Sepanjang sejarah, Fachrori Umar terjejak sebagai satu-satunya Gubernur Jambi yang mensyiarkan adat melayu Jambi : Berpantun. Tersisip disemua acara resmi.
—————-
Abdul Syukur pergi mengaji
Supaya pintar membaca Alquran
Mari bersyukur kepada Ilahi
Mudah-mudahan acara kita diberkahi Tuhan…….
Inilah penggalan pantun sarat pesan yang dibawakan Gubernur Fachrori ketika melawat ke Pondok Pesantren Tahfizul Quran Ummul Quro, di Dusun Rantau Duku, Kecamatan Rantau Pandan, Bungo, belum lama ini. Bukan kali itu saja. Pantun menggelitik ini selalu ia tuturkan tiap akhir sambutan, di acara apa saja.
Maklum, nama Haji Syukur kini mendadak populer. Ehhh….Mantan Hakim Pengadilan Agama Samarinda itu pun kini dikenal sebagai Gubernur yang jago berpantun.
Ya…
Dialah satu-satunya sosok gubernur yang mempopulerkan budaya khas melayu Jambi itu. Berpantun sudah menjadi kebiasaannya, bahkan sejak ia mendampingi Gubernur Hasan Basri Agus (HBA), periode 2010-2015 silam.
Suami Rahimah itu misalnya, selalu menyisipkan paling tidak dua buah pantun disetiap acara yang dihadirinya. Baik acara dinas ataupun acara lainnya. Sebagai seorang Gubernur, Fachrori memang dikenal sosok hangat. Tak kaku dan gemar bergurau.
Ia juga dikenal taat beribadah. Jarang meninggalkan Tahajud–Sholat Malam–, kecuali sedang meriang. Jangan heran, Fachrori kerap menyisipkan nasehat-nasehat keagamaan setiap kali berpidato atau berkomunikasi dengan masyarakat.
Bahkan, saat sesi wawancara dengan awak media pun, Fachrori selalu menyisipkan nasehat menggugah itu. Meneladani sifat-sifat Rasulullah, bertawakal dan konsisten meningkatkan keimanan menjadi nasehat utamanya.
Saking cintanya Fachrori kepada Nabi, ia bahkan selalu mengumbar bangga terhadap warga yang nama depannya ada kata Muhammad.
Lahir di Bathin II Babeko, Bungo 23 November 1952. Karir politik Fachrori diawali ketika menjadi Wakil Gubernur Jambi hingga dua periode (2010-2015 dan 2016-2018). Fachrori dilantikan Presiden Jokowi menjadi Gubernur Jambi pada Februari 2019, menggantikan Zumi Zola.
Sebelum terjun ke politik, Fachrori adalah Ketua Pengadilan Tinggi Manado. Padahal, Fachrori tak pernah bercita-cita menjadi Gubernur. Mimpi pun, maaf, tak pernah terlintas.
Tapi, takdir itu datang menghampirinya, tanpa jeda. Ia sukses mendampingi dua Gubernur dan kini malah menjadi Gubernur.
II
Selapas tamat Sekolah Rakyat (SR), Fachrori merantau ke Ranoh Minang. Melanjutkan sekolah di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung Bukit Tinggi, selama 7 tahun hingga selesai tahun 1971. Fachrori kemudian meneruskan kuliah di IAIN Imam Bonjol, Bukit Tinggi hingga usai tahun 1974. Dari tanah kelairan Bung Hatta itu, Fachrori melanjutkan petualangannya hingga ke tanah jejawi. Ia meneruskan kuliah Magister di Univesitas Islam Negeri Ciputat Jakarta.
Sejak remaja, Fachrori memang dikenal mandiri. Hidup jauh dari orang tua, Fachrori serba kekurangan. Tapi, bukan lantas membuat ia berkecil hati. Fachrori berpeluh keringat menamatkan kuliah, sambil bekerja. Sebagian uangnya untuk biaya hidup, sebagian ditabung untuk keperluan kuliah.
Syukurlah….
