagai kembang desa. Semua mata pria tertuju padanya. Parasnya cantik dengan bola mata bulat dan tajam. Bulu matanya lentik dengan rambut lurus hitam. Warna kulitnya putih bersih, bagai boneka barby.
Maklum, banyak pria mendambanya. Jaffar betul-betul beruntung, menjadi pria yang sukses menaklukkan si kembang desa. Kepiawaiannya merayu wanita, membuat Sovia terperdaya. Entah ilmu pelet apa yang dipakai, Sovia akhirnya luluh dan jatuh ke pelukan Jaffar.
Tapi, hidup berumah tangga tak selalu berjalan mulus. Kadang-kadang mereka mesti melewati tanjakan curam, yang di kiri-kanannya menganga lembah dan jurang. Kadang-kadang harus melewati jalanan yang berbelok. Kadang pula manis. Kadang-kadang pahit.
Lebih dari itu, api dapur kudu menyala, sebab tak cukup sebatas makan cinta. Apalagi Sovia, tergolong wanita berkelas, yang hobi berdandan.
Setahun menikah, cobaan itu datang. Sovia mulai disergap masygul. Ia dongkol kepada Jaffar, yang hidup dalam kondisi pas-pasan. Jaffar sadar batin Sovia tersiksa. Apalagi, sejak usia perkawinannya, mereka tak kunjung dikaruniai anak.
Tak kuasa menengok sang pujaan hati bersedih, Jaffar tiba-tiba membuat keputusan nekat.
“Yang,,,ijinkan abang kerja ke Malaysia. Setelah uang kita banyak, abang segera pulang. Kita akan hidup bahagia…”kata Jaffar, satu waktu kepada Sovia.
Dalam benak Jaffar, kebahagian itu akan muncul ketika seseorang punya fulus berlimpah. Dengan uang, pikirnya, ia bisa membeli apa saja, demi membahagiakan sang belahan jiwa.
Selintas….apa yang dipikirkan Jaffar ada benarnya. Tapi, Jaffar lupa, bahwa uang bukanlah segala-galanya. Gara-gara ambisi menjadi kaya, petaka itu datang.
Berawal ketika Jaffar mendapat restu bekerja ke Malaysia. Di sana, Jaffar berencana menjadi Tenaga Kerja. Tapi, sejak awal dia sudah salah. Berangkat ke Negeri jiran, ia malah lewat jalur tikus. Demi mengejar mimpi, Jaffar sampai nekat memalsukan paspor.
Mulanya aman. Tapi, sepandai-pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Belang Jaffar terbongkar juga. Bukan sukses meraih mimpi. Jaffar malah ditangkap dan terpaksa meringkuk di sel tahanan Polisi Malaysia, selama tiga bulan penuh.
Tak ada kabar berita dari Jaffar, Sovia mendadak kesepian. Mad Mulla, yang lama mengincar sang kembang desa itu, mulai memanfaatkan kesempatan. Ia hadir menyelinap dan mengisi hati Sovia yang tengah kesepian itu.
Mulanya Sovia menolak. Sebagai perempuan, ia mesti menjaga kehormatan diri. Menjadi istri yang baik dan solehah. Tapi, Mad Mulla pantang menyerah. Rayuan gombalnya terus menerus menerobos Sovia.
Ehmmm……Pertahanan Sovia jebol juga. Tiga bulan tak dijamah suami, Sovia tak mampu membendung hasrat yang mendadak datang menggebu-gebu itu.
Sovia dan Mad Mulla jatuh ke lembah nista, berbuat suatu yang diharamkan oleh agama manapun itu. Bukan sekali dua. Sovia dan Mad Mulla bahkan berulang kali melakukan praktik hubungan suami-istri. Sovia belakangan berbadan dua.
***
Jaffar bahagianya bukan main. Masa penahanannya berakhir. Selepas bebas, Jaffar langsung pulang ke kampung halaman. Ia kapok berada di Malaysia. Menurut Jaffar, lebih baik hidup di rumah sendiri, meski hanya dalam sebuah gubug. Ketimbang tinggal di bangunan megah dan mewah, tapi serasa hidup di neraka jahannam.
Jaffar baru tersadar. Kebahagiaan berumah tangga itu tak selalu diukur dengan uang. Tapi, cinta itu tumbuh seiring kebersamaan, baik dalam suka maupun duka.
Pulang ke rumah pada akhir Desember 2019, Jaffar bukannya berselimut bahagia. Ia mendadak curiga memergoki tubuh Sovia, seperti tengah berbadan dua. Tapi, Jaffar percaya Sovia tak mungkin macam-macam.
Perkiraan Jaffar rupanya meleset.
Sovia mengaku sedang mengandung janin berumur 5 bulan. Sambil tersungut-sungut, Sovia menyebut sangat mencintai jabang bayi, yang dikandungannya itu. Sebagaimana ia mencintai Jaffar.
Cinta itu buta.
Pepatah itu barangkali ada benarnya. Jaffar bukannya marah. Ia makin sayang dan berjanji akan terus mencintai Sovia. Jaffar maklum dan meminta Sovia berjanji tak lagi berbuat serong.
Diam-diam…..Jaffar menyiapkan rencana balas dendam. Bukan kepada Sovia, tapi, kemarahan tertumpah kepada Mad Mulla, lelaki selingkuhan istrinya itu.
Dibantu Sugianto dan beberapa kolega, Jaffar merancang siasat untuk menghabisi nyawa Mad Mulla. Kabar kemarahan Jaffar, sebetulnya sudah sampai ke telinga Mad Mulla. Ketakutan Mad Mulla dimanfaatkan Jaffar untuk memancingnya keluar dari persembunyian.
Awalnya, Sugianto datang menemui Mad Mulla. Ia berpura-pura mengajaknya bersembunyi dari kejaran Jaffar. Dari Sampang, mereka berkendara menuju Gresik. Hari itu, Sabtu 28 Desember 2019.
Begitu masuk Tol Kebomas, tepat di KM 16 Gresik, Mad Mulla pindah mobil. Di mobil Avanza berkelir hitam itu, Mad Mulla duduk di kursi bagian tengah bersama seorang pria lain di samping kirinya. Dua orang duduk di depan, dan dua orang di jok bagian belakang.
“Korban yang awalnya diajak bicara baik-baik tiba-tiba dijerat dengan tali tampar warna biru. Korban tercekik hingga tewas,” ungkap Kapolres Gresik AKBP Kusworo Wibowo saat rilis via Zoom, Selasa (14/4/2020).
“Kemudian jenazahanya dibuang ke Exit Tol Kebomas KM 16,” kata Kusworo.
Tiga bulan pasca kejadian, polisi berhasil mengendus persembunyian Jaffar. Ia ditangkap dalam pelariannya ke salah satu rumah kerabatnya di Pamekasan.
“Dia sembunyi di tempat kakaknya,” imbuh Kusworo.
Jaffar (39), tidak menyesal telah menghabisi nyawa Muhammad Mulla (34). Padahal ia terancam dihukum seumur hidup.
“Saya puas hati. Siap tanggung jawab,” kata Jaffar kepada polisi.
Tim buru sergap masih menyebar di lapangan. Mereka memburu empat tersangka lain, yang turut bersekongkol bersama Jaffar.(*)