New Delhi – Lapangan pekerjaan yang tersedia di India tidak sebanding dengan angkatan kerja di negara itu. Memperebutkan pekerjaan di lingkungan pemerintahan merupakan proses yang menyiksa, bahkan pasangan suami-istri dan anggota keluarga pun saling beradu.
Anish Tomar melamar pekerjaan di pemerintah India. Dia sudah terbiasa dengan proses itu karena ini adalah upayanya yang ketujuh untuk memperoleh pekerjaan tersebut.
Seperti biasa, kompetisinya berat. Namun kali ini dia bahkan harus beradu dengan istrinya untuk pekerjaan sebagai petugas medis bagi lansia di Perusahaan Kereta Api India.

Pekerjaan ini relatif rendah secara kedudukan, tapi tetap menarik ratusan, bahkan ribuan pelamar. Ini serupa dengan pekerjaan yang sebelumnya dilamar Tomar.
Tomar tidak cerewet, dia sempat melamar menjadi guru dan penjaga hutan, tapi dua usahanya itu berujung pada kegagalan.
“Saya tidak lolos tes psikologis di departemen kehutanan,” ujar laki-laki berusia 28 tahun itu.
Tomar saat ini bekerja sebagai tenaga pemasaran di perusahaan kesehatan di Bhilwara, kota kecil di Rajasthan, kawasan utara India, yang dikenal sebagai pusat industri tekstil.
Tomar mendapat upah sebesar 25 ribu rupee atau sekitar Rp5,1 juta per bulan. Dia merasa kerap bekerja di luar batas perjanjian dan tak mendapat bayaran lebih atasnya.
“Saya bahkan harus menjawab telepon di tengah malam. Ini saatnya beristirahat,” ujarnya.
Bagi orang seperti Tomar yang tinggal di kota kecil India, lowongan yang disediakan pemerintah adalah hal yang patut diperjuangkan. Pekerjaan itu memberikan keamanan finansial, atap bagi kepalanya, dan tunjangan kesehatan gratis bagi keluarga.
Ada pula fasilitas lain seperti tunjangan bepergian bagi seluruh anggota keluarga karyawan.
Pekerjaan di bidang pelayanan publik, seperti di perusahaan perkeretaapian India, menarik minat ribuan orang.
Satu-satunya hambatan untuk mendapat layanan itu adalah anggota keluarga harus menjadi tanggungan, tapi karena keluarga India biasanya besar, fasilitas itu dapat disesuaikan.
Usai ulasan menyeluruh terhadap upah pegawai negeri tahun 2006, gaji pemula ternyata cukup kompetitif di sektor perorangan.
Jika Tomar mendapatkan pekerjaan yang diidamkannya, yang termasuk bekerja di rumah sakit milik Perusahaan Kereta Api India, dia dapat meningkatkan penghasilannya hingga 35 ribu rupee atau Rp7,2 juta.
Jadi, fakta bahwa banyak sekali orang tertarik melamar kerja saat perusahaan kereta atau departemen kepolisian membuka lowongan bukanlah hal yang mengagetkan. Jumlah pelamar dapat secara dramatis melebihi jumlah posisi yang dibuka.
Tomar membutuhkan lebih dari keberuntungan untuk mendapatkan pekerjaan itu, karena rata-rata ada lebih dari 200 pelamar untuk satu posisi yang lowong.
Maret lalu, setelah tiga tahun yang senggang, Dewan Rekrutmen Kereta Api mengiklankan secara nasional 100 ribu posisi yang lowong, di antaranya adalah perawat rel, porter, dan tenaga listrik. Lebih dari 23 juta orang tercatat mendaftarkan diri.
Tanggapan yang berlebihan itu bukan hal yang aneh. Beberapa pekan setelahnya, 200 ribu warga Mumbai mendaftar untuk 1.137 posisi tenaga keamanan dengan kedudukan paling rendah di Kepolisian Mumbai.
Tahun 2015, negara bagian Uttar Pradesh menerima 2,3 juta lamaran untuk 368 posisi tenaga administrasi di sekretariat pemerintahan. Artinya, ada 6.250 pelamar untuk setiap posisi yang lowong.
Jumlah itu sangat besar sehingga pemerintah menangguhkan peserta rekrutmen karena butuh lebih dari empat tahun untuk mewawancara seluruh pelamar.
Dalam banyak kasus, pelamar untuk lowongan itu mempunyai kualifikasi lebih dari yang dibutuhkan–sebagian dari mereka memegang titel sarjana teknis dan bisnis.
Untuk terpilih menjadi pegawai negeri, kandidat hanya perlu mampu mengendarai sepeda dan tercatat memulai sekolah pada usia 10 tahun.
Agar sesuai dengan persyaratan 100 ribu lowongan yang tersedia, mereka hanya perlu lulus sekolah menengah atas.
Lantas, apa yang mendorong banyak pelamar berpendidikan memperebutkan lowongan pekerjaan itu? Pasti ada alasan yang lebih dari sekedar gaji atau keuntungan material lainnya.
