MELIHAT langit malam ini, bulan muncul hampir sempurna, bulan purnama menandakan bulan ini sudah pertengahan. Ya, bulan Ramadhan ini sudah hampir separuh kita jalani. Ada terucap kata “tak terasa” Ramadhan yang penuh berkah ini hampir separuh.
Makna yang perlu diambil, adalah sudah seberapa jauh kita memeluk bulan yang pernuh berkah ini ? Kita perlu meninjau kembali atau mengoreksi diri sendiri baik dari segi sikap, perbuatan, kelemahan, keasalahan, dan amal yang sudah dilakukan selama bulan Ramadhan ini.
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Terjemahan Q.S. AL Hasyr: 18)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa hendaknya manusia menghisab (menghitung-hitung amalnya) dirinya sendiri sebelum Allah yang menghisab dirinya. Hendaknya pula manusia melihat dan memperhatikan bekal dan tabungan amal salih yang akan dibawa ke hadapan Rabbnya. Bahkan, Allah memberikan penegasan kepada manusia dua kali dalam ayat ini untuk selalu bertakwa kepada-Nya yang mencakup pelaksanaan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Rosulullah bahkan setiap malam menghisab dirinya sendiri. Mahkuk yang amat dicintai Allah dan dijamin syurga itupun masih saja melakukan intropeksi apa yang telah dilakukannya sehari-hari.
Para sahabat pun demikian, Umar bin Khattab sahabat Rasulullaah Shallallaahu ‘alayhi wassallam pernah pula berkata,“Hisablah dirimu sendiri sendiri sebelum dirimu dihisab (pada hari kiamat), dan timbanglah amal perbuatanmu sendiri sebelum perbuatanmu ditimbang (pada hari kiamat).” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzy)
Kita menyadari bahwa begitu banyak kelalaian yang kita perbuat. Begitu banyak hak-hak Allah yang kita tinggalkan. Tak jarang kita melakukan serentetan kesalahan yang di sisi Allah begitu besar dosanya. Dosa – dosa itu bisa saja kita mengetahuinya, namun terkadang ada hal-hal yang membuat kita masih saja melakukannya.
Ada beberapa pertanyaan yang patut kita renungkan dalam proses muhasabah ini. Mari kita bertanya, berapa banyak Alquran yang kita baca dalam sehari ?
Sudah berapa banyak hati dan raga yang tersakiti akibat dari lontaran kata pedas dan sakitnya pukulan kita? Sudah berapa sering kita shalat namun tidak tepat waktu bahkan tak jarang meninggalkannya?
Adakah waktu kita gunakan dengan sebaik mungkin ataukah selama diisi dengan berbagai macam kesia-siaan bahkan kemaksiatan yang mendatangkan murka Allah?
Allah maha pengampun, dan dibulan pernuh berkah ini, adalah saat tepat kita kembali memperkuat keimanan dan ketakwaan kita kepda Allah Subahanawataala. (*)