Kota Sungai Penuh tengah menghadapi beragam dilema. Mulai dari narasi politik dinasti yang mencuat, dugaan korupsi yang menggelayut, hingga predikat sebagai daerah termiskin di Provinsi Jambi. Tetapi, ada angin segar yang mulai bertiup, mengusung asa dan harapan. Nama itu adalah Nanda Hasvia, pemuda yang lahir dari rahim politik kota ini dan siap untuk menjadi angin perubahan.
***
Melangkah ringan namun pasti, Nanda masuk ke arena yang sudah terlalu akrab dengan dua skenario berulang; baik itu politik dinasti atau dugaan korupsi yang merajalela. Tapi Nanda, putra Hasvia Hasyimi—PJ Walikota Sungai Penuh pertama—tak datang untuk sekedar melanjutkan saga keluarga atau memelihara status quo.

Ia datang untuk mengejar sesuatu yang lebih besar: sebuah vision untuk kota yang sudah terlalu lama dicengkeram oleh ketidakpastian.
Nanda tampaknya mengadopsi magnetisme alami dan karisma ayahnya. Tapi dengan sentuhan api yang lebih muda dan lebih berani. Bagai bintang yang baru lahir dari nebula, ia membawa energi dan kilauan baru ke dalam konstelasi politik Sungai Penuh.
“Ada batasnya menyaksikan kota tempat kita lahir dan tumbuh terus-menerus dirundung masalah tanpa jalan keluar,” kata Nanda, suaranya bagaikan gemerlap harapan yang memecah kegelapan.
“Saya tidak ingin hanya menjadi bagian dari daftar nama yang pernah memimpin kota ini,” Nanda berbicara dengan mata yang penuh determinasi.
“Saya telah merancang blueprint dan timeline untuk masa depan Sungai Penuh—tidak sebagai sekedar komoditas politik, tapi sebagai sebuah peradaban yang bisa bangkit dan bersinar.”
Ada nuansa istimewa saat ia menyampaikan blueprint itu. Terbayang di matanya jejak SD Tirtoyoso Surakarta, sekolah dasar tempat ia dan Presiden Joko Widodo pernah menuntut ilmu.
“Apakah saya merasa terinspirasi oleh Presiden Jokowi? Tentu,” ujar Nanda, “tetapi ini lebih dari itu. Ini tentang mengambil tanggung jawab untuk tanah kelahiran saya. Sungai Penuh tidak perlu menjadi korban dari masa lalunya. Kami bisa, dan kami akan, meraih masa depan yang lebih cerah.”
Sebagai seorang yang paham seni retorika dan komunikasi, Nanda bukan hanya pandai dalam merangkai kata. Tapi juga piawai membangun relasi.
Ini telah membuka jalan untuknya. Menciptakan basis dukungan yang tak hanya luas tapi juga beragam.
“Saya tidak ingin menjadi pemimpin yang terasing dari rakyatnya. Saya ingin menjadi seseorang yang benar-benar diterima oleh semua lapisan masyarakat,” kata Nanda, sambil memaparkan visinya tentang bagaimana ia bisa menjadi jembatan antara kebijakan dan aspirasi publik.
Dengan basis dukungan yang solid dan bertumbuh, Nanda Hasvia tak ragu untuk merumuskan ambisinya lebih lanjut. Ia telah menegaskan niatnya untuk berpartisipasi dalam Pilwako Sungai Penuh 2024.
“Ini lebih dari sekadar pilihan atau ambisi pribadi. Ini adalah panggilan untuk membawa perubahan nyata ke Sungai Penuh, perubahan yang kita semua tahu sangat dibutuhkan,” imbuhnya.
Jika kemampuan berkomunikasi adalah segalanya dalam politik, maka Nanda Hasvia sudah memiliki separuh dari formula sukses. Namun, yang lebih mengesankan adalah bagaimana ia menggunakan keterampilan ini untuk membuka dialog antara berbagai kelompok dan mewujudkan visi yang lebih inklusif dan berkesinambungan untuk Sungai Penuh.
Berbekal orasi dan diplomasi, Nanda siap memasuki arena Pilwako 2024, bukan sebagai peserta biasa, tapi sebagai seseorang yang memiliki kekuatan paling fundamental dalam demokrasi: kemampuan untuk berkomunikasi, untuk menyatukan, dan akhirnya, untuk mengubah.
Bagi Nanda, entri ke dunia politik Sungai Penuh tidak sekedar tentang memenangkan pemilu. Lebih dari itu, ia ingin menggarisbawahi sebuah perubahan dramatis yang mampu mempengaruhi ribuan nyawa dan menentukan arah dari sebuah kota yang sudah terlalu lama terjebak dalam spiral masalah.
“Pemilu hanyalah jalan, bukan tujuan,” tegasnya.
“Tujuan saya adalah bagaimana membuat Sungai Penuh lebih baik, dalam jangka pendek dan panjang. Ini tentang legacy, tentang menciptakan sesuatu yang akan diingat generasi mendatang sebagai titik balik.”
Sebagai salah satu pengusaha sukses, ia memiliki segalanya—kekuatan, pengaruh, dan kekayaan. Tapi saat matahari tenggelam, melukis awan dengan corak keemasan dan merah, ia merasakan sebuah panggilan yang lebih besar, sebuah misi yang lebih agung.
“Saya telah berkontribusi melalui bisnis. Tetapi politik memberikan ruang yang lebih besar untuk membantu banyak orang,” kata Nanda, sambil menatap keluar jendela, seolah melihat sebuah visi Sungai Penuh yang berbeda—lebih inklusif, lebih sejahtera, lebih maju.
Ia berdiri bukan hanya sebagai Wakil Ketua DPD Gerindra Provinsi Jambi dan Ketua SandiPreneur Jambi. Tapi sebagai sebuah simbol dari potensi yang belum sepenuhnya tergali dari kota ini.
