Kerinci – Gubernur Jambi, Al Haris, yang juga memiliki gelar adat Datuk Mangku Bumi Setio Alam, menghadiri kenduri adat atau kenduri Sko di Desa Baru Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci pada Minggu, 12 November 2023. Kehadirannya di acara ini menegaskan pentingnya menjaga tradisi dan nilai-nilai budaya lokal, terutama di tengah tahun politik yang seringkali menimbulkan perbedaan.
Disambut hangat oleh keluarga besar alam sakti Lekuk 50 Tumbi Lempur, Al Haris menerima penghormatan melalui ritual pemberian minum oleh sanak betino dan pemberian Pusako keris karang Setio oleh Depati Agung Lekuk 50 Tumbi. Acara ini, yang diadakan di Gedung Pemuda Alai Sakti, Desa Baru Lempur, dihiasi dengan tari persembahan dan prosesi adat, memberikan nuansa keakraban dan kehangatan.
Gubernur Al Haris, didampingi oleh Pejabat (Pj) Bupati Kerinci, Asraf, mengungkapkan rasa bangganya dapat kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga besar dalam momen kenduri Sko. “Acara kenduri Sko dalam adat adalah untuk mengulang supaya adat lamo Pusako usang tidak boleh tinggal, tetap lestari di tengah masyarakat,” ujar Al Haris.
Dia juga menekankan pentingnya kenduri Sko dalam mempertahankan tradisi budaya dan mempererat silaturahmi. “Momen kenduri Sko ini juga momen berkumpulnya sanak keluarga, yang jauh kembali pulang. Kita harap acara ini tetap ada untuk menguatkan adat budaya, supaya anak cucu kito memahami adat budaya kito,” tambah Al Haris.
Pada kesempatan tersebut, Al Haris juga menyampaikan pesan penting tentang menjaga persatuan dan kondusifitas di tengah masyarakat, terutama mengingat tahun politik yang akan datang. “Apa lagi tahun depan ini tahun politik, pasti ada perbedaan di antara kita. Ingat kita ini keluarga besar lekuk 50 tumbi, warga Kerinci, Warga Jambi, jangan terpecah belah oleh politik,” tegasnya.
Kehadiran dan pesan Gubernur Al Haris di kenduri Sko Desa Baru Lempur ini menjadi simbol pentingnya mempertahankan nilai-nilai budaya dan adat istiadat di tengah dinamika sosial dan politik yang ada. Acara ini tidak hanya sebagai perayaan tradisi, tapi juga menjadi sarana pemersatu dan penguat identitas budaya di tengah perbedaan yang ada di masyarakat.(*)