JAMBI-Stres memang bisa menyerang siapa saja, tak terkecuali para caleg yang hendak berlaga di ajang pemilihan umum pada April 2019 mendatang. Bahkan kemungkinan caleg terkena gangguan kejiwaan sangat tinggi karena ambisi mereka yang sangat kuat untuk jadi wakil rakyat.
“Sebetulnya, stres itu bisa menyerang manusia mana saja. Kalau caleg kemungkinannya bisa lebih tinggi karena mereka punya ambisi kuat untuk jadi calon wakil rakyat,” kata Plt Direktur Utama RSUD Raden Mataher, Iwan Hendrawan.
Menurut Iwan untuk menghindari stres atau gangguan jiwa, seorang caleg memang disarankan memeriksakan kondisi jasmani dan psikologisnya sebelum berlaga.

“Dari analisa psikologinya itu, kalau mereka rutin periksa, nantinya bisa dipantau. Jadi nanti kalau ada apa-apa, dokter langsung tahu penyebabnya dan penyembuhannya,” paparnya.
Pemeriksaan kesehatan jiwa memang perlu dilakukan di poli spesialis. Iwan menyebut, tidak cukup jika hanya menggunakan surat sehat yang di dapat dari puskesmas-puskesmas setempat.
Berkaca dari pengalaman pemilu lalu, sejumlah caleg yang sempat ngamar di RSJ adalah mereka yang tidak pernah memeriksa kondisi kejiwaannya terlebih dahulu.
“Mereka sih tidak ada rekam medik tentang kondisi kejiwaannya, karena tidak pernah memeriksakan diri begitu. Tapi beruntung, mereka tidak mengalami gangguang jiwa yang parah,” ujarnya.
Pengamat Politik Asad Isma mengatakan, tes kejiwaan penting dilakukan untuk melihat kemampuan caleg dalam mengendalikan stres.
Melalui tes kejiwaan, tak hanya kemampuan emosional mengendalikan stres yang bisa diketahui. Namun kemampuan untuk kerjasama, tingkat inteligensia, kepemimpinan, kecenderungan ego, hingga ketelitian seseorang juga bisa terbaca.
Namun, sayangnya, tes tersebut tidak bisa digunakan untuk mencegah budaya korup di kalangan anggota dewan.
Padahal, masalah korupsi adalah salah satu ‘penyakit’ yang sangat banyak menjangkiti anggota DPR. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus-kasus korupsi yang dibongkar KPK.
“Saya bukan orang psikologi, saya enggak tahu apakah budaya korupsi bisa dicegah (lewat tes psikologi), kalau bisa begitu bagus sekali, saya setuju banget itu kalau ada itu. Tapi kayaknyo enggak ada tuh ketahuan ini orang bakal korup atau tidak,” katanya.(akn)