Bagaimana Abdul Murady Darmansyah, pengusaha asal Kumun Kerinci itu berjibaku membangun dermaga militer di bawah bayang-bayang Corona.
—————–
Pulau itu dikenal dengan julukan gerbang timur Indonesia. Berbatasan dengan Australia dan Timor Leste. Hanya berjarak 30 menit naik pesawat dari Ibu Kota Northen Territory, Darwin.
Kepulauan Tanimbar namanya. Kepulauan ini berada di wilayah Maluku Tenggara Barat. Saumlaki adalah nama ibu kota kabupatennya. Pulau ini, sejak dulu telah menjadi destinasi wisata terfavorit bule Australia. Mereka kerap bermanja-manja hingga berhari-hari di pulau nan idah dan eksotik itu. Menyuguhkan keindahan panorama laut, biasanya mereka akan berenang di pantai dan menikmati kuliner khas pulau.
Di sana, selain menyajikan pemandangan pantai dan kapal Pelni yang sedang berlabuh. Para penggemar fotografi misalnya, bisa memilih pelabuhan nelayan untuk mengabadikan pemandangan langit dengan latar perahu-perahu nelayan yang hilir mudik.
Saban sore, wisawatan kerap bermain bola di bibir pantai yang berpasir itu. Saat matahari mulai merayap turun, keriuhan biasanya berganti dengan dentuman musik dangdut remix di lapak-lapak berdinding terpal.
Sejak wabah Corona menyerbu, Saumlaki menutup ketat akses masuk. Wisawatan tak bisa lagi berkeliaran ke sana. Pemerintah setempat mulai menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) teramat ketat. Untuk pekerja yang terpaksa datang dari luar misalnya, mesti menjalani karantina. Tentu saja selama 14 hari penuh.
Maklum, di Saumlaki inilah Tentara Nasional Indonesia membangun Pangkalan militernya. Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) itu berada di bawah komando Pangkalan Utama AL (Lantamal) IX Ambon, Jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur.
Abdul Murady Darmansyah akhirnya bisa bernafas lega. Sebanyak 56 orang anak buahnya–yang bekerja di bawah bendera PT Matra Naluri Muda–itu, usai menjalani masa karantina.
Mereka adalah pekerja proyek pembangunan dermaga milik TNI AL di Saumlaki, Kepulauan Tanimbar itu. Sejak dua pekan lalu, para pekerja ini tiba di sana. Tapi, oleh tentara, mereka diwajibkan menjalani masa karantina selama 14 hari penuh. Tujuannya, untuk memastikan mereka sehat, bebas Covid-19.
Semasa itu, mereka menjalani karantina sesuai standar tentara. Maklum, bukankah mereka akan bekerja dan hilir-mudik di zona militer?.
Saban pagi dan sore misalnya, kata Murady, mereka menjalani olahraga rutin di ruang terbuka. Sesekali senam bersama. Sekali lain lari-lari kecil dan bermain bola. Semuanya dijalani dengan semangat dan gembira.
“Mereka olahraga di ruang terbuka agar terpapar sinar matahari. Sambil juga terus brifing tentang kerja..,”ujar Murady, lewat pesan aplikasi WA kepada Jambi Link.
Tes kesehatan juga dijalani secara rutin. Bagi yang terdetek mengalami kenaikan suhu tubuh, siap-siap saja langsung diisolasi. Tiap hari pula, mereka mendapat asupan gizi tinggi–vitamin dan telur–, untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Syukurlah…semuanya dalam keadaan sehat walafiat. Mulai dari manajer proyek hingga pekerja konstruksi, semuanya bebas Covid-19.
“Hari ini, Ahad 12 April 2020 semua karyawan sudah mengakhiri masa karantina itu…,”cerita Murady Darmansyah.
Dari Jakarta, Murady terus memberi semangat. Ia mengontrol perkembangan para pekerja, via aplikasi WA.
“Saya terus mendoakan semoga semua karyawan selalu dalam lindungan Allah SWT. Saya juga berpesan agar mereka tekun ibadah dan terus berdoa agar kita dan keluarga dalam keadaan sehat walafiat. Semoga musibah yang mendunia ini cepat berlalu,”ujarnya.
Murady adalah bos PT Matra Naluri Muda–yang langganan mengerjakan proyek-proyek militer–. Mantan anggota DPR RI dapil Jambi periode 2009-2014 itu juga memiliki sederet perusahaan yang bergerak di berbagai bidang.
Setidaknya, ada sejumlah perusahaan yang masih di bawah kendalinya saat ini, antaralain PT Ghalaya Abafi Persada L, PT Matra Naluri Muda , PT Sulfatama Kencana, PT Abdulmurady Darmansyah , PT Tribuana Manggala Yudha, PT Insam Luber Kencana, PT Bumi Teduh Bersinar, PT Insam Jatra, dan PT Tri Daya Samudera.
Dari kantor pusat di Jakarta, pengusaha asal Kumun, Kerinci itu menyebut terus-menerus mengirim suplay obat dan APD untuk para pekerja. Kepada para karyawan yang berada di perbatasan Australia itu, Murady berpesan.
“Tetap ikuti petunjuk arahan pemerintah. Disiplin, jaga kebersihan dan jaga jarak,”katanya.
Dermaga militer yang di bangun Murady itu bakal mampu menampung empat kapal patroli berukuran jumbo. Dermaga ini juga dirancang memiliki landasan pacu pangkalan udara, yang dikonsep memiliki panjang lintasan 1.500 meter. Dan akan terus di tambah lagi menjadi 3.000 meter, supaya bisa menampung pesawat besar.
Hal itu bagian dari rencana pemerintah memperkuat wilayah perbatasan. Untuk itu TNI menyulap pulau-pulau terluar menjadi kapal induk. Di pulau Saumlaki itu, pesawat tempur dan pesawat transportasi akan bisa mendarat. Kapal bisa, logistik pun bisa.
Nah,
Dari sekian banyak pengusaha, hanya Murady, anak Kumun ini yang dipercaya membangun dermaga pangkalam militer itu.
“Di tengah ancaman wabah, kita terus bekerja dengan Bismillah….,”kata Murady.(*)
Berikut foto-foto para pekerja seusai menjalani masa karantina di zona Militer :



