Sabtu malam (16/9/2023) di Balairung Pinang Masak Kampus Universitas Jambi (Unja), Mendalo, Kabupaten Muaro Jambi, berlangsung sesuatu yang lebih dari sekedar konser musik. Lampu sorot memancar dari panggung, menyinari wajah-wajah muda yang serius tapi bersemangat—semuanya mengenakan setelan merah putih: jilbab merah, baju putih, dan bawahan hitam. Mereka adalah ribuan mahasiswa yang hadir di Konser Anti Radikalisme, sebuah acara kolaboratif antara Polda Jambi dan Unja.
Irjen Rusdi Hartono, Kapolda Jambi, berdiri tegak di atas panggung. Dengan mata tajam dan intonasi yang membumi, beliau berbicara tentang bahaya radikalisme yang bisa merusak bingkai kehidupan masyarakat. “Kita harus melawan segala bentuk radikalisme,” ujar beliau, mengukuhkan tema yang menjadi tonggak acara ini.
Menurut Kombes Pol. Mulia Prianto, Kabid Humas Polda Jambi, konser ini juga menjadi ruang untuk kampanye anti radikalisme dan penyebaran paham yang dapat mengancam generasi muda. “Kampanye ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya melawan radikalisme untuk mewujudkan lingkungan kampus dan masyarakat yang aman, toleran, dan berpegang teguh pada nilai-nilai kebangsaan,” katanya.

Tidak hanya penuh dengan orasi dan diskusi serius, acara ini juga diselingi dengan pertunjukan budaya dan musik. Mahasiswa Unja yang berasal dari Papua menampilkan Tari Papua yang meriah. Ghea Indrawari, pelantun lagu “Jiwa Yang Bersedih,” menghadirkan suasana haru dan reflektif dengan suara emasnya. D’Fresh Band turut memeriahkan acara, mengajak seluruh audiens bergoyang dan bernyanyi bersama.
Konser ini lebih dari sekedar hiburan; ia adalah ajang perenungan dan aksi kolektif. Sebuah ruang di mana seni dan musik menjadi alat untuk berdiskusi tentang topik serius: bagaimana generasi muda harus bersama-sama melawan kegelapan ideologi radikal yang mengancam keutuhan bangsa.
Acara ini berhasil menciptakan momentum kebersamaan yang tinggi. Ribuan mahasiswa berdiri, menyanyi, dan berdiskusi, semua dalam satu tujuan: melawan radikalisme dan intoleransi. Meski hari sudah beranjak malam, semangat mereka tampaknya tak akan padam—seperti api kecil yang bersama-sama membentuk bara besar, membakar semangat kebangsaan dan toleransi.
“Agar tercipta suasana yang aman, toleran, dan berpegang teguh pada nilai-nilai kebangsaan,” pungkas Kabid Humas Polda Jambi, menegaskan kembali esensi dari acara ini.(*)