Arah Baru Negeri Jambi
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • DUNIA
  • NASIONAL
  • OPINI
  • RAGAM
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • DUNIA
  • NASIONAL
  • OPINI
  • RAGAM
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Arah Baru Negeri Jambi
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • DUNIA
  • NASIONAL
  • OPINI
  • RAGAM

Mengapa Banyak Politisi Meniru Soekarno?

Editor Admin
Rabu, 10 Juni 2020
Di DAERAH, POLITIK

Mematutkan diri laiknya tokoh termasyhur adalah bagian strategi untuk memobilisasi dan mengantongi suara pemilih. Pada kajian kali ini, Dr Jafar Ahmad akan menyibak, setidaknya ada tiga pendekatan untuk menganalisis perilaku memilih. Kanal Youtube Channel Belajar Politik ini, semestinya dapat menuntun Anda bagaimana memaksimalkan upaya dalam memperoleh dukungan pemilih dalam pertarungan politik. Simak penjelasannya.

***

Dr Jafar–begitu ia akrab disapa–, lagi-lagi mengawali kajiannya dengan pernyataan disclaimer. Kajian ini murni bersifat akademis, bukan bermaksud untuk mendukung seseorang atau melemahkan pihak lain.

RELATED STORIES

Raker, TIPD IAIN Kerinci Siapkan Kampus Digital

Kembali Pulang oleh Panggilan “Emak” dan Kampus

Awas! Ombudsman Pelototi Distribusi Gas LPG 3 KG

Saiful Mujani Diangkat Sebagai Guru Besar Ilmu Politik UIN Jakarta

Presiden Soekarno dan Buya Hamka: Berteman dan Bermusuhan (bagian 2)

Kronologi Meletusnya Perang Antar Desa Semerap dan Muak Kerinci

Jika pada kajian sebelumnya, edisi Rabu 3 Juni 2020, kita diajak Dr Jafar untuk memahami bagaimana memetakan kekuatan kandidat–lewat teori sosial Bourdie–.

Nah, kali ini, lewat kupasan yang ringan dan terperinci, Dr Jafar kembali membawa kita untuk memahami bagaimana proses memobilisasi suara pada sebuah kontestasi, yang ditelisik dari sudut pandang perilaku memilih.

Anda sebagai seorang kontestan, menurut Jafar, tak ubah laksana seorang pegawai yang sedapat mungkin harus piawai memahami apa isi hati si bos. Supaya jabatan anda naik, supaya anda dicintai si bos.

Sebagai seorang kandidat, anda laksana calon pengantin yang harus berikhitar keras, bahkan dengan segala cara, supaya bisa merebut hati si calon mertua.

Dalam sebuah kontestasi, di level manapun, kepiawaian mencuri hati pemilih mutlak diperlukan. Jika anda ingin keluar sebagai pemenang, tentunya.

Tapi…bagaimana caranya?

Sejauh ini, menurut Jafar, ada tiga pendekatan perilaku memilih yang kudu dipahami. Pendekatan Sosiologis, Sikologis dan Pilihan Rasional.

Pendekatan Sosiologis, kata Jafar, berkaitan dengan perilaku pemilih, yang menentukan pilihannya karena didasari hubungan sosiologis dengan kandidat.

“Misalnya dia satu suku dengan kandidat. Satu Agama. Satu organsiasi. Satu almater. Ini dinamakan hubungan sosiologis,”ujar Jafar.

Bisa dimaklumi, dibanyak kasus tak jarang kandidat lalu mengkonstruk atau membangun hubungan secara sosiologis dengan si pemilih. Si kandidat sadar, dia bukan dari etnis tertentu. Tapi, demi memperoleh suara, apalagi etnis itu tergolong mayoritas, si kandidat terpaksa mengkonstruksi dirinya sebagai bagian dari etnis tersebut.

“Dia konstruk sehingga mendapatkan surat dari kepala suku, yang menyatakan dia bagian dari suku itu. Atau berusaha menjadi bagian dari keturunan Raja. Atau memotong kerbau supaya diakui sebagai bagian dari komunitas etnis. Itu sebenarnya cara kandidat untuk mendekatkan diri dengan calon pemilih,”jelasnya.

Berikutnya adalah pendekatan sikologis.

Secara singkat, Jafar mengatakan, bagaimana seorang kandidat mampu memahami dan menggali faktor-faktor kesukaan si pemilih. Faktor suka itu banyak pula sumbernya. Bisa karena si calon mirip dengan tokoh yang pemilih idolakan, misalnya.

Menjadi wajar, kata Jafar, banyak calon yang coba-coba mematutkan diri dengan figur tertentu. Yang paling sering ditiru adalah tokoh termasyhur, Soekarno.

