Ketika nama Asraf, S.Pt., M.Si, mencuat sebagai calon Penjabat (Pj) Bupati Kerinci, ada sebuah semangat kolektif yang tercipta di masyarakat. Lahir di Kerinci pada 20 November 1966, Asraf tidak sekadar nama baru dalam dunia pemerintahan daerah. Dengan berbagai jabatan yang telah diembannya, dari guru hingga Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, Asraf membuktikan bahwa dedikasi dan integritas bisa membawa seseorang menembus berbagai lapisan birokrasi.
***
Matahari belum sepenuhnya mengusir embun pagi ketika Asraf memasuki gedung STM Negeri Jambi (SMKN 2 Muara Bungo) pada tahun 1994. Inilah karir pertama Asraf sebagai seorang ASN guru.

Sebuah gairah membara untuk mencerdaskan generasi bangsa mulai terasa di setiap kata yang ia ucapkan di depan kelas. Namun, siapa sangka, bahwa ruang kelas itu hanyalah titik awal dari odisi epik yang akan ia tempuh.
Asraf adalah seorang guru, tetapi bukan guru biasa. Ia juga telah memberikan dedikasinya di sekolah-sekolah lain di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Kerinci. Mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan zaman.
Dalam setiap sorot matanya, ada keinginan untuk lebih dari sekadar memberikan ilmu pengetahuan. Ia ingin membentuk karakter, menanam integritas, dan menyuburkan potensi.
Suatu hari, sebuah pilihan hidup datang bagai petir di siang bolong. Ia mendapatkan tawaran untuk menjadi staf di Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Kerinci.
Di sinilah, alih-alih bersembunyi di balik meja guru, Asraf memilih untuk mengepakkan sayapnya. Ia melangkah ke dalam labirin birokrasi, berhadapan dengan monster-monster korupsi, ketidakadilan, dan kemiskinan struktural.
Asraf membuktikan bahwa ia bukan sekadar burung yang terlepas dari sangkarnya. Ia adalah elang yang siap memangsa. Jabatan demi jabatan ia lewati dengan penuh integritas dan dedikasi.
Dari menjadi staf biasa, ia melesat ke posisi Sekretaris Daerah Kabupaten Kerinci dan kini dipercaya Gubernur Al Haris menjabat Kadis Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi.
Setiap tantangan yang datang seolah menjadi angin yang semakin mengerek sayapnya, mendorongnya lebih tinggi dan lebih jauh.
Hidup Asraf tak bisa dirangkum dalam sebuah jabatan atau gelar. Dia bukan hanya elang yang terbang tinggi dalam kanopi birokrasi atau sang guru yang mengajar dari hati. Ada satu sisi lain dari Asraf yang seringkali luput dari perhatian: dia adalah arsitek pembangunan daerah dan pelestari budaya.
Mengubah Narasi sebagai Camat Danau Kerinci
Ketika ditunjuk sebagai Camat Danau Kerini, Asraf menyadari bahwa ia diberi kesempatan emas untuk menuliskan sejarah. Dan ia lakukan itu dengan apik.
Bukan sekadar memperbaiki infrastruktur atau meningkatkan pelayanan publik, Asraf melihat lebih dalam lagi. Ia melihat potensi kekayaan budaya dan religiusitas di Danau Kerinci sebagai ladang emas yang belum digali.
Bukan Asraf namanya jika ia berhenti pada angan-angan. Dengan kepemimpinan yang tegas namun inklusif, ia menggerakkan seluruh elemen masyarakat.
Hasilnya, Danau Kerinci sukses meraih juara umum MTQ Tingkat Kabupaten sebanyak dua kali berturut-turut. Ini bukan hanya sebuah prestasi, tetapi sebuah pernyataan bahwa keberhasilan sebuah daerah tidak bisa dinilai hanya dari indikator ekonomi atau politik saja.
Asraf telah berhasil merangkul multi-dimensi kehidupan sosial dan budaya, membawanya ke panggung prestasi.
Namun Asraf tidak berhenti pada trofi dan penghargaan. Baginya, MTQ adalah simbol dari sesuatu yang jauh lebih besar: sebuah masyarakat yang maju dalam ilmu dan iman.
Prestasi ini adalah manifestasi dari keberhasilan dalam menggali potensi daerah dan memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat. Ini adalah sebuah model pembangunan holistik yang melibatkan semua aspek kehidupan.
Harmonisasi dengan Forkompinda
Di dunia yang sering kali dipenuhi dengan ego dan kepentingan pribadi, sosok Asraf menawarkan sesuatu yang segar dan langka: harmoni. Sebagai Penjabat Sekda di Kerinci, dia bukan hanya memainkan partiturnya sendiri, tetapi juga menyelaraskan notasi dari berbagai instrumen kekuasaan dalam Forkompinda.
Ia adalah dirigen yang mampu mengkoordinasikan sebuah orkestra birokrasi sehingga menghasilkan simfoni yang indah, berirama, dan penuh makna.
