Begitu usai dilantik, Asraf tak menunda untuk merasakan denyut nadi Kabupaten Kerinci yang menjadi amanah kepemimpinannya.
Tanah Kadipan, Sanggaran Agung, tempat yang membentang di kanvas sejarah, menjadi saksi penyambutan Asraf dan sang istri.
Keduanya, bagai rajutannya peradaban masa lalu, mengenakan pakaian adat Kerinci. Dalam balutan pakaian adat, Asraf tampak agah dan sang istri kelihatan anggun.
Penyambutan itu tak sekadar seremonial, melainkan jalinan emosi yang erat antara pemimpin dan masyarakat.
Empat dan delapan helai kain, dihaturkan oleh para depati sebagai simbol penghargaan dan harapan. Air mata kebahagiaan sempat menari di pipi para depati ninek mamak, pertanda mereka menantikan kedatangan Asraf dengan suka cita.
“Penyambutan ini adalah upaya kita untuk mengembalikan marwah adat, ‘ico pakai’ yang telah lama kita warisi,” tutur Endi Putra, S.P., M.Si, pemerhati adat yang juga bertindak sebagai ketua panitia.
Penegasan ini, menandakan bahwa tradisi yang telah terasah oleh waktu tetap akan bertahan, tahan ujian hujan maupun panas.
Rangkaian acara berlanjut dengan iring-iringan dari lokasi penyambutan menuju dermaga Danau Kerinci, dimana Asraf akan menutup Festival Kerinci Tahun 2023.
“Ini adalah awal dari banyak langkah. Kita akan maju bersama, mengangkat Kerinci dengan kekayaan adat dan budayanya,”ujarnya.
Momen ini, sebagaimana Kerinci yang tenang namun penuh dengan potensi, mengisyaratkan babak baru bagi Asraf dan masyarakatnya. Sebuah babak di mana adat dan pembangunan hendak beriringan maju ke depan.(*)
Analisis
Penyambutan Penjabat (Pj.) Bupati Kerinci, Asraf, dapat mengungkapkan berbagai aspek penting terkait dengan tradisi politik lokal, peran adat dalam pemerintahan modern, serta dinamika sosial-budaya yang berkembang dalam masyarakat Kerinci.
Tradisi Politik Lokal Penyambutan Asraf di tanah Kadipan, Sanggaran Agung, menegaskan pentingnya lokasi bersejarah sebagai panggung politik. Ini mencerminkan prinsip-prinsip tradisional dalam penyerahan kekuasaan, di mana kesinambungan historis dan legitimasi di mata masyarakat dianggap penting. Pemilihan tempat ini bukan hanya sebagai simbol kesinambungan sejarah, tetapi juga sebagai afirmasi akan identitas lokal yang berakar kuat dalam praktik pemerintahan.
Peran Adat dalam Pemerintahan Modern Penyambutan dengan prosesi adat menunjukkan peran tradisi yang masih sangat relevan dalam praktik pemerintahan di Kerinci. Pemberian kain oleh para depati merupakan simbol penerimaan dan penghormatan yang menegaskan bahwa Asraf tidak hanya diakui oleh struktur politik formal, tetapi juga oleh struktur adat. Ini mengindikasikan bahwa kepemimpinan di Kerinci tidak hanya dipahami dalam konteks administratif semata, tetapi juga dalam konteks kultural.
Dinamika Sosial-Budaya Air mata yang diteteskan oleh para depati ninek mamak mencerminkan kedalaman hubungan emosional antara pemimpin dan rakyat, serta harapan yang dibebankan pada pemimpin baru. Prosesi penyambutan ini merupakan refleksi dari dinamika sosial dimana masyarakat menghargai dan mendukung pemimpin yang menghormati dan memajukan nilai-nilai adat istiadat mereka.
Kerinci, praktik adat dan tradisi bersejarah masih memainkan peran penting dalam memvalidasi dan mengkonfirmasi kepemimpinan politik.
Penyambutan Pj. Bupati Asraf menggambarkan simbiosis antara pemerintahan modern dan tradisi lokal, di mana keduanya beroperasi secara komplementer untuk memastikan kesinambungan sosial dan kultural sekaligus menegaskan identitas komunitas tersebut dalam menghadapi masa depan.(*)