Haji Abdul Rahman memastikan diri berlaga di Pilwako Jambi 2024. Menyandang status Ketua Bappilu DPW NasDem Provinsi Jambi, Rahman berpeluang diusung partai besutan Surya Paloh itu. Lawan kuatnya Maulana, mantan politisi Gerindra yang kini loncat ke NasDem. Bagaimana peluang dua kontestan ini?
***
Langkah Maulana untuk merebut kursi Walikota Jambi pada Pilwako 2024 mendatang cukup berat. Jalannya terjal, tidak semulus Pilwako periode lalu. Kali ini, ia harus berjuang keras apalagi tanpa Fasha. Sebab, Fasha berkemungkinan mendukung Rahman, politisi yang akrab dengan sebutan HAR itu.
Dr Dedek Kusnadi MSi MM menilai, kapasitas figur sangat menentukan pada Pilwako Jambi 2024 mendatang. Berkaca dari studi empirik beberapa Pilwako Jambi sebelumnya, pemenang adalah mereka yang memiliki figur dan basis yang kuat.
“Bambang Priyanto misalnya, dia pada saat itu mewakili figur yang memiliki basis cukup kuat di Kota Jambi, yakni etnis Jawa. Begitu pula dengan Fasha. Dia tampil sebagai sosok politisi muda, dari partai Golkar dan cermat memilih wakil. Saat itu, Fasha diuntungkan karena wakilnya Kyai Sani, yang mewakili etnis jawa,”jelas Dr Dedek.
Dari pengalaman itu, maka, prediksi Pilwako Jambi 2024 mendatang juga hampir sama. Figur yang memiliki basis kuat berpotensi menang. Basis itu bisa bersumber dari entitas tertentu, bisa pula didapat melalui saluran partai.
“Untuk figur partai ada Rahman, Budi Setiawan atau Sani. Mereka diuntungkan karena sudah memiliki tiket dan basis partai,”ujarnya.
Sedangkan Maulana dalam posisi bahaya. Selain tidak memiliki basis partai, menurut Dr Dedek, Maulana juga tidak memiliki basis suara yang solid, layaknya Abdullah Sani.
“Kalau ditanya basis, Bang Maulana saya kira tidak memiliki basis yang mengerucut seperti kyai Sani. Sehingga, dukungan suaranya relatif rapuh dan mudah sekali digerus. Apalagi dengan kemunculan figur-figur baru seperti Rahman, posisi Maulana kian terancam,”bebernya.
Bergabungnya Maulana ke NasDem membuat ia dan Rahman memiliki basis dukungan partai yang sama. Secara posisi, kata Dr Dedek, NasDem tentu lebih diuntungkan menyokong Rahman ketimbang Maulana. Alasannya, Rahman menjabat posisi strategis, sebagai ketua Bappilu.
“Dia saat ini menjadi panglima perang DPW NAsDem Jambi. Sehingga Maulana hampir sulit merebut NasDem dari Rahman,”ujarnya.
Di samping itu, Maulana belum memiliki pengalaman sebagai kandidat nomor satu. Selama ini, dia hanya memanfaatkan strategi menunggangi kuda–nyantol ke figur lain yang lebih kuat–. Sehingga, kata Dr Dedek, Maulana harus kerja keras untuk memenangi kontestasi mendatang.
“Dia harus hati-hati, apalagi sudah banyak orang-orang dekatnya lari dan merapat ke Rahman,”tegasnya.
Hal ini menunjukkan jika Maulana tidak mampu menjaga tim. Kecanggihan seorang politisi itu, salah satu variabel ukurannya adalah kecerdikan menjaga dan memelihara tim.
“Ibarat tanaman, harus cermat memeliharanya, rajin mupuknya. Supaya akarnya kokoh. Batangnya kuat. Kalau tanaman tidak dirawat dengan baik, dia pasti layu dan mati. Manusia juga begitu, harus dirawat. Nah, saya kira Maulana tidak sepiawai Rahman dalam merawat tim,”jelasnya.(*)