Minggu, 17 September 2023, Edi Purwanto, Ketua DPRD Provinsi Jambi, tampak serius. Ia memetakan masalah yang selalu hangat setiap tahunnya di Jambi: Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Tapi fokusnya hari ini bukan sembarang isu; ia menyoroti 500 unit sumur bor yang tersebar di tiga kecamatan di Provinsi Jambi.
“500 titik, tiga kecamatan, dan satu masalah besar: Apakah sumur bor ini benar-benar efektif dalam menangani Karhutla, atau kita hanya membuang waktu dan sumber daya?” ujarnya, menatap peta indikatif restorasi yang menunjukkan lokasi-lokasi rawan Karhutla di Jambi.

Situasi di Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, dan Kabupaten Muaro Jambi, tampaknya semakin kritis. Menurut Edi, area ini sudah masuk dalam peta indikatif restorasi dan jadi fokus pemerintah daerah untuk menangani Karhutla.
Tapi, apakah sumur bor yang telah dibangun benar-benar efektif?
“Saya minta di audit lah, sumur bor di tanah gambut itu. Apakah fungsional atau tidak, berapa yang berfungsi dan berapa yang tidak,” desak Edi, menambahkan bahwa ia dulu berharap Tim Restorasi Gambut Daerah (TRGD) akan diserahkan ke TNI dan Polri.
“Mereka ini yang selalu berjibaku di lapangan. Kalau mereka yang leading sector-nya TRGD, saya yakin kualitasnya bagus,”imbuhnya.
Menariknya, usulan Edi ini muncul di tengah situasi dimana keberlanjutan upaya pencegahan dan penanganan Karhutla menjadi fokus banyak pihak, termasuk pemerintah pusat. Tapi sementara berbagai instansi berlomba mengusulkan strategi, Edi menuntut jawaban langsung dari lapangan.
“Kita butuh data, bukan asumsi,” katanya tegas.
Edi Purwanto mengakui bahwa audit massal ini tidak hanya akan menjadi pemeriksaan fungsi, tapi juga akuntabilitas penggunaan anggaran yang tak sedikit.
“Kita bicara soal ratusan unit di tiga kecamatan. Ini masalah serius yang butuh penanganan serius,” tegasnya.
Maka, di minggu ini, Ketua DPRD Provinsi Jambi, Edi Purwanto, meminta audit komprehensif atas sumur bor di zona-zona rawan Karhutla. Tidak hanya sebagai respons atas keadaan darurat yang sering terjadi, tetapi juga sebagai sebuah evaluasi atas efektivitas strategi yang selama ini dijalankan.
Itu dia, satu langkah nyata yang ia percayai, bisa menjadi tonggak perubahan dalam menangani Karhutla di Jambi. Publik menunggu, anggota dewan lainnya merespon, dan alam, tentunya, juga menunggu—apakah kali ini manusia akan lebih serius dalam menjaganya.(*)