Oleh :
AR Yusuf
Pembina DPP Jami’yyatul Islamiyah (JmI)

- Pendahuluan
Ketika kita melihat seseorang pendiam – lemah lembut; tentu sikap seperti itu, diduga ORANG SABAR dan telah memiliki AKHLAQ-BUDI yang BAIK.
Apalah lagi orang yang banyak bicara, suka terburu-buru, TENTU BELUM MEMILIKI KESABARAN.
Karena itu:
SIFAT-PEMBAWAAN SESEORANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN KEPUTUSAN; lain tidak- dijadikan BAHAN PERTIMBANGAN.
Firman Tuhan QS(2)216:
“Kutiba ‘alaikumul qitaalu wahuwa kurhun lakum wa’asa an takrahuu syai-an wahuwa khairun lakum wa’asa an tuhibbuu syai-an wahuwa syarrun lakum wallahu ya’lamu wa-antum laa ta’lamuun(a).”
Artinya:
“Diwajibkan atas kamu berperang (PERANG MELAWAN HAWA NAFSU), padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
BOLEH JADI KAMU MEMBENCI SESUATU, PADAHAL IA AMAT BAIK BAGIMU, dan BOLEH JADI KAMU MENYUKAI SESUATU, PADAHAL IA AMAT BURUK BAGIMU; ALLAH MENGETAHUI, sedang KAMU TIDAK MENGETAHUI.”
Karena itu:
SAMPAIKANLAH dengan BAIK, bermusyawarah dengan KESABARAN dan KEBENARAN.
FIrman Tuhan QS(103):
“Wal ‘ashr, Innal insaana lafii khusr, Illa ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati wa tawaashau bil haqqi wa tawaashau bish shabr.”
Artinya:
“Demi masa, sesungguhnya MANUSIA itu MERUGI-selama hidupnya,kecuali orang yang BERIMAN dan BERTAQWA serta BERAMAL SALEH dan saling BERWASIAT dengan KEBENARAN dan berwasiat dengan KESABARAN.” UMAT ISLAM “TIDAK BOLEH SALING BERBANTAHAN, SALAH-MENYALAH”,
akan MELEMAHKAN KEIMANANNYA.
Firman Tuhan QS(4)59:
“Yaw ayyuhal ladziina aamanuu athii’ullaaha wa athii’ur rasuula wa ulil amri minkum fa in tanaaza’tum fii syai-in fa rudduuhu ilallaahi war rasuuli in kuntum tu’minuuna billaahi wal yaumil aakhiri dzaalika khairuw wa ahsanu ta’wiilaa.”
Artinya:
“Wahai orang yang beriman, Ikut Allah dan ikut Rasul, dan pemimpin di antara kamu. Kemudian jika kamu berselisih-berbantah-bantahan tentang sesuatu, maka kembalilah kepada “Qur’an dan Sunnah”, jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu, lebih utama – (bagimu) dan lebih baik bagimu.”
Firman Tuhan QS(8)46:
“Wa athii’ullaaha wa rasuulahuu wa laa tanaaza’uu fa tafsyaluu wa tadzhaba riihukum wash biruu inndlaaha ma’ash shaabiriin.”
Artinya:
“Ikut olehmu akan Allah dan ikut olehmu akan Rasul. Kalau memang benar kamu mengikut Allah dan Mengikut Rasul, JANGAN kamu Berbantah-Bantahan, nanti kamu MENJADI LEMAH dan HILANG KEKUATANMU, dan BERSABARLAH sesungguhnya Allah BESERTA orang yang sabar.”
Oleh-karena itu,
“ALLAH TIDAK MELIHAT RUPAMU DAN AMALMU, HANYA ALLAH MELIHAT PADA HATIMU DAN NIAT KAMU;
ARTINYA, YANG BERNIAT DALAM HATI ITU YANG DILIHAT OLEH ALLAH;KITA SENDIRI DAPAT MERASAKAN, MENDENGAR, MERABANYA DAN MENDENGARNYA,ITULAH YANG DILIHAT OLEH TUHAN.
