Hari itu langit Mapolres Tebo tampak mendung. Di bawah panji-panji Polri, barisan personel berdiri tegak, tetapi suasana hari itu berbeda. Bukanlah upacara biasa, melainkan upacara Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) bagi salah satu anggota mereka.
Aipda PR, yang kini tenggelam dalam kepiluan, harus menerima kenyataan berat itu karena desersi—meninggalkan tugas selama enam bulan tanpa alasan yang jelas.
Di tengah kesenyapan yang menggantung, Kapolres Tebo, AKBP I Wayan Arta Ariawan, berdiri sebagai pemimpin upacara pada Senin (18/9).

Mata yang biasanya tajam, hari itu tampak sayu. Ia berbicara dengan nada berat, “Hari ini kita menyaksikan salah satu anggota keluarga besar kita menerima konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya.”
Mengingat betapa panjangnya proses yang telah dilalui, dari sidang hingga putusan PTDH, AKBP I Wayan berharap kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh anggotanya. Ia menegaskan agar personel Polri di Tebo untuk tidak menutup diri saat berhadapan dengan masalah. Bahkan, dengan semangat persaudaraan, ia menyatakan kesediaannya untuk mendengar dan berkonsultasi apabila ada anggota yang menghadapi permasalahan.
“Kita semua adalah keluarga besar Polri,” kata AKBP I Wayan dengan penuh harapan, “Mari kita jaga kehormatan dan martabat institusi ini.”
Menurut Kapolres, tiada alasan bagi personel untuk melakukan desersi. Hal tersebut hanya akan menambah catatan hitam dan menimbulkan masalah baru. Ia berpesan agar kepolisian terus menjaga disiplin dan integritas.
“Saya berharap agar Polres Tebo tetap menjadi mercusuar bagi masyarakat, institusi yang dihormati dan dipercayai,” tutupnya dengan penuh keyakinan.(*)