JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pendapatan negara di tahun 2018 tumbuh hingga 16,0 persen. Hal tersebut dia sampaikan ke Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, kemarin.
Pencapaian tersebut, kata Sri Mulyani, diperoleh dari penerimaan perpajakan yang mampu tumbuh 14,3 persen. “Penerimaan bea cukai bahkan mencapai yang tertinggi sejak tiga tahun terakhir,” ujar Sri Mulyani di akun Instagram pribadinya, Selasa, 10 Juli 2018.
Jika dibandingkan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tiga tahun sebelumnya, Sri Mulyani menuturkan, keseimbangan primer menjadi positif surplus Rp 10 triliun. Dia juga mengatakan jumlah sisa lebih penggunaan anggaran (SILPA) lebih banyak.

Sri Mulyani menjelaskan defisit keuangan negara lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Dia mengatakan, pada 2018, defisit APBN turun 36,8 persen. “Pembiayaan anggaran (termasuk penerbitan utang/surat berharga negara) yang semakin menurun dua tahun terakhir,” katanya.
Kemudian, Sri Mulyani mengatakan adanya peningkatan belanja negara hingga 5,7 persen karena adanya percepatan program pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga tumbuh 21 persen sebagai dampak adanya kenaikan harga komoditas dunia.
Sri Mulyani memprediksi outlook penerimaan negara akan mencapai target meski dengan komposisi yang sedikit berbeda. “Belanja negara akan mencapai 95-96 persen, defisit juga diperkirakan akan lebih kecil,” tuturnya.
Pemerintah, ujar Sri Mulyani, akan terus menjaga pelaksanaan APBN yang baik dan kredibel. Dengan APBN 2018 yang sehat dan lebih kuat, pemerintah dapat menjaga perekonomian menghadapi guncangan global yang sangat berat. (*)