Hadits Riwayat Muslim:
“Innallaha la yanzuru ila suarikum wa amwalukum, wa lakin yanzuru ila qulubikum wa a’malikum.”
Karena itu setiap Manusia, dapat mendengarkan suara hati, apakah bernilai baik atau buruk – baik atau tidak, baik pada orang pendiam maupun yang tidak.
Himbauan Tuhan :
Firman Tuhan QS(70)5:
“Faashbir shabran jamiilaa.”
Artinya:
“Maka BERSABARLAH KAMU DENGAN KESABARAN YANG JOMBANG.”
Kenapa demikian ?
Peringatan Tuhan :
Firman Tuhan QS(70)6-21:
“Innahum yaraunahu ba’iidan. Wanaraahu qariiban. Yauma takuunussamaa-u kal muhl(i). Watakuunul jibaalu kal ‘ihn(i). Walaa yasalu hamiimun hamiiman. Yubash-sharuunahum yawaddul mujrimu lau yaftadii min ‘adzaabi yaumi-idzin bibaniih(i). Washaahibatihi wa-akhiih(i). Wafashiilati-hillatii tu’wiih(i). Waman fiil ardhi jamii’an tsumma yunjiih(i). Kalaa innahaa lazh(a). Nazzaa’atan li-sysyaw(a). Tad’uu man adbara watawall(a). Wajama’a fa-au'(a). Inna-insaana khuliqa haluu’an. Idzaa massahusy-syarru jazuu’an. Wa-idzaa massahul khairu manuu’an.”
Artinya:
“Sesungguhnya mereka memandang siksaan itu jauh (mustahil). Sedangkan Kami memandangnya dekat (pasti terjadi).Pada hari, ketika langit menjadi seperti luluhan (lelehan) perak. Dan gunung-gunung menjadi seperti bulu (yang beterbangan), Dan tidak ada seorang teman akrabpun(, yang) menanyakan teman-nya, Sedang mereka saling melihat-tdk dpt menolongnya. “Orang Kafir”(engkar),ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu, dengan anak-anaknya. Dan istrinya dan saudaranya, Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia). Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkan-nya. Sekali-kali TIDAK DAPAT. Sesungguhnya NERAKA itu adalah api yang bergejolak, Yang mengelupaskan kulit kepala, Yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling, Serta mengumpulkan (harta benda), lalu menyimpannya (tidak dinafkahkan di jalan Allah). Sesungguhnya MANUSIA diciptakan BERSIFAT KELUH KESAH, lagi KIKIR. Apabila ia DITIMPA KESUSAHAN, (maka) ia BERKELUH-KESAH dan-BERPUTUS ASA. dan apabila ia MEMPEROLEH KEBAIKAN(KAYA) ia AMAT KIKIR ”
II. Jadi, Bagaimana sebaiknya mewujudkan kesabaran ?
Firman Tuhan QS(2)45-46:
“Waasta’iinuu bish-shabri wash-shalaati wa-innahaa lakabiiratun ilaa ‘alal khaasyi’iin(a). Al-ladziina yazhunnuuna annahum mulaaquu rabbihim wa-antum ilaihi raaji’uun(a).”
Artinya:
“Dan mohonlah pertolongan dengan SABAR dan SHALAT. Sesungguhnya shalat itu AMAT BERAT. KECUALI orang-orang yang KHUSYUK. Yaitu orang-orang yang MEYAKINI DIRINYA BERTEMU DENGAN TUHANNYA , dan DI SANA DIA DIKEMBALIKAN.”
Artinya;
TANPA MENGETAHUI ESENSI SHALAT, DAN HAKIKAT SHALAT SERTA DI MANA SEMESTINYA MENDIRIKAN SHALAT; tentu TIDAK AKAN TERWUJUD KESABARAN.
Firman Tuhan QS(87)14-15:
“Qad aflaha man tazakka.
Wa dzakarasma rabbihii fa shallaa.”
Artinya:
“BERUNTUNGLAH ORANG YANG MENSUCIKAN DIRInya yaitu “DENGAN MENGINGAT DAN SHALAT.”
Siapa yang diingat ?
Kalau Allah tidak berupa, tidak berbentuk dan tidak ada yang menyamainya !
