Di saat pergulatan politik di Kerinci semakin memanas dan nama-nama calon Pj Bupati mulai beredar, Boy Edwar, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kerinci menyampaikan gagasannya, yang dianggap vital untuk keberlanjutan Kerinci. Inilah figur ideal Pj Bupati Kerinci versi Boy Edwar.
***
“Kita butuh pemimpin yang mengenal medan, yang menghuni jiwa Kerinci,” suaranya menggema.

“Tak ada waktu untuk belajar dari kesalahan, tak ada waktu untuk pelan-pelan menyatu. Waktu kita sangat, sangat terbatas!”tegasnya.
Garis keras di wajah Boy Edwar menegaskan betapa serius dan mendesaknya pernyataan ini.
“Kita tak perlu pemimpin yang masih harus beradaptasi, yang perlu melihat peta atau meminta arahan. Kita butuh seseorang yang bisa membaca daerah ini seperti membaca telapak tangannya sendiri,” ia melanjutkan, hampir seperti seorang komandan yang sedang memotivasi pasukannya sebelum perang besar.
“Bayangkan sebuah kapal di tengah badai, tanpa nahkoda yang tahu ke mana arahnya. Itu adalah Kerinci jika kita salah memilih. Ini bukan hanya soal memilih seseorang yang akan duduk di kursi empuk kantor bupati. Ini adalah soal memilih matahari untuk menyalakan langit Kerinci, bukan sebuah lilin yang bisa padam kapan saja,” tegas Boy Edwar, politisi senior partai Golkar itu.
Boy Edwar menegaskan tak ada waktu untuk belajar berenang di tengah badai. Menurutnya, pemimpin harus sudah siap berenang, bahkan jika itu harus melawan arus.
“Maka dari itu, kita butuh putra daerah, kita butuh darah Kerinci, yang sudah tahu betul karakter dan kebutuhan daerah ini. Kita butuh seseorang yang akan menerobos gelap, dan membawa kita semua ke sebuah fajar baru untuk Kerinci,”katanya, berapi-api.
Tenaga Kuda
“Sebuah kursi bisa diisi oleh siapa saja, tetapi sebuah takhta memerlukan raja,” kata Boy Edwar.
Menurutnya, tak cukup hanya mengisi kekosongan kursi. Kerinci, sebagai daerah paling ujung barat Jambi, memerlukan figur ‘tenaga kuda’—orang yang bisa melompat tinggi untuk Kerinci.
Di mata Boy Edwar, ‘tenaga kuda’ adalah metafora yang penuh makna. Ini bukanlah soal kekuatan fisik, tapi lebih kepada energi, visi, dan dedikasi yang tak kenal lelah.
“Ini bukan sekadar tentang mengisi ruang kosong dengan seorang individu, ini tentang menemukan orang yang bisa menjadi mesin, pemicu perubahan yang kita butuhkan,” ujarnya.
Seolah memvisualisasikan pernyataannya, Edwar melukiskan gambaran sebuah balap kuda di pikirannya.
Pj Bupati harus seperti kuda pilihan di lomba yang paling menentukan. Dia harus mampu berlari cepat, menanjak, bahkan melompat melewati rintangan jika perlu.
Dia adalah sosok yang harus punya energi tak pernah habis, tak pernah puas, selalu haus akan kemajuan.
“Bahkan terbang, jika itu yang dibutuhkan untuk memajukan Kerinci,” sambungnya, suaranya kian memanas, hampir seakan-akan mengejar sesuatu yang tak kasatmata.
Kata-kata itu lebih dari sekadar kata-kata. Itu adalah api, keinginan, sebuah impian untuk daerah yang memerlukan lebih dari sekadar pemimpin.
“Kita butuh matahari, sebuah bintang yang mampu mengangkat seluruh tata surya ini,” ujarnya.
Bukan sekadar perubahan administratif, tapi Boy Edwar menginginkan Pj Bupati adalah figur yang mampu membawa transformasi jiwa dan semangat yang akan menerangi jalan bagi generasi mendatang.
“Tak ada waktu lagi untuk berjalan-jalan di taman,” tegas Edwar.
“Saatnya kita melompat menuju langit yang lebih tinggi. Karena Kerinci bukan hanya butuh matahari, Kerinci butuh matahari yang bisa dan akan selalu bersinar terang.”
Arahkan Mata ke Nasional, Tanam Akar di Lokal
Boy Edwar menatap tajam seolah melihat sebuah horison yang belum terjangkau, sebuah cakrawala yang melampaui batas fisik Kabupaten Kerinci. “Sumber daya kita memang minim, tapi bukankah keterbatasan adalah ibu dari inovasi?” ujarnya dengan semangat yang menggelora.
“Kita memerlukan pemimpin yang tidak hanya pandai berlari di lapangan lokal, tapi juga mampu terbang mencapai pentas nasional,” tambah Edwar. “Seorang pemimpin ideal adalah mereka yang bisa menghadirkan matahari, bukan hanya untuk Kerinci, tetapi untuk Indonesia. Seorang yang punya jaringan yang luas, yang bisa melobi anggaran hingga level nasional.”