Kesuksesan di dunia bisnis bukanlah akhir dari perjalanan Nanda, melainkan sebuah prolog dramatis. Seperti kapten yang siap meninggalkan kapal pesiar mewahnya untuk mengambil alih kemudi sebuah kapal negara yang sedang berada dalam badai. Nanda siap untuk membawa perubahan revolusioner ke Sungai Penuh.
“Politik adalah medan yang memungkinkan saya untuk tidak hanya meningkatkan satu bisnis atau komunitas, tetapi sebuah kota, sebuah generasi,” ucapnya dengan mata yang penuh api.
Tidak hanya itu, Nanda juga aktif dalam berbagai organisasi pemuda, termasuk Pemuda Pancasila, dan saat ini menjabat sebagai pengurus MPW Pemuda Pancasila Provinsi Jambi.
“Ini pekerjaan semua pihak, tidak hanya satu atau dua individu,” katanya, menegaskan bahwa semua lapisan masyarakat harus terlibat dalam perubahan.
Potensi “Kuda Hitam”
Dalam labirin politik Sungai Penuh, yang sarat dengan alur dan subplot yang rumit, Nanda Hasvia muncul bukan sebagai pemeran pengganti, tapi sebagai potensi ‘Kuda Hitam’.
Dalam bahasa teater, ia bisa jadi adalah twist dalam plot cerita yang sudah terlalu dapat ditebak. Dan twist ini tidak hanya memberikan kejutan tapi juga membawa energi baru, sebuah ritme yang mampu memecah kejenuhan drama politik di Sungai Penuh.
Di tengah medan pertempuran politik yang dipenuhi kebisingan dan retorika, Nanda berdiri sebagai mercusuar yang menawarkan arah dan harapan.
Apakah ia akan menjadi pahlawan yang akan membebaskan Sungai Penuh dari rantai kemunduran atau sekedar menjadi karakter baru dalam cerita lama yang sudah sering kita dengar?
Satu hal yang pasti: mata masyarakat Sungai Penuh saat ini tak lepas dari Nanda Hasvia, pemuda yang siap menjadi simbol resistensi dan harapan di tanah kelahirannya.(Dandi Pranata)
Analisis Politik: Nanda Hasvia dan Dinamika Politik Sungai Penuh Menuju Pilwako 2024
Konteks Sosial-Politik Sungai Penuh
Kota Sungai Penuh memiliki latar belakang politik yang cukup kompleks, dengan isu-isu yang berkisar dari politik dinasti, dugaan korupsi, hingga status sebagai daerah termiskin di Provinsi Jambi. Ini menciptakan ruang untuk tokoh baru yang dapat membawa perubahan signifikan.
Nanda Hasvia: Capital Sosial dan Politik
Nanda Hasvia, putra dari Hasvia Hasyimi, tokoh yang pernah menjabat sebagai PJ Walikota Sungai Penuh, secara inheren memiliki kapital politik dari keluarganya. Namun, apa yang membedakan Nanda adalah kapasitasnya dalam memanfaatkan kapital ini dalam bentuk carisma pribadi dan keberhasilan bisnis. Ia juga menjabat dalam posisi politik penting, seperti Wakil Ketua DPD Gerindra Provinsi Jambi, yang menambah kredibilitasnya sebagai figur politik serius.
Keahlian Komunikasi dan Jaringan
Nanda juga menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang kuat, yang penting dalam konteks demokrasi yang sering kali didorong oleh retorika dan penampilan publik. Ia diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, yang menciptakan diversifikasi dalam basis dukungannya—sesuatu yang bisa menjadi keunggulan kompetitif dalam pemilu.
Transisi dari Bisnis ke Politik
Nanda Hasvia menggabungkan reputasinya sebagai pengusaha sukses dengan ambisi politiknya. Ini menandakan transisi yang semakin umum dari sektor bisnis ke politik, dengan pemahaman bahwa keberhasilan dalam bisnis seringkali memberikan keterampilan yang dapat diaplikasikan dalam tata kelola publik. Nanda merasa politik memberikan “ruang yang lebih besar untuk membantu banyak orang,” yang menunjukkan perspektif welfaristik yang bisa menarik bagi pemilih yang kecewa dengan status quo.
Kekuatan dan Kelemahan
Kekuatan
- Kapital sosial dan politik yang kuat
- Kemampuan komunikasi dan carisma
- Pengalaman bisnis yang membawa perspektif praktis dalam tata kelola publik
Kelemahan
- Isu dinasti politik bisa menjadi bumerang, terutama dalam konteks politik lokal yang sudah jenuh dengan dinasti
- Sebagai figur baru, ia mungkin belum memiliki rekam jejak dalam pelayanan publik yang dapat dinilai oleh pemilih
Nanda Hasvia memasuki panggung politik Sungai Penuh dengan sejumlah kekuatan unik yang membedakannya dari kompetitor. Dengan basis dukungan yang kuat dan beragam, serta keahlian komunikasi dan manajemen, ia adalah salah satu kandidat yang perlu diperhatikan dalam Pilwako 2024.
Namun, tantangannya akan ada pada bagaimana ia dapat meyakinkan pemilih bahwa ia lebih dari sekadar ‘anak orang penting’ dan bahwa ia memiliki visi yang konkret serta kapabilitas untuk menerapkannya.
Kesuksesan Nanda Hasvia dalam mendefinisikan narasinya sendiri—separate dari bayang-bayang keluarga dan prestasi bisnisnya—akan menjadi faktor penentu dalam kapabilitasnya untuk mengubah dinamika politik di Sungai Penuh.(Tim Litbang Jambi Link)
Editor : Awin Sutan Mudo