JAMBI – Rektor Unja Prof Johni Najwan memediasi miskomunikasi antara BEM dan Tim Adhoc. Kemarin, orang nomor satu di Unja tersebut secara bijaksana menengahi kisruh yang dipicu karena kesalahpahaman.
Presiden BEM Unja, Rahmat Fikriyanda mengatakan, pihaknya kemarin sudah bertemu tim Adhoc dan Rektor diruang kerjanya. Menurutnya, dalam waktu dekat Presma terpilih hasil demokrasi kampus akan segera dilantik.
“Ada kesalahpahaman saja. Bahwa Rektor tidak pernah mengambil alih BEM. Ini isu yang keliru. Saya sebagai Ketua BEM menyatakn itu, bahwa Rektor dalam hal ini memang tidak pernah mengambil alih BEM,”katanya.
Yang terjadi, kata dia, hanya ada miskomunikasi dengan tim Adhoc. Dan kemarin, masalahnya sudah klir dan diselesaikan dengan baik.
“Kita sudah berdiskusi dengan tim Adhoc. Kita juga sudah sampaikan ke Rektor bahwa keputusan sepihak tim Adhoc tetap kita tolak. Dan pak Rektor sudah menengahi ini. Masalahnya sudah beres. Kami diminta Rektor untuk membicarakan langkha-langkah yang lebih produktife kedepannya dengan warek tiga,”jelasnya.
Selain itu, Rektor berpesan agar BEM turut menjaga nama baik almamater. Tidak membuat kegaduhan dikampus yang justru akan menghabiskan energi di kampus.
“Ini sebenarnya hanyalah masalah internal mahasiswa saja. Untunglah pak Rektor sudah menengahi. Masalah ini sudah beres kok,”katanya.
Sebelumnya, gaduh Pemira Mahasiswa Unja berakhir setelah Rektor Universitas Jambi (Unja) Prof Johni Najwan turun tangan. Untuk meredakan ketegangan dan kegaduhan, Rektor memastikan merangkul Presiden Mahasiswa (Presma) terpilih dan menganulir keputusan Adhoc untuk kemajuan kampus yang lebih besar.
Untuk diketahui, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Jambi telah menggelar pemilu raya mahasiswa beberapa waktu lalu. Dalam proses pelaksanaan demokrasi langsung tersebut, terpilih pasangan yang diusung Partai Bintang Mahasiswa, yakni Ardy Irawan dan Haris Sai Anhar sebagai Presiden dan Wakil Presiden BEM priode 2018-2019. Pasangan tersebut mengalahkan pasangan Imam Baidowi dan Hendri Diansyah yang diusung partai PPM (partai pembaharuan mahasiswa).
Usai ditetapkan sebagai pemenang oleh KPU mahasiswa, 1 Juni 2018 kemarin, pasangan itu langsung mempersiapkan pelantikan dan akan segera bergerak melakukan konsolidasi usai pemilu.
“Kita ingin kampus ini maju dan kita berharap mahasiswa dan alumni juga mendukung ini,”ujar Johni Najwan kepada Jambi Link diruang kerjanya, kemarin.
Johni akan mengevaluasi langkah tim Adhoc yang sempat memicu kegaduhan karena menganulir hasil pemira. Ia menegaskan masalah tersebut tidak perlu dibesarkan karena hanya miskomunikasi saja. Sebagai orang nomor satu di Unja, Johni akan bijaksana untuk menyelesaikan kegaduhan tersebut. Johni menegaskan sangat mendukung demokrasi kampus demi kemajuan universitas.
“Saya malah tahu adanya pembatalan hasil pemira ini membaca dari media. Saya belum dapat laporan dari Warek Kemahasiswaan. Nanti akan saya panggil, akan kita luruskan semuanya,”ujarnya.
Johni Najwan menegaskan masalah mahasiswa ini jangan sampai dibuat gaduh dan diperbesar. Karena hanya akan menghabiskan energi dan mengganggu program-program kemajuan kampus.
Mengenai sikap tim Adhoc yang menganulir hasil pemira, Johni Najwa menegaskan dirinya akan segera memanggil Warek Bidang kemahasiswaan untuk menanyakan duduk persoalan. Johni kembali menegaskan bahwa dirinya tidak ada menganulir atau mengintervensi BEM. Dia sangat mendukung demokrasi kampus di Unja.
“Itu keliru. Rektor tidak ada mengambil alih BEM. Nanti saya akan panggil Warek Bidang Kemahasiswaan, dan pengurus BEM serta Presma terpilih juga akan saya panggil untuk mendengarkan duduk persoalannya. Intinya kita akan beri solusi terbaik,”ujarnya.
Muhammad Sidiq, Mantan Presiden Mahasiswa Unja mengapresiasi langkah dan sikap Rektor yang sangat bijaksana tersebut. Ia berharap Rektor sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Unja untuk dapat turun tangan menyelesaikan masalah ini dengan baik.
“Jangan sampai urusan sepele seperti ini, kemudian menimbulkan kegaduhan. Tentu yang rugi Unja juga. Kalau Kampus gaduh, yang rugi Unja juga,”ujarnya.
Apalagi, dalam waktu dekat Unja dibawah kepemimpinan Johni Najwan akan mendapatkan bantuan dari ADB senilai Rp 1,3 Triliun. Ia berharap, jangan sampai masalah sepele ini berimplikasi pada bantuan yang akan dikucurkan ADB tersebut.
“Kita mendukung Pak Rektor turun tangan menyelesaikan masalah ini. Saya kira ini hanya ada komunikasi yang terhambat saja. Saya berharap pak Rektor bisa menyelesaikan masalah ini secepatnya, agar tidak merembet dan meluas. Kalau kampus gaduh, program-program kemajuan kampus akan terhambat,”katanya.
Sidiq menegaskan mahasiswa untuk tetap tenang dan jangan terprofokasi. Pemira yang sudah dijalankan sesuai mekanisme yang ada, hendaknya didukung demi kemajuan kampus kedepannya.
“Bagi yang menang sebaiknya merangkul yang kalah. Begitupula yang kalah, sebaiknya bersatu padu, bekerjasama membantu yanng menang. Kalah dan menang dalam demokrasi kampus adalah hal yang biasa. Saya yakin kegaduhan ini bisa diredam. Pak Rektor pasti bijaksana,”katanya. (akn)