Singapura – Menjelang pertemuan bersejarah antara Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump di Singapura pada Selasa, 12 Juni, ada beberapa hal yang masih menjadi pertanyaan publik. Salah satu pertanyaan itu adalah bagaimana kedua pemimpin tersebut berkomunikasi, apakah Kim Jong-un bisa berbahasa Inggris? Atau mungkin Trump bisa berbahasa Korea?
Sebagai seseorang yang pernah menempuh pendidikan di negara Barat, banyak yang meyakini bahwa Kim Jong-un memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang cukup baik, yang memungkinkannya berkomunikasi dengan Trump dalam KTT mendatang.
Pemimpin muda Korea Utara itu dilaporkan pernah belajar di sekolah internasional berbahasan Inggris di Gümligen, Swiss dengan menggunakan nama Chol-pak dari 1993 sampai 1998. Dia juga disebutkan pernah menjadi siswa di sekolah negeri Liebefeld Steinhölzli dari 1998 sampai 2000 dengan menyamar sebagai putra dari pegawai kedutaan besar Korea Utara di Bern sebelum pulang dan melanjutkan pendidikan di Universitas Kim Il-sung.

South China Morning Post melansir, pengaruh kehidupannya di luar negeri itu terlihat dari aksen bahasanya yang menarik perhatian selama KTT antar-Korea dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in. Pada pertemuan yang berlangsung akhir April itu, publik Korea Selatan dikejutkan dengan aksen Kim yang terdengar memiliki “pengaruh Swiss” saat berbicara.
Laporan majalah Prancis L’Hebdo menyebutkan bahwa Kim pernah mempelajari Bahasa Inggris, Prancis dan Jerman selama di Swiss. Namun, laporan lain dari Telegraph pada 2012 mengungkap bahwa putra dari Kim Jong-il itu mendapatkan nilai buruk di ketiga bahasa tersebut dan hanya berhasil lulus dengan nilai pas-pasan di Bahasa Inggris.
Jadi apakah Kim Jong-un bisa berbahasa Inggris?
Pada pertemuannya dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, Minggu, Kim tampak berkomunikasi dengan menggunakan bantuan penerjemah, sehingga banyak ragu dia akan berbicara langsung dengan Trump dalam Bahasa Inggris.
Selain itu, pertemuan dengan Trump adalah sebuah pembicaraan diplomatik tingkat tinggi yang memerlukan tingkat kefasihan bahasa Inggris yang lebih tinggi dibandingkan sebatas obrolan biasa. Karena itu meski mungkin mampu berkomunikasi dengan Bahasa Inggris, Kim Jong-un kemungkinan akan lebih memilih menggunakan kemampuan penerjemah dalam KTT ini.
Walaupun Kim mungkin berbalas salam dalam Bahasa Inggris dengan Trump, pembicaraan antara keduanya tampaknya akan dilakukan dengan menggunakan penerjemah. (*)