Firman Tuhan Al-Ikhlas (112):
“Qul huwallaahu ahad. Allaahush shamad. Lam yalid wa lam yuulad. Wa lam yakul lahuu kufuwan ahad.”
Artinya:
“Katakan sesungguhnya ALLAH ITU ESA. ALLAH TEMPAT MEMINTA. DIA TIDAK BERANAK DAN TIDAK DIPERANAKKAN. DAN TIDAK ADA SEORANGPUN YANG DAPAT MENYAMAINYA.”
Tentu dengan kewajiban MENDIRIKAN SHALAT – mengikut Rasul di Baitullah pada HAKIKAT, InsyaAllah dapat mewujudkan KESABARAN.
Apa perbedaan BAITULLAH dan KA’BAH?
KA’BAH NYATA, BAITULLAH GHAIB.
KA’BAH di bangun oleh Nabi IBRAHIM;
Firman Tuhan QS(2)127:
“Wa idz yarfa’u ibraahiimul qawaa’ida minal baiti wa ismaa’iilu rabbanaa tAqabbal minnaa innaka antas samii’ul ‘aliim.”
Artinya:
“dan ingatlah ketika IBRAHIM membangun KA’BAH- guna MENINGGIKAN BAITULLAH bersama Ismail seraya berdoa,’Ya Tuhan kami, terimalah amal kami, sesungguhnya Engkau yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Sedang BAITULLAH dibangun oleh ALLAH SWT.
Firman Tuhan QS(2)125:
“Wa idz ja’alnal baita matsaabatal linnaasi wa amnaw wat takhidzuu mim maqaami Ibrahiima mushallaw wa’ ahidnaa ilaa ibraahiima wa ismaa ‘illa an thahiraa baitiya lith thaa-ifiina wal ‘aakifiina warrukka’is sujuud.”
Artinya:
“Dan ingatlah ketika Kami MENJADIKAN RUMAH itu BAITULLAH (BUKAN KA’BAH), untuk pulang pergi bagi manusia, dan TEMPAT YANG AMAN. Dan AMBIL-LAH BAITULLAH itu untuk TEMPAT SHALAT. Bersihkanlah rumahKu untuk orang: yang tawaf, i’tikaf, ruku dan sujud.”
“Kewajiban mengikut Rasul”:
Firman Tuhan QS(24)56:
“Wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata wa athii’ur rasuula la’allakum turhamuun.”
Artinya:
“dan DIRIKANLAH SHALAT, KELUARKAN ZAKAT, IKUT RASUL, supaya kamu mendapat RAHMAT.”
Firman Tuhan QS(4)80:
“May yuthi’ir rasuula fa qad athaa’allaha wa man tawalla fa maa arsalnaaka ‘alaihim hafiizhaa.”
Artinya:
“BARANG SIAPA MENGIKUT RASUL, SESUNGGUHNYA MENGIKUT ALLAH, dan barang siapa berpaling maka Kami tidak mengutus Engkau sebagai penjaga atas mereka.”
Firman Tuhan QS(3)31:
“Qul in kuntum tuhibbuunallaaha fat tabi’uuni yuhbibkumullaahu wa yaghfirlakum dzunuubakum wallahu ghafuurur rahiim.”
Artinya:
“Katakanlah, JIKA ENGKAU KASIH KEPADA ALLAH, IKUT AKU (KATA MUHAMMAD), Allah MENGASIHI dan MENYAYANGI dan MENGAMPUNI SEGALA DOSA. Alllah maha pengampun lagi maha penyayang.”
Muhammad SAW lah yang menampung persembahan kita kepada ALLAH;
PERHATIKAN!
“Bacaan dalam Shalat lima waktu” :
UCAPANNYA:
“Attahiyatul mubarakatus solawatut taiyibatu lillah.
Artinya:
PEMBERIAN YANG BERKAT, SHALAT YANG BAIK-BAIK, BAGI ENGKAU Hai Allah, SIAPA MENAMPUNG MENYELAMATKAN PERSEMBAHAN TERSEBUT KEPADA ALLAH?
