Surabaya – Tingginya permintaan terhadap daging ayam selama bulan Ramadan mengakibatkan harga ayam potong di pasar Kota Surabaya juga ikut melambung tinggi.
Persoalannya, tingginya permintaan tersebut tidak dibarengi dengan ketersediaan pasokan daging ayam. Hal ini dirasakan oleh Umrotul Kholifah (47), salah satu pedagang di pasar tradisional DTC Wonokromo.
“Harga terus merangkak naik, mulai 36-37 (Rp 36.000-37.000, red) perkilogramnya selama 2 minggu terakhir. Tapi harga itu bisa berubah lagi ketika lebaran ketupat tiba harganya bisa naik hingga Rp 40 ribu,” ungkap Umrotul, Senin (4/6/2018).

Umrotul menambahkan, selisih kenaikan harga ini juga dikatakan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga daging ayam di bulan Ramadan tahun lalu. Ini karena bulan Ramadan tahun lalu, harga ayam potong masih di kisaran Rp 28 ribu dan pada lebaran ketupat naik menjadi Rp 30 ribu saja.
“Selisihnya lumayan banyak. Salah satu faktornya adalah pasokan dari pemasok ayam potong ke juragan pertama dibatasi. Dengan begitu dampaknya kepada pengecer yang kebingungan untuk menjualnya,” kata Umrotul.
Umarotul mengaku pasokan ayam potong kepada pengecer juga dibatasi. Biasanya para pedagang di pasar tradisional DTC Wonokromo memperoleh stok daging ayam potong sebanyak 4-5 kuintal dari distributor.
“Kini kami dibatasi hanya mendapatkan 1,5 hingga 2 kuintal ayam potong saja. Dalam sehari kita bisa mendapatkan Rp 2 juta perharinya. Dulu bisa dua kali lipat karena pasokan daging ayam potong melimpah,” paparnya.
Di sisi lain, kondisi ini membuat para penjual eceran di Pasar DTC kehilangan pembeli. “Harga mahal, pembeli sepi,” ujar Umrotul.
Stok ayam yang terus berkurang juga dirasakan oleh Muslima (40), pedagang ayam potong di Pasar Keputran Utara. Muslima juga merasa kebingungan atas kenaikan harga ayam potong tersebut. Apalagi pembeli menjadi sepi.
“Semoga harga ayan pada saat lebaran nanti tidak begitu mahal sehingga para pembeli bisa kembali ramai,” tuturnya. (*/ara)
Sumber: detik.com