Bukan hal yang mudah mempertahankan hubungan yang sinergis di antara berbagai pihak yang memiliki kepentingan dan visi yang berbeda. Namun, keterampilan Asraf dalam menjalin komunikasi lebih dari sekadar diplomasi.
Ia mengetahui bahwa untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, perlu adanya harmonisasi. Harmonisasi yang ia jalin bukan hanya sebagai taktik, tetapi sebagai strategi jangka panjang untuk mewujudkan pemerintahan yang sinergis dan responsif terhadap berbagai isu strategis.
Kini, setelah memainkan sonata indah sebagai Sekda, Asraf menatap cakrawala yang lebih luas: ia adalah calon Penjabat Bupati Kerinci. Dengan kemampuan diplomasi dan koordinasi yang sudah teruji, ia siap menghadapi tantangan baru.
Asraf mengerti bahwa sebuah simfoni membutuhkan lebih dari satu pemain; ia membutuhkan seluruh orkestra—masyarakat, Forkompinda, dan berbagai elemen lainnya—untuk menciptakan musik perubahan yang menggema dari Kerinci hingga ke seluruh nusantara.
Pendidikan dan Keahlian
Jika seseorang diibaratkan sebuah kanvas, maka pendidikan adalah palet warna yang digunakan untuk melukis potret jiwa. Asraf, dengan deretan gelar akademisnya, adalah sebuah kanvas yang dilukis dengan palet warna yang penuh nuansa dan intensitas.
Lulusan S1 di bidang Produksi Ternak dari Universitas Jambi, Asraf adalah seorang yang mengerti bahwa sebuah negara tidak bisa dibangun dengan kosong; ia tahu betul pentingnya sektor kelautan dan perikanan, bagaimana memanfaatkannya, dan bagaimana menjaganya. Itu adalah nada dasar, fondasi dari simfoni yang ia mainkan.
Namun, sebuah simfoni memerlukan lebih dari satu nada. Asraf kemudian menambahkan lapisan kompleksitas dengan menyelesaikan S2 di bidang Ilmu Administrasi Publik dari STIA YAPPAN Jakarta. Di sini, ia belajar soal aransemen, bagaimana mengorkestrasikan kebijakan dan memimpin ensembel birokrasi untuk menciptakan harmoni dalam pemerintahan.
Pendidikan yang komprehensif ini menjadikan Asraf tidak hanya sebagai pemain yang mahir dalam satu instrumen, tetapi sebagai musisi yang mampu memahami dan mengkoordinasikan berbagai instrumen dalam orkestra pemerintahan. Dari sektor kelautan dan perikanan hingga administrasi publik, ia mengetahui bagaimana setiap bagian berinteraksi dan berkontribusi untuk menciptakan sebuah karya yang holistik.
Virtuoso dalam Ekosistem Biokrasi
Sangat jarang kita menemukan sosok yang memiliki keahlian teknis sekaligus kecerdasan emosional dalam dunia pemerintahan. Asraf adalah kecualiannya. Dengan latar belakang pendidikannya, ia adalah virtuoso yang mampu memahami notasi teknis dalam partitur pemerintahan sekaligus memainkannya dengan sentuhan emosional yang dapat menggugah.
Asraf tidak berhenti pada apa yang telah ia capai. Dengan peluang sebagai calon Pj Bupati Kerinci, ia siap untuk menciptakan masterpiece pemerintahan yang akan dikenang oleh generasi mendatang.
Pendidikan dan pengalaman telah memberinya keterampilan untuk memainkan komposisi yang kompleks, tetapi hatinya—yang dipenuhi oleh keinginan untuk melayani—adalah alat yang akan ia gunakan untuk memainkan melodi perubahan dan kemajuan.
Dengan menjadi calon Pj Bupati Kerinci, Asraf akan membawa segudang pengalaman dan dedikasinya untuk lebih memajukan daerahnya. Semangat untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat Kabupaten Kerinci semakin terasa saat kita melihat jejak-jejak karir dan prestasinya.
Dengan kepemimpinan yang diharapkan penuh harmonisasi dan inovasi, tak menutup kemungkinan Kabupaten Kerinci akan semakin berkembang di bawah asuhan Asraf.
Ia adalah simbol dari sebuah masa depan yang lebih baik, lebih sinergis, lebih harmonis. Dalam dirinya, terkandung harapan dan janji bahwa birokrasi bukanlah mesin dingin yang berjalan tanpa jiwa, tetapi sebuah ensembel yang mampu menciptakan melodi-melodi indah perubahan.
Untuk Asraf, ini bukan sekadar awal baru. Ini adalah babak baru dalam komposisi epiknya; sebuah lagu untuk Kerinci, untuk Jambi, dan untuk umat manusia. Dan kita semua menunggu, dengan napas yang tertahan, untuk mendengar langgam indah yang akan ia mainkan selanjutnya.(*)