Maka kita baca:
“Assalamu’alaika aiyuhan nabiyu warahmatullahi wabarakatuh”;
Artinya:
KESELAMATAN PENYERAHAN ITU ATAS ENGKAU HAI NABI RAHMAT DAN BERKATNYA,
begitu juga:
Assalamu’alaina wa’la ‘ibadillahis salihin,Keselamatan itu, bagi hamba-hamba Kami yang Shalih-Shalih.
Siapa yang Shalat?
Yang shalat itu MUKMIN-(bukan manusia); Mukmin itu nama Ruh; Abdi fiiqalbil Mu’miniin;
HAMBAKU DALAM HATI MEREKA NAMANYA MUKMIN.
Firman Tuhan QS(23)1-5:
“Qad aflahal mu’minuun. Alladziina hum fii shalaatihim khaasyi’uun.
Wal ladziina hum ‘anil laghwi mu’ridhuun. Wal ladziina hum liz zakaati faa’iluun. Wal ladziina hum li furuujihim haafizhuun.”
Artinya:
“SUNGGUH MENANG PASTI MENANG ORANG MUKMIN (bukan manusia) DALAM SHALAT KHUSYUK dan TAWADUK KEPADA ALLAH.
Dan orang-orang yang berpaling dari perbuatan sia-sia.
Dan orang-orang yang mengeluarkan zakat.
Dan orang-orang yang menjaga kehormatannya.”
PERHATIKAN !
Berbagai pendidikan karakter sudah diberikan baik pada tingkat Dasar sampai ke Universitas.Manusia mendidik manusia melalui kepintaran manusia atas dasar pemikiran ke pemikiran;nalar ide ke nalar ide, dari guru ke guru.
SUDAH PASTI TIDAK AKAN BERHASIL !
Allah tidak mendidik manusia melalui seminar-seminar,
Allah tidak mendidik manusia melalui buku-buku, guru ke guru, silsilah ke silsilah.
Allah MENDIDIK MANUSIA MELALUI BATHINNYA-(Ruhnya);
dari WAHYU ke WAHYU kepada PARA NABI ;
BAGI orang yang BERIMAN dan BERTAQWA melalui TAUFIQ dan HIDAYAH.
Dengan (BATHIN) Ruh itulah;
“otak dapat berpikir”,
“mata dapat melihat”,
“telinga dapat mendengar”,
“mulut dapat berkata”,
“lidah dapat merasa”,
“anggota tubuh dapat bergerak” serta berfungsi;
OLEH ADANYA RUHLAH; KITA DAPAT MEMBACA BUKU-MENDENGAR ORANG BERKATA, sehingga manusia bisa membaca, mengerti apa yang dibaca dan didengar serta memikirkan-memahaminya apa yang dibaca dan didengar dan dilihatnya.
Kenapa demikian ?
Karena RUH itu Nur atau Cahaya;
“Dengan mengingat-mendirikan shalatlah dapat kita mencapai alamatnya”.
Firman Tuhan QS(42)51-52:
Ayat 51:
“Wa maa kaana li basyarin ay yukallimahullaahu illaa wahyan au miw waraa-I hijaabin au yursila rasuulan fa yuuhiya bi idznihii maa yasyaa-u innahu ‘aliyyun hakiim.”
Artinya:
“Dan tiadalah bagi seorang manusia bahwa Allah berkata-kata kepada manusia, melainkan dengan WAHYU atau dari BALIK DINDING, atau Dia mengirim UTUSAN, lalu Dia mewahyukan dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki.Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”
Ayat 52:
“Waka dzaalika auhainaa ilaika ruuham min amrinaa maa kunta tadrii mal kitaabu wall al iimaanu walaakin ja’alnaahu nuuran nahdii bihii man nasyaa-u min ‘ibaadinaa wa innaka la tahdii ilaa shiraatim mustaqiim.”
Artinya:
“Dan demikianlah Kami WAHYUKAN KEPADAMU RUH dengan perintah kami. Engkau (sebelumnya) TIDAK MENGERTI APA KITAB dan APA IMAN. Tetapi, Kami menjadikan:KITAB itu CAHAYA atau NUR.
(jadi RUH, IMAN, KITAB itu adalah NUR atau CAHAYA).
