JAMBI – Syahrasaddin, mantan Sekda Provinsi Jambi era Gubernur Hasan Basri Agus (HBA) tiba-tiba muncul di acara Golkar, Sabtu (9/6/2018) lalu di Swissbell Hotel. Sadin—begitu biasa dia disapa, ikut acara orientasi fungsionaris Partai Golkar. Mengenakan jaket warna kuning ciri khas Golkar, Sadin tampak sumringah dan selalu mengumbar senyum.
Sadin Mau nyaleg?
“Iya,” jawabnya singkat.

BACA JUGA: Bakri: Saya Tanggungjawab
Namun Sadin tidak menjelaskan mau maju sebagai caleg DPR atau DPRD Provinsi Jambi. Yang pasti, Sadin memastikan diri sudah berlabuh di Golkar, mengikuti jejak seniornya HBA, mantan Gubernur Jambi yang sudah terlebih dahulu berlabuh ke Golkar.
Berdasarkan data yang dihimpuan Jambi Link, tak bisa dipungkiri, Sadin adalah salah satu tokoh kunci keberhasilan HBA, baik saat menjadi Bupati Sarolangun ataupun saat menjadi Gubernur Jambi. Sadin banyak berperan mensukseskan kepemimpinan HBA.
BACA JUGA: Cerminan Orang Melayu
Sadin memang dikenal banyak orang sebagai sosok ahli strategi. Menurut salah satu sumber, Sadin pernah bercerita asal muasal perkenalannya dengan HBA. Jauh sebelum menjadi kolega HBA, Sadin merupakan tim inti atau Think Thank Gubernur Jambi, Zulkifli Nurdin (ZN).
Sadin pernah diangkat oleh ZN untuk menjadi tim pakar, tugasnya mengkonsep dan merancang apa-apa yang perlu dan dibutuhkan di pemerintahan. Saat itu, Sadin masih sebagai dosen di Fakultas Pertanian Universitas Jambi (Unja).
Ditunjuk ZN sebagai Think Thank Gubernur, Sadin dibantu tiga akademisi lain, yakni Aulia Tasman (saat itu Dosen Unja dan terakhir menjadi Rektor Unja) dan Asad Isma (Dosen IAIN STS Jambi, kini UIN). Mereka bertiga bergabung dalam satu tim yang berperan penting memberi masukan, ide dan gagasan kepada ZN. Dan ZN memang mempercayai masukan-masukan tim mereka ini. Termasuk bila ZN berhadapan dengan masaalah, tim pakar dibawah Sadin inilah yang dimintai masukannya.
“Kami dulu memang pernah sama-sama, satu tim membantu pak ZN,”ujar Asad Isma.
Kemudian, mengenai pertemanannya dengan HBA, Sadin punya cerita tersendiri. Sadin mengaku pertama kenal HBA saat mereka menjadi satu tim pembuatan sebuah buku di lembaga adat Provinsi Jambi. Saat itu, HBA masih menjabat sebagai Sekda Kota Jambi. Sedangkan Sadin sebagai Dosen Unja.
Karena satu tim, durasi pertemuan Sadin dan HBA menjadi intens. Mereka berdua sering terlibat diskusi. Lama-lama mulai terasa ada kecocokan. Hingga akhirnya, pertemanan ini berlanjut sampai HBA berhasil menjadi Bupati Sarolangun dan Gubernur Jambi. Sejak awal, Sadin memang termasuk tokoh kunci dibalik kemenangan HBA, baik sebagai Bupati Sarolangun maupun sebagai Gubernur Jambi. Peran Sadin dominan. Dia menjadi otak yang mengatur strategi pemenangan HBA.
Struktur tim pemenangan HBA dibuat oleh Sadin secara amat rapi. Struktur tim dibuat menyerupai struktur atau jenjang jabatan di sebuah perusahaan. Ada yang namanya direktur pemenangan, yang tugasnya mengkonsolidasikan tim hingga ke struktur paling bawah. Direktur pemenangan ini mengomandoi tim pemenangan secara keseluruhan. Baik itu tim inti, tim keluarga maupun tim koalisi. Lalu, dibawah direktur pemenangan, dibentuk direktur keuangan, direktur logistik, direktur keamanan. Masing-masing punya tugas dan peran yang sudah ditetapkan.