Perjuangan itu tak sia-sia. Kerja kerasnya berbuah manis. Setamat kuliah, Fachrori diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil–kini Aparatur Sipil Negara–, sebagai hakim di Pengadilan Agama Samarinda, Provinsi Kaltim. Dari sinilah karir Fachrori di birokrasi bermula.
Kepiawaiannya menangani sederet kasus di Pengadilan Agama, karir Fachrori terus melejit. Di tangannya, pasutri yang berniat cerai ehh…mendadak mengurungkan niatnya.
Maklum, baru dua tahun di tanah dayak (1982-1984), Fachrori lantas mendapat promosi sebagai Ketua Pengadilan Agama Bangko. Semasa di Merangin, Fachrori bahagianya bukan main. Ia merasa pulang kampung.
Perkenalannya dengan Hasan Basri Agus itu berawal ketika ia ditunjuk menjadi Ketua Pengadilan Agama Kota Jambi. Kala itu, HBA masih menjabat Sekda Kota. Keduanya sempat akrab dan tak menyangka bakal berduet di Pilgub 2010 itu.
Menutup karir sebagai Ketua Pengadilan Tinggi Agama Manado, Fachrori akhirnya berbelok ke politik pada 2010. Setelah sang koleganya itu–mantan Sekda Kota Jambi yang sewaktu itu sedang menjabat Bupati Sarolangun–, meminangnya menjadi calon Wakil Gubernur.
Setelah istikhoroh, Fachrori dengan “Bismillah” terjun ke politik menjadi cawagub HBA. Dewi fortuna pun berpihak padanya. Ia sukses memenangi kontestasi dengan suara meyakinkan.
Tokoh berusia 67 tahun itu dilantik menjadi gubernur Jambi menggantikan Zumi Zola, pada 13 Februari 2019. Fachrori terpaksa memimpin Jambi seorang diri, tanpa wakil. Tapi, itu bukan perkara sulit baginya.
Sebab, ia sudah berpengalaman dua periode mendampingi Gubernur. Otomatis, program pembangunan dikuasainya. Ritme birokrasi dipahaminya.
“Saya melanjutkan apa yang sudah terprogram dalam visi misi Jambi Tuntas dan Jambi Emas. Tidak ada yang tidak dilanjutkan. Seperti program beasiswa, tetap ada. Begitu juga untuk program-program lain yang sudah disusun dalam visi misi Gubernur terdahulu,” ujar Fachrori.
Kini, sang hakim yang pandai berpantun itu tengah berikhtiar menuju Jambi 1. Mengusung tagline Jambi Berkah, Fachrori berniat mensejahterakan rakyat dengan memadu dua visi gubernur sebelumnya.(*)
BIODATA
Nama : Dr. Drs. H. Fachrori Umar, M.Hum
Tempat/Tanggal Lahir : Bathin II Babeko, Bungo, Jambi, 23 November 1952
PENDIDIKAN
- Sekolah Dasar (SD), 1965
- Madrasyah Tarbiyah Islamiyah Candung Bukit Tinggi (7 Tahun, s/d 1971)
- IAIN Imam Bonjol, Bukit Tinggi (s/d 1974)
- Sarjana Muda IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (1976)
- S-1 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1979)
- S-2 Universitas Jaya Baya, Jakarta (2003)
- S-3 Ilmu Pemerintahan Universitas Padjajaran, Bandung (2015)
RIWAYAT JABATAN
- Hakim Pengadilan Agama Samarinda Prov. Kaltim (1982–1984)
- Hakim Pengadilan Agama Muara Bungo (1984–1997)
- Wakil Ketua Pengadilan Agama Bangko (1997–1998)
- Ketua Pengadilan Agama Kota Jambi (1999–2003)
- Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama Jambi (2003–2008)
- Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Manado (2008–2010)
- Wakil Gubernur Jambi (2010–2015)
- Wakil Gubernur Jambi (2016–2018)
- Pelaksana Tugas Gubernur Jambi (2018–2019)
- Gubernur Jambi (2019–)