Si kandidat, bahkan berusaha tampil gagah, memakai peci hitam di kepala, dan sengaja mengenakan pakaian khas Soekarno, supaya dianggap mirip dengan putra sang fajar itu.

“Ada calon yang berusaha membuat dirinya mirip dengan artis tertentu. Makanya, eksposur atau kemunculan citra diri seorang kandidat menjadi penting, untuk menarik pemilih yang mendasarkan pilihannya pada kesukaan personal figur,”bebernya.

Terakhir adalah pendekatan pilihan rasional.

Ada asumsi, kata Jafar, bahwa pemilih cerdas hanya memilih orang yang profesional, orang baik dan punya trak record anti korupsi. Mereka lantas sering disebut pemilih rasional.

Dalam konteks politik, pilihan rasional sejatinya bukan begitu.

Pilihan rasional adalah pilihan dimana seorang pemilih baru akan memilih ketika kebutuhan atau kepentingannya dipenuhi oleh kandidat. Kepentingan pemilih itu bisa macam-macam.

“Misal…Mereka baru bisa memilih kalau jalan di sekitar rumahnya di aspal. Ada pula pemilih yang kepentingannya cukup dengan imbalan uang Rp 200 Ribu. Dalam konteks politik, inilah yang disebut pemilih rasional. Mereka memilih karena tahu kepentingannya terpenuhi,”ujarnya.

Untuk bisa memahami lebih dalam, Dr Jafar lantas mengajak anda untuk melihat bagaimana proses pemilihan Rektor di berbagai kampus. Para guru besar, kata Jafar, tidak selalu menjatuhkan pilihannya karena melihat bagusnya figur Rektor.

Tapi, mereka lebih melihat bagaimana kedekatan atau hubungannya dengan si calon Rektor. Apakah kepentingannya bisa terakomodir atau tidak.

Lalu, ada pertanyaan begini. Di posisi mana istilah Politik Identitas? Yang kerap dipakai dalam tiap Pilkada atau Pilpres?

Menurut Jafar, politik identitas berada di posisi pendekatan sosiologis. Dia misalnya, identitasnya terhubung atau tidak dengan si kandidat, baik secara agama, suku atau lainnya.

“Identitas sangat mudah didrive dan dimobolisasi untuk menggerakkan pemilih. Salah satu yang paling menonjol adalah identitas keagamaan dan kesukuan. Dua hal ini paling mudah disulut. Agama dan suku hampir selalu digunakan dalam tiap kontestasi politik, di semua level. Termasuk Amerika,”ujarnya.

Obama misalnya, ketika Pilpres sempat diidentitaskan sebagai sosok bukan asli Amerika. Karena ayahnya yang Afrika. Semua arena politik, kata Jafar, hampir selalu menggunakan identitas untuk mendrive pemilih, supaya memilih atau malah sebaliknya.

Pertanyaan selanjutnya, pendekatan mana yang paling kuat untuk menggulung suara?

Masing-masing pendekatan tentu punya pengaruh kuat. Ada sisi baik dan sisi lemahnya.

“Dulu…Saya pernah melakukan riset di beberapa kabupaten di Jambi. Terkait perilaku memilih ini. Temuannya menarik. Kelengketan atau kekuatan dukungan terhadap kandidat sangat besar kalaulah 3 unsur tadi terpenuhi sekaligus,”terangnya.

“Misalnya anda calon kepala daerah. Saya pemilih. Satu sisi, anda satu kampung dan satu agama dengan saya. Kita terhubung oleh pendekatan sosilogis. Secara sikap, anda saya kenal sebagai kandidat baik. Itu yang membuat saya takjub. Ketiga, kepentingan saya sebagai pemilih, bisa pula anda penuhi. Pilihan yang begini akan sangat kuat,”imbuhnya.

Bagaimana jika ketiganya tak bisa dipenuhi?

Kekuatan kedua ketika bergabungnya pendekatan sosiologis dan rasional. Anda misalnya terhubung secara kesukuan, agama, organisasi atau kelompok. Lalu, anda juga memenuhi kebutuhan atau kepentingan si pemilih.

“Dua hal ini kalau menyatu bisa menjadi kuat untuk mendapatkan suara,”katanya.

Paling bawah adalah pendekatan sikologis.

Tapi, luasnya arena pertempuran akan menjadi penentu. Maksudnya begini. Ketika pendekatan sosiologis dan pilihan rasional tak mampu menjangkau pemilih yang jumlahnya besar, maka, disinilah citra atau pendekatan sikologis berperan penting.

