Langkah-langkah Karyadi dalam mengejar solusi terhadap problematika angkutan batubara di Jambi tak bisa dianggap remeh.
Ia bergerilya, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan sebuah misi yang sangat serius: menyatukan visi semua pihak yang berkepentingan.
Jika kata ‘bergerilya’ biasanya dikaitkan dengan pertempuran di hutan atau perlawanan terhadap penjajah, bagi Karyadi, bergerilya adalah perjuangan mempengaruhi opini dan kebijakan di meja-meja diskusi.

Mengawali hari dengan pertemuan penting di Hotel Ratu, Karyadi bertemu Adri, ketua MPW Pemuda Pancasila Provinsi Jambi, dan Sapuan Ansori, anggota DPRD Provinsi Jambi.
Di sana, dia sudah mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi kemacetan yang disebabkan oleh angkutan batubara.
Tak lama setelah itu, ia bergerak cepat menuju lokasi selanjutnya: warung Sate Eddy Mayang.
Karyadi tiba di warung tersebut, tempat yang jauh lebih santai daripada Hotel Ratu. Tapi tak kalah serius dalam konteks diskusi yang akan berlangsung.
Di sini, ia duduk berhadapan dengan John Eka Powa, Kadishub Provinsi Jambi.
Seperti yang sudah digambarkan sebelumnya, di atas meja yang sama, mereka menyusun rencana dan memperkuat komitmen.
“Perjuangan ini memang berat, tapi kami harus terus bergerak maju,” ungkap Karyadi.
Di matanya terlihat tekad yang kuat, seakan ia baru saja keluar dari sebuah pertempuran penting—dan memang itulah adanya.
Karyadi memulai, “Ada urgensi nyata di sini, kita harus bertindak sekarang. Batubara adalah jantung ekonomi kita, tetapi juga bisa menjadi kanker jika tidak dikelola dengan baik.”
John Eka Powa menanggapi, “Saya setuju. Di Dishub, kami sudah berpikir keras tentang solusi jangka panjang. Mungkin relokasi beberapa jalur bisa menjadi solusi, tentu dengan melakukan kajian mendalam terlebih dahulu.”
Adri, yang juga ikut dalam diskusi ini, menambahkan, “Saya rasa, solusi integratif adalah kunci. Relokasi jalur, memperbaiki infrastruktur, dan juga membahas perizinan—semuanya harus berjalan beriringan.”
Momen ini, meski diselimuti aroma bumbu dan asap sate, seakan membeku sejenak. Itu menegaskan bahwa mereka sedang membahas sesuatu yang bisa mengubah nasib banyak orang di Jambi.
“Saya akan kembali ke tim saya dan kita akan mulai merumuskan beberapa opsi,” janji Karyadi, meneguk teh hangatnya.
“Ini adalah awal dari sesuatu yang besar, saya yakin itu,”imbuhnya.
Adri menutup pertemuan dengan kata-kata yang penuh harapan, “Ini adalah momentum kita, mari kita tidak menyia-nyiakannya. Kita adalah pionir perubahan, dan ini adalah saatnya beraksi.”
Upaya Karyadi begitu serius dan terencana. Tak sekadar serangkaian pertemuan tanpa tujuan.
Ia bergerilya dengan misi, merangkul stakeholder dari berbagai latar untuk membentuk aliansi yang kuat.
Setiap pertemuannya adalah sebuah taktik dalam strategi lebih besar untuk membawa perubahan nyata di Provinsi Jambi.(*)