Melalui kitab itu, Kami memberikan petunjuk kepada orang-orang yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya ALLAH menunjuki kepada jalan yang lurus.”
Dengan demikian, barulah kita dapat mengerti dan memahami:
BAHWA RUH itu IMAN, RUH ITU KITAB, RUH ITU NUR ATAU CAHAYA, dan dia adalah KEBENARAN DARI TUHANnya.
Dimana alamat mendirikan shalat ?
Jawabannya:
Di BAITULLAH.
Firman Tuhan QS(2)125:
“Wa idz ja’alnal baita matsaabatal linnaasi wa amnaw wat takhidzuu mim maqaami Ibrahiima mushallaw wa’ ahidnaa ilaa ibraahiima wa ismaa ‘illa an thahiraa baitiya lith thaa-ifiina wal ‘aakifiina warrukka’is sujuud.”
Artinya:
“Dan ingatlah ketika Kami MENJADIKAN RUMAH itu BAITULLAH (BUKAN KA’BAH), untuk pulang pergi manusia, dan tempat yang aman.
Dan AMBIL-LAH BAITULLAH itu untuk TEMPAT SHALAT.
Bersihkanlah rumahKu untuk: “orang yang tawaf, i’tikaf, ruku dan sujud.”
Disanalah Rasul menjadi saksi;
Firman Tuhan QS(48)8-9:
“Innaa arsalnaaka syaahidan wamubasy-syiran wanadziiran. Litu’minuu billahi warasuulihi watu’azziruuhu watuwaqqiruuhu watusabbihuuhu bukratan wa-ashiilaa.”
Artinya:
“Sesungguhnya, Kami mengutus ENGKAU HAI Muhammad sebagai SAKSI, Pembawa berita gembira dan pemberi peringatan,
SUPAYA kamu BERIMAN-percaya kepada Allah dan Rasul-Nya, lagi menguatkanNya, membesarkanNya. Dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”
Hadist Bukhari 3532:
“Hal tarawna qiblatii haa hunaa fawallaahi maa yakhfa ‘alayya khusyuu’akum walaa rukuu’akum innii la araakum min waraa i zhahrii.”
Artinya:
BERKATA RASULULLAH: “Adakah engkau PERHATIKAN KEMANA KIBLATMU?”
Demi Allah TIDAK LEPAS DARI PENGLIHATAN KU, CARA-CARAMU KHUSYUK DAN RUKUK.
Sesungguhnya “khusyuk” dan rukukmu DI BELAKANGKU KU, KU LIHAT:
(artinya apakah KAMU ADA DI BAITULLAH APA TIDAK?).”
Muslim 2354; Imam Malik Al-Muwattaq 1844:
“Hal tarawna qiblatii haa hunaa fawallaahi maa yakhfa ‘alayya sujuudakum walaa rukuu’akum innii la araakum min waraa i zhahrii.”
Artinya:
“BERKATA RASULULLAH:
“Adakah engkau PERHATIKAN KEMANA KIBLATMU?”
Demi Allah TIDAK LEPAS DARI PENGLIHATANKU CARA-CARAMU SUJUD DAN RUKUK.
Sesungguhnya “sujud dan rukukmu” DI BELAKANGKU- KU LIHAT (APAKAH KAMU ADA DI BAITULLAH APA TIDAK).”
Bagaimana HUKUMNYA bila SHALAT TIDAK di Baitullah pada HAKIKAT ?
Firman Tuhan QS(8)35:
“WA MA KAANA SHALAATUHUM ‘INDAL BAITI ILLA MUKAA-AW WA TASHDIYATAN FA DZUUQUL ‘ADZAABA BI MAA KUNTUM TAKFURUUN.”
Artinya:
“DAN TIDAKLAH SHALAT MEREKA ITU DI BAITULLAH PADA HAKIKATNYA,
lain tidak hanya sebagai BERSIUL-SIUL dan BERTEPUK TANGAN TANGAN, atau BERMAIN-MAIN saja; rasai siksa oleh karena mereka itu KAFIR.”
Kenapa shalat pada hakikat di Baitullah ?
