Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memantau kondisi keuangan BUMN penugasan. Khususnya perusahaan pelat merah yang mendapatkan tugas dari pemerintah untuk pembangunan infrastruktur di bidang energi hingga jalan dan transportasi.
Bagaimana sih kondisi keuangan perusahaan pelat merah tersebut?
Dalam rangkuman laporan keuangan sejumlah BUMN Karya yang punya tanggung jawab melakukan pembangunan infrastruktur yang menjadi target pemerintah.

Begini kondisinya:
Dalam laporan keuangan para BUMN karya yang melantai di pasar modal hingga akhir tahun 2017, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) yang mengantongi laba bersih Rp 989,9 miliar, naik 74,7% dari Rp 566 miliar. Pendapatan usaha juga naik 27,4% dari Rp 10,8 triliun menjadi Rp 13,76 triliun.
Lalu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), laba bersihnya naik 46,66% dari Rp 465,46 miliar jadi Rp 682,64 miliar. Penjualan bersih juga naik 69,99% jadi Rp 15,88 triliun dari Rp 9,34 triliun.
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) berhasil mengantongi laba bersih Rp 2,57 triliun, naik 137,9% dari Rp 1,08 triliun. Pendapatan usaha Rp 28,5 triliun, naik 50% dari Rp 14 triliun.
Sedangkan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) memperoleh laba bersih Rp 205,07 miliar, naik 78% dari Rp 115,18 miliar. Pendapatan usaha juga naik 53% jadi Rp 8,7 triliun dari Rp 5,69 triliun.
Arus Kas Mulai Seret
Masih merujuk laporan keuangan yang sama, peningkatan laba bersih itu tidak dibarengi dengan cash flow yang sehat. Seperti PTPP arus kas bersih dari aktivitas operasi masih minus Rp 1,52 triliun. Hal itu lantaran pembayaran kas kepada pemasok dan sub kontraktor lebih besar yakni Rp 11,8 triliun dibanding penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp 11,7 triliun.
Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) PTPP juga saat ini sebesar 1,8 kali, dengan jumlah liabilitas Rp 22,8 triliun dan jumlah ekuitas Rp 12,49 triliun.
Sementara total arus kas untuk aktivitas operasi ADHI minus Rp 3 triliun. Total arus kas penerimaan Rp 6,87 triliun sementara total arus kas pengeluaran lebih besar yakni Rp 9,9 triliun.
DER ADHI juga cukup tinggi yakni 3,4 kali. Adapun jumlah liabilitasnya sebesar Rp 18,8 triliun dan jumlah ekuitasnya Rp 5,55 triliun.
Arus kas bersih untuk aktivitas operasi WIKA juga masih minus Rp 2,69 triliun. Penerimaan kas dari pelanggan hanya Rp 9,8 triliun namun pembayaran kepada pemasok sebesar Rp 11,5 triliun.
DER WIKA saat ini 2 kali dengan jumlah liabilitas sebesar Rp 26,87 triliun dan jumlah ekuitas sebesar Rp 13,17 triliun.
Begitu pula dengan WSKT yang arus kas bersih untuk aktivitas operasinya minus Rp 5 triliun. Penerimaan kas dari pelanggan Rp 14,24 triliun sedangkan pengeluaran kas pada pemasok sebesar Rp 16,55 triliun.
Sementara DER WSKT saat ini 2,9 kali dengan catatan total liabilitas sebesar Rp 65,7 triliun dan total ekuitas sebesar Rp 21,9 triliun. (*/ara)
Sumber: detik.com