Edwar menyadari bahwa Kerinci perlu lebih dari sekedar ‘tenaga kuda’ lokal. Perlu ada visi yang melampaui batas geografis, mencapai ke pusat kekuatan ekonomi dan politik. “Dengan sumber daya yang minim, strategi kita tidak bisa hanya lokal. Mesti ada sentuhan nasional,” terangnya, matanya berbinar-binar seperti bintang di langit malam.
Kata-katanya tidak hanya sekedar mimpi atau visi tinggi yang mengambang. Ini adalah pernyataan misi, sebuah panggilan untuk aksi nyata. “Pemimpin harus bisa merangkul bantuan dan sumber pembiayaan dari luar daerah. Dengan jaringan yang luas, pemimpin yang tepat akan membawa Kerinci ke arah yang benar-benar baru,” sambung Edwar.
Memang, menurutnya, solusi Kerinci tidak hanya berada di tangan-tangan mereka yang berada di dalam daerah. Solusinya ada di tangan pemimpin yang bisa berkomunikasi, berdiplomasi, dan beraksi di panggung yang lebih besar. “Kerinci tidak hanya butuh matahari,” tegas Edwar, “Kerinci butuh matahari yang bersinar hingga ke pelosok negeri, yang cahayanya bisa menarik perhatian dari pusat-pusat kekuatan di luar daerah kita.”
Di tengah-tengah gempita kehidupan politik dan tantangan pembangunan, Boy Edwar telah meletakkan batu pertama di jalan panjang menuju sebuah Kerinci yang lebih cerah dan lebih berdampak. Dalam setiap kata dan visinya, ada janji dari masa depan yang lebih baik, sebuah impian yang membentang jauh melampaui horizon lokal. “Ini bukan hanya tentang Kerinci hari ini,” katanya, menutup pembicaraannya, “ini tentang Kerinci esok hari, tentang Indonesia esok hari. Kita butuh pemimpin yang bisa melihat itu.”
Etos Kerja, bukan Etos Politik
“Tahun politik selalu menghadirkan banyak distraksi,” kata Boy Edwar.
“Tetapi, kita tidak bisa membiarkan masa-masa krusial ini digerogoti oleh kepentingan sempit atau afiliasi politik.” Matanya menyiratkan urgensi, suaranya penuh dengan intonasi yang membumi.
Dalam suasana politik yang memanas, Edwar menekankan bahwa tugas utama Pj Bupati bukanlah bermain politik. Tapi memastikan stabilitas dan kemajuan Kerinci.
“Ini adalah tahun politik, tapi Pj Bupati harus menjadi ‘pembawa sejuk’, pemersatu yang membebaskan diri dari belenggu pilih kasih atau afiliasi,” ujar Edwar, sembari menambahkan, “Kita membutuhkan pemimpin yang murni dalam niatnya, yang fokus pada kebaikan daerah, bukan pada agenda pribadi atau politik.”
Boy Edwar berargumen bahwa pemimpin yang memimpin di tengah situasi politis yang krusial ini harus memisahkan diri dari dinamika politik yang kompleks dan penuh kompromi.
“Saya katakan ini bukan semata-mata sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Kerinci, tetapi sebagai warga Kerinci yang menginginkan yang terbaik untuk daerah ini,” tambahnya.
“Pemimpin yang ideal harus bebas dari keterikatan politik yang bisa mempengaruhi keputusan dan aksinya,” tutup Edwar.
“Kita membutuhkan pemimpin yang dapat menavigasi komplikasi politik dengan integritas, sambil memastikan bahwa suaranya tidak menjadi gema dari kepentingan pihak lain.”
Boy Edwar, dengan pandangannya yang tajam dan narasi yang meyakinkan, telah menggambar sketsa pemimpin masa depan Kerinci. Di tengah gonjang-ganjing politik dan hambatan pembangunan, ia mempertanyakan, “Siapa yang akan memimpin kita melewati ini semua, siapa yang akan membawa Kerinci ke arah yang lebih cerah dan inklusif?”
Langsung Aksi, Langsung Kerja
Tak ada waktu untuk berdiam diri, menurut Edwar. “Kita butuh pemimpin yang langsung aksi, langsung kerja. Orang yang paham medan dan paham Kerinci. Orang yang bisa membawa Kerinci melompat lebih tinggi dari sebelumnya.”
Dalam penekanannya pada kebutuhan akan pemimpin yang tangguh, yang memahami daerah dan memiliki jaringan luas, Boy Edwar telah menawarkan sebuah visi. Suatu blueprint untuk memilih pemimpin yang bukan hanya akan memimpin Kerinci, tapi juga memajukan dan menginspirasi daerah ini. Dan dalam semua itu, yang paling ia tekankan adalah urgensi—urgensi untuk bertindak, untuk memilih dengan bijak, dan untuk maju ke masa depan dengan kekuatan penuh.(*)