Bagi pelamar yang beruntung mendapatkan pekerjaan itu, mereka secara otomatis meraih kedudukan yang lebih tinggi dalam tradis pernikahan berbasis penjodohan.
Fenomena itu direkam dalam film Newton tahun 2017, film yang menjadi pintu gerbang India menuju penghargaan Oscar.
Dalam film tersebut, karakter yang diperankan aktor Rajkummar Rao menyadari kedudukannya dalam pemerintahan merupakan keuntungan dalam mencari pasangan.
“Ayah perempuan itu adalah kontraktor dan anda adalah pejabat pemerintahan. Itu adalah kemewahan dalam hidup,” ujar ayah Newton.
“Mereka juga menawarkan mas kawin senilai satu juta rupee (Rp206 juta) dan sebuah sepeda motor,” ujar ibunda Newton.
Pejabat pemerintahan meninjau rumah sakit diUttarPradesh. Di berbagai lembaga dan jenjang karier, jabatan pegawai negeri sulit diraih.
Perkeretaapian secara umum memiliki peran penting dalam budaya masyarakat India. Jika Anda membayangkan berpergian keliling Amerika Serikat, pikiran Anda mungkin jatuh pada pilihan perjalanan darat. Tapi di India, pilihan itu jatuh pada kereta api.
Merujuk artikel yang terbit Agustus 2017, sistem perkeretaapian India mengangkut lebih banyak orang di gerbong berpendingin udara-meski mereka juga mempunyai kereta tanpa AC–dibandingkan seluruh penerbangan domestik.
Ada pula kota seperti Gorakhpur dan Jhansi di Uttar Pradesh dan Itarsi, yang ada di daerah selatan negara bagian Madya Pradesh, yang berutang pengembangan kawasan mereka pada koneksitas kereta api.
Dan di pedalaman India, pelayanan publik oleh pemerintah telah lama diidamkan.
“Area ini sebenarnya agraris dan masyarakat yang feodal, di mana bekerja untuk pemerintah merupakan keuntungan sosial,” kata Amitabha Khare, direktur eksekutif di Dewan Rekrutmen Perkeretaapian.
“Pola pikir seperti itu bahkan masih bertahan hingga sekarang,” ujarnya.
Ini adalah bukti ketika Anda melihat lembaga layanan publik teratas India, seperti Layanan Administratif India (IAS). Negara bagian di kawasan tengah India, Uttar Pradesh dan Bihar, secara rutin menerima pelamar dalam jumlah terbanyak setiap tahun.
Menurut pejabat senior perkeretaapian yang tak ingin namanya disebut, rata-rata 15 ribu pegawai lembaga itu meminta dipindahtugaskan ke kampung halaman mereka.
“Sebagian besar dokumen pelamar berisi permohonan untuk dikirim ke Uttar Pradesh dan Bihar,” ujarnya.
Namun daerah ‘sabuk sapi’ di sekitar Gangga merupakan daerah dengan tingkat kemiskinan dan buta huruf tertinggi. Bekerja untuk pemerintah memungkinkan mereka berkesempatan ditugaskan ke tempat kelahiran, bukan ke daerah lain.
Jumlah populasi yang terlalu besar dan sempitnya lapangan pekerjaan menyebabkan hiruk-pikuk serta perburuan lowongan dalam kondisi demografi seperti ini menjadi berlebihan.
Beberapa jabatan dalam pemerintahan India dimintai karena menyediakan keuntungan material seperti tunjangan kesehatan dan transportasi bagi anggota keluarga.
DT, seorang tenaga keamanan di Badan Penegak Hukum Kereta Api (RPF), diterima kerja usai 25 kali mendaftar menjadi pegawai negeri. Dia sebelumnya mendaftar di polisi perbatasan Tibet (ITBP) dan Angkatan Bersenjata India.
Kolega dan teman-teman polisi JS menghabiskan empat tahun melamat di berbagai departemen, termasuk di kepolisian negara bagian Uttar Pradesh dan Pusat Industri Keamanan (CISF).
Di akhir cerita, peringkat atas penerima kerja di IAS terdapat mantan pegawai Google yang berusia 28 tahun, Anudeep Durishetty. Ia mengikuti seleksi selama tujuh tahun sebelum akhirnya diterima.
Melamar untuk posisi pegawai negeri di India dapat diartikan sebagai urusan keluarga. Istri polisi JS saat ini tengah menjalani pendidikan untuk menjadi guru negeri di Ghaziabad, Uttar Pradesh, daerah mereka tumbuh dewasa.
“Saya akan meminta penugasan di daerah itu dalam setahun atau beberapa waktu mendatang, ketika dia telah diterima kerja,” ujar JS.
Lalu bagaimana istri Anish Tomar, Priya, yang juga mendaftar menjadi petugas medis kereta api? Bukannya memandang dirinya sebagai saingan suaminya, Priya justru memperbesar peluang anggota keluarganya mendapatkan jabatan di pemerintahan.
“Kenapa tidak,” ujarnya. “Gaji mula-mula sangat bagus dan pekerjaan itu akan membawa peruntungan dan martabat ke keluarga kami.” (*)
Sumber: detik.com