Direktur keuangan misalnya, bertugas mencari dan mengumpulkan uang. Selain itu, tugasnya juga mengeluarkan uang atas perintah HBA sebagai user. Kemudian, direktur logistik bertugas memastikan logistik pemenangan sampai ke tim tingkat bawah. Logistik itu bisa berupa baleho, spanduk, beras, uang dan sebagainya. Selanjunya, direktur kemanan bertugas memastikan tim tetap solid, melakukan kontra perlawanan terhadap gerakan lawan. Termasuk melakukan perang urat saraf dengan pihak lawan.
Lalu dibentuk pula koordinator-koordinator yang bertanggungjawab langsung kepada direktur pemenangan. Ditingkat provinsi disebut korda alias koordinator daerah. Kebawahnya ada Korkab atau koordinator Kabupaten. Kebawahnya lagi ada Korcam atau koordinator Kecamatan, terus kebawah lagi ada Kordes atau koordinator desa.
Nah, koodinator desa inilah yang menjadi tim ujung tombak pemenangan. Tugas koordinator desa ini, melaporkan secara kontinu, tiap hari kepada koordinator diatasnya (Korcam), ihwal pergerakan suara dibawah sampai tingkat RT atau Tempat Pemungutan Suara (TPS). Termasuk, mendata siapa-siapa saja yang dipastikan masuk menjadi tim atau saksi bayangan di tingkat TPS.
Tim ini bergerak terstruktur, massive dibawah satu komando. Hebatnya, tim ini digaji yang besarannya sesuai dengan jenjang kepangkatan. Untuk tingkat korcam dan kordes, mulai digaji secara rutin tiga bulan menjelang hari H atau hari pemungutan suara. Artinya, tiga bulan sebelum pencoblosan, HBA sudah bisa tahu perkiraan jumlah suara yang bakal diraup. Bukti keberhasilan sistem yang dibentuk oleh Sadin ini, HBA berhasil menjadi Bupati Sarolangun periode 2016-2011. Dan sistem serta struktur pemenangan ini, dipakai lagi saat HBA maju sebagai Gubernur Jambi. Dan lagi-lagi berhasil. Namun, metode ini terbukti gagal diterapkan Sadin untuk pemenangan HBA diperiode kedua, melawan Zumi Zola.
Disini, tentunya peran Sadin amat sentral. Sebab, dialah yang membuat mekanisme tim seperti ini. Termasuk dalam melobi partai, Sadin ikut terlibat. Sadin yang ikut menentukan dan menegosiasi mahar yang diberikan kepada parpol. Keputusan Sadin menjadi keputusan HBA. Yang lebih vital lagi, Sadin ikut bernegosiasi dengan para donatur atau investor yang hendak membantu HBA.
Atas jasa itu, Sadin kemudian hari diangkat oleh HBA menjadi Kepala Bappeda Sarolangun. Dipercaya menjadi Kepala Bappeda, Sadin memanfaatkan kemampuannya dengan maksimal. Ditangan dialah banyak lahir kebijakan-kebijakan hebat, salah satunya konsep Sarolangun EMAS. Konsep Sarolangun EMAS ini, berhasil menjadi produk kampanye politik sehingga HBA duduk sebagai gubernur Jambi periode 2010-2015. Saat menjadi gubernur, slogan Emas ini terus dipakai dan menjadi Jambi Emas. Programnya hampir sama, hanya cakupan dan luasannya saja yang berbeda.
Misalnya program Samisake. Sadin yang mengkonsep terbitnya gagasan Samisake itu. Tujuannya, untuk mengurangi rasio warga yang miskin. Maka, implementasinya, program Samisake ini ada banyak. Seperti bedah rumah, pemberian beasiswa, alsintan, dan lain sebagainya. Samisake ini memberikan bantuan uang secara langsung hingga tingkat kecamatan. HBA memang sangat mempercayai Sadin sebagai pemikir dan pengatur strategi. Makanya, begitu menjadi Gubernur, HBA langsung memberikan kehormatan kepada Sadin untuk menjabat sebagai Sekda Provinsi Jambi.