“Sebab pemilih tak bisa dijangkau oleh dua pendekatan tadi. Jadi, eksposur untuk membangun citra diri menjadi senjata ampuh. Membangun citra relatif lebih murah dan mudah dibanding membangun pendekatan sosiologis dan pilihan rasional. Untuk mendapatkan suara lewat pendekatan sikologis, anda cukup membuat iklan, berita, baliho, banner, sepanduk, yang biayanya relatif tak mahal, tapi, bisa menjangkau pemilih yang luas dan banyak,”ujarnya.

Yang perlu dicermati, kalaulah ruang lingkup pemilihan kecil, yang milih sedikit, maka, pendekatan sikologis hampir tak berpengaruh. Faktor kesukaan menjadi tak berpengaruh. Karena pendekatan sikologis itu sifatnya abstrak.

“Kalau saya dikasih beras, sarung, itu namanya kongkrit. Selalu yang konkrit itu mengalahkan yang abstrak. Betul anda suka dengan calon A, karena tampangnya yang mirip Soekarno misalnya. Tapi, yang ngasih duit misalnya kandidat B. Bisa berpaling dia,”ujarnya.

Untuk bisa memetakan tiga pendekatan itu, paling mudah adalah dengan survei. Bagaimana cara memahami peta, perilaku dan demografi pemilih, untuk memastikan bahwa mereka memilih atau tidak atas dasar apa. Maka, survei adalah jawabannya.

“Saya kira survei untuk sementara menjadi satu-satunya pilihan masuk akal berbasis ilmu pengetahuan untuk memetakan kekuatan dan perilaku memilih. Lewat survei, anda sebagai kandidat bisa memetakan apakah punya kesempatan menang atau tidak,”katanya.(*)

 

 

 

Kata kunci: ilmu politikJafar Ahmadkajian politikperilaku memilihpolitik idnetitasSoekarno
Berita selanjutnya
Ilustrasi

Kala Amaliah Manaqib Berpendar di Rumah Dinas Bupati Sarolangun

Kapolda sedang Cek persiapan Logistik Ops Tinombala.

Irjen Pol Syafril Nursal Blak-blakan Soal Aksi Penumpasan Teroris di Poso

Pencanangan Zona Integritas di lingkungan BPS Provinsi Jambi

BPS Jambi Canangkan Gerakan Zona Integritas

Cek Endra dengan sepeda motor trailnya ketika menyusuri belantara hutan.

Rahasia Kesuksesan Cek Endra

Peta Indeks Demokrasi Jambi sepanjang 10 tahun terakhir.

Peta Indeks Demokrasi Provinsi Jambi Sepanjang 2009-2018

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Hukum Berat Bandar Sabu, Dewan Dukung Kapolda Jambi Buru Mr T

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Kasus RS Arafah, Keluarga Pasien Datangi DPRD Kota Jambi

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Polisi Buru Bandar Sabu Jambi Pemilik 7 KG Sabu Asal Malaysia

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Penyelundupan 7,3 KG Sabu dari Malaysia ke Jambi Digagalkan Polisi, Milik Bandar Besar Inisial T?

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Mahasiswa Muhammadiyah Desak Kapolda Jambi Tangkap Bandar Sabu Inisial Mr T

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Haru! Masyarakat Dapatkan Pelayanan Maksimal dari RSUD Raden Mattaher Jambi Walau Berobat Pakai SKTM

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • 5 Truk Batu Bara Dikandangkan Satlantas Polresta Jambi karena Langgar Jam Operasional, Ini Nama Perusahaannya

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Laksanakan Program Jaksa Masuk Sekolah, Bukti Kepedulian Kejari Batanghari pada Dunia Pendidikan

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Tanah di Muaro Jambi, Sertifikat di Kota Jambi

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0
  • Ditjen Bina Marga Enggan Perbaiki Jalan Rusak di Jambi Akibat Angkutan Batu Bara, Begini Respon H Bakri

    0 Dibagikan
    Bagikan 0 Tweet 0

Iklan

  • Beranda
  • Redaksi
  • Kode Etik
  • Pedoman
  • Perlindungan
  • Disclaimer
  • Privacy Policy

© 2020 Jambilink - Jalan HM Yusuf Singedekane, Lorong Purnawira, No 7, RT 21, Telanaipura, Kota Jambi. Kode Pos 36122. Developed by Ara.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
    • BATANGHARI
    • BUNGO
    • KERINCI
    • KOTA JAMBI
    • MERANGIN
    • MUARO JAMBI
    • SAROLANGUN
    • SUNGAIPENUH
    • TANJAB BARAT
    • TANJAB TIMUR
    • TEBO
  • DUNIA
  • NASIONAL
  • OPINI
  • RAGAM

© 2020 Jambilink - Jalan HM Yusuf Singedekane, Lorong Purnawira, No 7, RT 21, Telanaipura, Kota Jambi. Kode Pos 36122. Developed by Ara.