SEBAB: Menyembah Tuhan pada hakikat WAJIB di Baitullah;
Firman Tuhan QS(27)91:
“Innamaa umirtu an a’buda rabba haadzijil baldatil ladzii harramahaa wa lahuu kulli syai-iw wa umirtu an akuuna minal muslimiin.”
Artinya:
“Sesungguhnya aku terperintah MENYEMBAH TUHAN DI DALAM NEGERI YANG TERHORMAT (BAITULLAH), dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu. Dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang Islam (berserah diri).”
Itulah sebabnya yang dihisab pertama kali adalah Shalat;
“Awwalu mayuhasabu bihil ‘abdu yaumal qiamatish-shalatu fain shaluhat shaluha sa-iru ‘amalihi wain fasadat fasada sa-iru ‘amalihi”,
(hadits : rawahu thabrani).
SEBAB:
“Shalat itu TIANG AGAMA”
ASHSHALATU ‘IMADUDDIN,
FA MAN AQAMAHA FAQAD AQAMADDIN,
WAMAN HADA MAHA FAQAD HADA MADDIN
Artinya:
Shalat itu ialah tiang agama, maka barang siapa yang mendirikannya maka sungguh ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkannya sungguh mereka telah meruntuhkan agama.”
(H.R Bukhari dari Umar R.A)
Oleh karena itu shalat TIDAK DAPAT DITINGGAL. Baik SHALAT DAIMUN; shalat yang berkekalan, yaitu mengingat Allah tiada batasnya;
ASHSHALATU LI DZIKRI; shalat itu tidak lain daripada mengingat Aku.
Firman Tuhan QS(70)23:
“Al-ladziina hum ‘ala shalaatihim daa-imuun(a).”
Artinya:
“Atas SHALAT PADA HAKIKATNYA BERKEKALAN.”
Tidak berkeputusan, sebab mengingat Allah tiada batasnya; dimana-mana saja dapat mengingat; asal tahu dimana alamatnya dan tidak mengganggu pekerjaan.
Misalnya di kantor, tempat usaha, sekolah, kampus, pasar, di pucuk gunung, di sawah, di ladang.
Itulah yang dimaksud dengan FARDHU ‘AIN BERKEKALAN; YANG TIDAK DAPAT DIGANTIKAN OLEH ORANG LAIN. Wajib atas dirinya masing-masing.
Kalau shalat lima waktu; DI LIMA WAKTU ITULAH KTA MENGINGAT ALLAH. Maka bernamalah dia shalat lima waktu. Artinya shalat yang didirikan hanya pada lima waktu seperti: waktu Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh.
Shalat daimun inilah yang dapat mendegah perbuatan keji dan mungkar; yang datang dari dalam diri kita masing-masing berupa “bisikan syetan” sebangsa jin dan manusia”.
Firman Tuhan QS(29)45:
“Utlu maa uuhiya ilaika minal kitaabi wa aqimish shalaata innash shalaata tanhaa ‘anil fahsyaa-i wal munkari wa la dzikrullaahi akbaru wallaahu ya’lamu maa tashna’uun.”
Artinya:
“Bacakanlah Hai Muhammad apa-apa yang engkau wahyukan daripada Kitab dan
“DIRIKANLAH SHALAT”, SESUNGGUHNYA SHALAT itu MENCEGAH dari PERBUATAN KEJI dan MUNGKAR,
dan sungguh Allah mengingat lebih besar.
Dan Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.”
III. Kesimpulan :
- Kesabaran tidak MUNGKIN DAPAT diwujudkan tanpa mengerti esensi shalat; dimana mendirikan shalat pada hakikat;
- Shalat-lah yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar; yang ditimbulkan dari bisikan syetan sebangsa jin dan manusia; YANG BERSUMBER DI DALAM DIRI KITA MASING-MASING.
(“Bila diingat dekat-disebut jauh”)
Demikian disampaikan sebagai bahan pertimbangan, untuk direnungkan, dipahami guna diamalkan dengan sebaik-baiknya untuk kemenangan diri pribadi, keluarga, karib-kerabat serta handai taulan dunia dan akhirat.
Billahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bekasi, 29-5-2018