Rilis survei Indo Barometer akhir pekan lalu rupanya menjadi akhir petualangan pengacara yang berjuluk Panglima Anjali itu di barisan Cek Endra. Bak pepatah mati satu tumbuh seribu. Meski tanpa Adri, tim pemenangan Bupati Sarolangun itu diklaim tetap solid.
—————–
Dari sebuah rumah di kawasan Pal Lima, Kota Jambi, Kamis 9 April 2020, Adri memfasilitasi sederet juru warta berdiskusi bersama Hadi Suprapto Rusli, peneliti lembaga survey Indo Barometer. Dalam rilis yang diekspose secara terbuka itu, Hadi menjabarkan mapping dan peta terkini Pilgub Jambi, dari riset yang mereka geber sejak 23 Maret hingga 29 Maret 2020.
Hasilnya, posisi Cek Endra, kandidat yang diusung Adri itu, bisa membuatnya bernafas lega. Cek Endra mentereng sebagai kandidat sekaligus penantang terkuat petahana di Pilgub. Cek Endra bahkan memposisikan diri sebagai kandidat yang mengungguli dua kader golkar lainnya, Fasha dan Al Haris.
Setidaknya, hipotesa Indo Barometer itu membuat Adri terbahak-bahak.
“Alhamdulillah…posisi kita makin menguat….,”ujar Adri, kala itu.
Dua hari berselang, Adri mengirim surat ke Cek Endra. Sabtu 11 April 2020, menjadi akhir Ketua MPW Pemuda Pancasila itu di barisan Cek Endra. Ia undur diri dari CE Center, organ pemenangan yang sempat ia pimpin hampir setahun itu.
Mengapa?
Survey Indo Barometer itu, klaim Adri, justru menjadi muasalnya.
“Selaku Direktur Center saya harus bertanggung jawab dengan hasil survei Indo Barometer. Maksudnya begini, saya merasa gagal melihat hasil tersebut. Dengan ksatria, saya memilih mundur. Karena selama satu tahun ini saya tidak bisa mendongkrak suara CE di Kota Jambi,” Adri memaparkan alasannya mundur lewat rilis yang sudah menyebar sejak Senin sore ke tangan wartawan.
Tak lagi bersama Cek Endra, bukan berarti Adri sudah punya tuan baru. Pengacara senior ini memilih konsen mengurus organisasi PP, yang kini dipimpinnya.
“Saya fokus mengurusi organisasi Pemuda Pancasila…,”katanya.
Adri bukan pemain baru di Pilgub. Ia sudah nongol jauh sejak periodisasi Gubernur Zulkifli Nurdin. Ia menjadi aktor utama di Pilgub 2010 ketika mengepung markas KPU Provinsi Jambi. Sukses mengantar duet HBA-Fachrori, Adri belakangan mendapat julukan baru, Panglima Anjali.
Ia mendapat nama besar itu seusai memobilisasi ribuan massa, yang mengepung kantor KPU tersebut.
Periode kedua HBA tahun 2015, Adri sempat ikut bergabung. Tapi, akhrinya ia berbelok ke pasangan Zola-Fachrori, di detik-detik akhir menjelang pencoblosan.
Sebagai aktivis plus pengacara, insting politik Adri lumayan tajam. Dalam sejarah pergerakannya, ia nyaris jarang kalah.
Sementara Cek Endra, amat menghargai keputusan politik koleganya itu. Ia tak bisa melarang, karena ogah mencampuri wilayah private seseorang. Hengkangnya Adri, justru diklaim tak mempengaruhi internal tim.
Lewat Yuskandar, orang dekatnya, Cek Endra memastikan tim tetap solid dalam satu komando. “Tim tetap solid untuk memenangkan Cek Endra menjadi Gubernur Jambi 2020-2024,”ujar Yuskandar, salah satu orang dekat Cek Endra.
Sebetulnya, kata Yuskandar, hasil survey bukan tolok ukur kinerja tim Center, yang digawangi Adri itu. Di wilayah kota misalnya, Cek Endra telah mempercayakan pemenangan kepada Asnawi, tokoh seberang kota.
“Tapi, kita berbesar hati karena saudara Adri sudah mengajukan pengunduran diri secara baik-baik. Kita tidak bisa menahan itu. Kita hormati Adri untuk menjalankan roda organisasinya kedepan,” kata Yuskandar.
Survey Indo Barometer, lanjut mantan anggota DPRD Kabupaten Sarolangun itu, akan menjadi cambuk bagi tim untuk lebih giat lagi.
“Mengingat Pilgub masih panjang, kita atur ritme. Insyallah,,,tim terus solid dan bergerak tiada henti,”ujarnya.(*)