Dibawah kontrol Sadin, program berjalan sesuai progres. Tak ada keributan ataupun pertentangan dari berbagai pihak. Termasuk dari Wagub yang terus nyaman beriringan dengan HBA. Meskipun, setahun pertama, mulai muncul gerakan massa yang memprotes HBA.
Untuk mengantisipasi gerakan-gerakan itu, Sadin lalu masuk lembaga Adat Provinsi Jambi. Dengan memanfaatkan lembaga adat itu, Sadin membentuk laskar melayu Jambi. Laskar itu dibentuk dengan tujuan khusus untuk melakukan gerakan counter terhadap gerakan massa anti HBA.
Posisinya yang sangat dominan, memancing kecemburuan pihak lain. Terutama dari sejumlah Kepala Dinas (Kadis) yang merasa ingin lebih dekat dan lebih berjasa dihadapan HBA. Maka, pelan-pelan, Sadin mulai tak disukai oleh beberapa Kadis yang merasa cemburu dengan kiprahnya.
Dua tahun menjelang masa jabatan HBA berakhir, Sadin tersandung kasus korupsi dana Pramuka. Sebenarnya, kasus korupsi ini tak ada kaitan dengan pemerintahan. Kasus korupsi pramuka ini murni masalah internal pengurus Kwarda Pramuka.
Intinya, pengelolaan keuangan di Pramuka tak beres sehingga menyeret Sadin yang saat itu menjabat Ketua Kwarda Pramuka. Kasus pramuka ini berawal dari dilaporkannya masalah ketidakberesan pengelolaan keuangan oleh salah satu LSM di Jambi. Dari situ, Kejati mulai bergerak. Awalnya sang Bendahara, Sepdinal yang lebih banyak diperiksa. Perlahan, kasus yang mulanya hanya masalah perdata ini malah menggelinding ke pidana. Pasca Sepdinal ditetapkan tersangka, jaksa tak stop disitu.
Pelan-pelan, keterlibatan Sadin mulai dicari-cari. Sepertinya, Sadin sudah di TO dan ia tak menyadari itu. Sialnya, bukti keterlibatan Sadin didapat oleh jaksa dari inspektorat Provinsi Jambi. Saat itu, Kepala Inspektorat dijabat oleh Erwan Malik (mantan Plt Sekda Provinsi Jambi era Zumi Zola dan kini narapidana kasus OTT KPK).
Dari hasil pemeriksaan Inspektorat yang dikomandoi Erwan Malik itulah, menjadi dasar Jaksa menjerat Sadin. Hingga akhirnya, Sadin ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi tepat pada 23 Januari 2014. Bukan hanya itu, Sadin juga terseret kasus korupsi dana kegiatan Perkemahan Putri Nasional (Perkempinas) akhir 2012 lalu. Sadin terjerat dua kasus sekaligus dan menjadi tersangka dari dua kasus.
“Itulah politik. Saya sudah ditarget,”cerita Sadin beberapawaktu lalu.
Dari situ, HBA sebagai Gubernur mulai menyadari sudah kehilangan seorang panglima perang. Dan benar, pasca Sadin tersangka, sejumlah Kepala Dinas yang menjadi bawahan HBA banyak yang ikut terseret. Baik dalam kasus yang sama ataupun kasus yang berbeda. Pertahanan HBA hancur berantakan. HBA seperti panglima yang sudah tak punya pasukan.
Sejumlah Kadis yang menjadi tersangka seperti Sepdinal (Kadis Peternakan), Asvan Deswan (Karo Humas), Ernawati (Kabid dinas Pendidikan), Idham Khalid (Kadis Pendidikan), Aswan Zahari (Ketua Komisi IV dari Demokrat), Direktur Rumah Sakit Ali Imron dan masih banyak lagi penjabat eselon III dan IV di zaman HBA yang terjerat kasus.
Sadin sudah melewati masa pelik sebagai tahanan. Kini, mantan tangan kanan HBA ini mulai bangkit dan menggunakan perahu Golkar sebagai kendaraan politiknya. Kita tunggu kiprah Sadin selanjutnya bersama HBA, dipanggung yang berbeda. (akn)