Tahun politik seakan tidak ada ujungnya. Setelah euforia sukses Pemilu serentak 2019 selesai, tahun ini ada 270 daerah yang akan menggelar Pilkada serentak. Catatan keberhasilan KPU yang dapat melalui panasnya gejolak politik sepanjang tahun 2018 sampai pertengahan tahun 2019 menjadi modal utama dalam menyongsong Pilkada tahun ini. Penyelenggaraan Pemilu yang menunjukkan tren positif baik dari angka partisipasi masyarakat, gugatan para peserta hingga terhindarkannya masyarakat dari konflik horizontal menjadi energi tersendiri bagi seluruh lapisan masyarakat terlebih kepada penyelenggara pemilu itu sendiri.
Pada tahun ini pesta demokrasi di indonesia mengalami banyak perubahan mulai dari aturan kampanye hingga ke Pelaksanaannya. Pilkada serentak 2020 sebentar lagi akan dilaksanakan. Tentunya dengan protokol kesehatan yang sangat ketat dikarenakan wabah covid 19 masih dianggap sangat tinggi. Sementara tahapan pilkada terus berjalan. Kalaupun pelaksanaan pilkada serentak tetap dilaksanakan tanggal 9 desember 2020 dengan kondisi wabah covid19 masih tinggi maka taruhan nyawa warga masyarakat bisa berakibat fatal meskipun tetap dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Belum lagi berbicara kesiapan anggaran untuk pelaksanaan pilkada tersebut. Pilkada 2020 ditengah pandemi telah memasuki masa kampanye terhitung sejak 26 September hingga 5 Desember 2020 mendatang sebagaimana yang tercantum dalam PKPU Nomor 5 tahun 2020. Pilkada 2020 merupakan proses peralihan kekuasaan 5 tahunan di Indonesia atau dikenal dengan sebutan “pesta demokrasi”. Namun pelaksanaan pilkada 2020 ibarat perjudian besar yang sedang dilakukan elit politik ditengah pandemi covid-19 yang melanda Indonesia.
Tidak terkecuali di Provinsi Jambi khususnya, akan menyonsong pilkada serentak 2020. Tentunya masyarakat menginginkan seorang pemimpin yang jujur dan anti korupsi serta membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi ke depannya. Tidak bisa dipungkiri kontestasi yang di jalani saat ini sangatlah panas baik pada markom pemilihan gubernur sampai pada pemilihan bupati. Salah satunya kabupaten di provinsi Jambi yang akan melaksanakan keikut sertaan dalam ajang pesta demokrasi ini adalah kabupaten Batang Hari, kabupaten Batang Hari adalah salah satu dari lima kabupaten kota di provinsi Jambi yang akan mengikuti pemilihan bupati dan wakil bupati pada pilkada serentak 2020 ini. Ada yang menarik kenapa penulis menulis opini ini, karena kabupaten Batang Hari pada kontestasi pilkada serentak tahun ini menampilkan calon-calon figur bupati dan wakil bupati dari orang-orang yang tidak asing lagi di telinga masyrakat bumi serentak bak regam. Selain itu juga penulis adalah putra daerah asli yang lahir dari kabupaten tertua di provinsi Jambi ini, tak hayal pula bahwa penulis sudah dapat merasakan bagaimana perkembangan dan kemajuan yang telah di raih oleh kabupaten yang saat ini telah berusia ke 72 tahun, tentunya ini bukan lagi usia yang muda bagi sebuah daerah dalam mengembangkan potensi di daerahnya.
MAU DI BAWA KEMANA, ARAH PILKADA BATANG HARI (?)
Memasuki bulan penutup di akhir tahun ini, Desember adalah bulan perubahan bagi seluruh daerah di Indonesia yang mengikuti pesta demokrasi pilkada serentak 2020. 9 Desember nanti tepatnya akan di laksanakan perhelatan akbar yang mengembirakan bagi daerah yang akan memiliki pemimpin baru dan yang mencemaskan bagi masyrakat Indonesia karena pesta ini masih di lakukan pada masa situasi pandemic Covid-19. Tentu nya tidak mudah, bagaimana lagi cepat atau lambat takut atau tidak takut pesta kebesaran bagi negara berpaham demokrasi ini harus tetap di laksanakan.
Kembali pada judul kita diatas, Mau di bawa kemana Arah Pilkada Batang Hari?. Masyrakat kabupaten Batang Hari tentunya sudah pasti mengenal para calon bupati dan wakilnya, latar belakangnya, kehidupannya serta kekerabatannya dengan para pendahulu pemangku kekuasaan di Batang hari. Ada tiga calon bupati dan wakil bupati yang saat ini mengikuti ajang pilkada serentak di kabupaten Batang Hari, dimana ketiga calon ini telah banyak melaksanakan tahapan sosialisasi dan ajang membranding diri kepada masyrakat demi menarik perhatian serta hati masyrakat agar mereka bisa menjadi pilihan masyarakat pada 9 Desember nanti. Seperti yang di ketahui oleh penulis sebagai warga asli bumi serentak bak regam ini tentunya memahami latar belakang dari ketiga sosok figure para calon bupati dan wakil bupati. Yang menarikya selain dari para calon yang memiliki kekerabatan serta latar belakang dengan tokoh besar di Batang Hari, para calon ini juga memiliki latar belakang profesi yang berbeda mulai dari Dokter, Dosen, Birokrat serta wakil rakyat.
Berbicara sistem kekerabatan serta kekeluargaan dengan tokoh besar di Batang Hari, memicu hadirnya pandangan bahwa Batang Hari akan menghadirkan “politik dinasti”. Kita lihat saja memang saat ini dua calon bupati dan satu calon wakil bupati yang merupakan anggota keluarga dari para mantan bupati yang pernah menjabat bahkan yang saat ini masih menjabat pun ikut serta dalam pilkada serentak 2020 saat ini. Memang tidak ada larangan baik dari undang-undang maupun peraturan pemerintah melarang keras pencalonan bagi keluarga yang sudah pernah menjabat di daerah. Seperti yang telah tertuang dalam amanat UUD Negara republik Indonesia bahwa setiap orang memiliki hak untuk dipilih dan memilih jadi tidak ada pengecualian bagi setiap masyarakat yang ingin berpolitik kecuali yang bersangkutan di cabut hak politik atas dasar pelanggaran yang dilanggarnya karena tidak sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Namun disisi yang lain politik dinasti tidak bisa kita perdebatkan apakah akan buruk atau baik kedepanya. Karena penyebutan politik dinasti ini kebanyakan buruk bagi orang-orang yang tidak senang atas kepemimpinan dari pemimpin yang sedang menjabat tersebut.
Namun disisi lain dari ketiga calon bupati dan wakil bupati yang memiliki hubungan kekeluargaan diatas ada satu calon bupati dan wakil bupati yang hadir dengan sosok baru namun keduanya pun bukan lah orang asing bagi warga Batang Hari karena keduanya telah banyak mendedikasikan serta mengabdi untuk melayani masyarakat . Sosok baru ini mengangkat tagline “Arah Baru” hadirnya sosok baru ini membuktikan bahwa di Batang Hari bukan hanya dimiliki oleh kolega-kolega tertentu saja. Namun misterinya dari itu semua setiap pemilihan bupati dan wakil bupati di Batang Hari selalu saja di menangi oleh Orang-orang dari itu ke itu saja, lantas kenapa orang baru selalu tersisishkan di kontestasi bergensi di Batang Hari ada apa demikian?.
Pada 9 Desember nanti adalah jawaban dari misteri dan kemana arah Batang Hari kedepan semua ada pada pemilik hak suara sah yang akan memilih mendatang, akan kah misteri orang baru sang penantang selalu kalah pada kontestasi pilbup itu terpecahakan atau malah akan kembali ketangan keluarga yang akan melanjutkan pembangunan demi Batang Hari lebih baik lagi kedepanya. Semua ada pada paku ditangan masyrakat Batang Hari pada 9 Desember nanti. Pilkada Batang Hari: Arah Baru Atau Politik Dinasti semua ada pada masyarakat kabupaten Batang Hari. Penulis selaku warga asli Batang Hari mengajak seluruh sanak saudara mari kita memilih dengan hati nurani, mari kita memilih untuk Batang Hari yang lebih baik bukan karena ajakan atau pun politik uang. Mari sama-sama 9 Desember kita pilih yang terbaik untuk Batang Hari yang baik kedepanya.
Penulis adalah mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Jambi