Lawan Kalah Populer, Salah Pilih Wakil
Jambi – Indo Barometer menganilisis faktor-faktor kemenangan yang berhasil diraih oleh pasangan kandidat Petahana dan faktor kekalahan lawannya di Pilkada tiga daerah di Provinsi Jambi, yaitu Kerinci, Merangin dan Kota Jambi. Meskipun hasil resmi masih menunggu diumumkan KPU, namun berdasarkan Real Count dan Quick Count menunjukkan bahwa kandidat petahana di tiga daerah sementara unggul. Dari tiga daerah yang menggelar kontestasi tersebut, masing-masing daerah punya beberapa faktor kesamaan dan ada pula faktor yang berbeda sehingga menyebabkan petahana menang dan sementara rivalnya kalah. Seperti apa analisisnya? Berikut analisis dari peneliti Indo Barometer, Hadi Suprpati Rusli saat diwawancarai Jambi Link, kemarin (28/6/2018).
BACA JUGA: Kalah Pilkada? Ini Syarat Gugat ke MK

Kerinci
Lawan tak Populer dan Tim Gagal Memaksimalkan Partisipasi Pemilih.
Pasangan Zainal Abidin-Arsal Apri sempat diunggulkan bakal menang dalam Pilkada Kerinci. Namun, berdasarkan hasil quick count dan real count desk Pilkada, kandidat petahana Adi Rozal-Ami Taher menang tipis dari Zainal-Arsal. Peneliti Indo Barometer Hadi Suprapto Rusli menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kekalahan Zainal-Arsal dan Monadi-Ediso di Kerinci.
BACA JUGA: Yuldi: Adi Rozal-Ami Taher Unggul 37,61 %
Hadi menjelaskan, sejak awal peta politik di Kerinci menarik untuk dikaji. Adi Rozal sebagai petahana, berdasarkan survei yang pernah dilakukan Indo Barometer menunjukkan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap Adi Rozal sebenarnya tidak cukup meyakinkan. Bahkan, beberapa survei lain menunjukkan jika tingkat kepuasan masyarakat terhadap Adi Rozal dibawah 50 %.
BACA JUGA: Adi Rozal: Tunggu Keputusan Resmi KPU
“Secara teori kalau seorang incumbent tingkat kepuasannya dibawah 50 % biasanya tumbang. Karena idealnya tingkat kepuasan incumbent itu diatas 70%,”ujarnya.
Namun, Adi Rozal diuntungkan dengan pengambilan posisi wakil yaitu, Ami Taher. Menurutnya, dari survei yang pernah dilakukan di Kerinci menunjukkan, hanya Ami Taher satu-satunya tokoh yang paling populer menempati posisi wakil.
“Dalam konteks ini Adi Rozal sudah tepat dan diuntungkan,”ujarnya.
Sehingga, Adi Rozal mampu membranding ulang citranya yang sempat kurang baik tersebut.
Kemudian, yang menarik adalah faktor kekalahan Zainal. Hadi menjelaskan, secara personal Zainal Abidin kalah populer dari Adi Rozal maupun Ami Taher. Hanya saja, kata dia, Zainal dalam konteks Pilkada kali ini diuntungkan sebagai satu-satunya kandidat dari Kerinci Hilir.
“Jadi, orang milih Zainal sebenarnya karena faktor orang hilir tidak ada pilihan. Sebab, kalau di simulasikan, misalnya Adi Rozal duel dengan Zainal, hasilnya Adi Rozal tetap unggul. Begitupula Monadi duel dengan Zainal, Monadi akan unggul. Jadi, faktor Zainal sebenarnya adalah faktor Kerinci Hilir,”jelasnya.
Sejak awal Hadi memprediksi Zainal bisa saja menang asalkan mampu menang telak di Kerinci Hilir. Dalam analisisnya, jika ingin menang Zainal paling tidak harus unggul sekitar 80 % di Kerinci Hilir.
“Kalau Zainal tidak mampu menang telak di Kerinci Hilir, hampir dipastikan dia akan kalah. Paling tidak harus menang di hilir itu 80%,”ujarnya.
Sementara, dari hasil sementara menunjukkan jika Zainal hanya mampu meraih dukungan suara di Kerinci Hilir sekitar 65%. Bahkan, tingkat partisipasi warga Kerinci Hilir di Pilkada lebih rendah 24% dari warga Kerinci Mudik.
“Semenatara Zainal tidak mampu masuk di daerah Mudik. Namun, suara di Hilir dia tidak mampu memaksimalkan. Jadi kemungkinan itu beberapa faktor penyebabnya,”ujarnya.
Selain itu, Hadi menyoroti kinerja tim Zainal di yang tidak mampu memaksimalkan dukungan di Kerinci Hilir. Rendahnya partisipasi warga Kerinci Hilir daripada warga Mudik menunjukkan bahwa tim Zainal tidak tidak mampu memaksimalkan paritispasi pemilih di Hilir. Tapi, kata Hadi, itu juga bukan semata kesalahan tim. Sebab, dia yakin tim pasti sudah kerja secara maksimal. Namun, ia menilai ada beberapa penyebab tim tidak mampu maksimal menjual Zainal di bagian hilir sendiri.
“Karena memang tingkat kepuasan warga terhadap Zainal juga rendah. Tingkat popularitasnya diwarga juga rendah. Sehingga itu memang agak membuat tim repot menjual Zainal. Sehingga proses memaksimalkan pemenangan di Hilir menjadi masalah,”jelasnya.
Selain itu, faktor lain kegagalan Zainal dan Monadi menumbangkan Adi Rozal adalah faktor wakil. Menurutnya, Wakil Zainal dan Wakil Monadi kalah populer daripada Wakil Adi Rozal. Wakil-wakil lawan Adi Rozal tidak kompetitife. Sehingga, mereka tim kesulitan untuk menjual mereka ke pemilih.
“Ini juga jadi masalah bagi tim Zainal. Faktor wakil yang tidak populer membuat tim kesulitan memaksimalkan dukungan Zainal di Hilir. Begiutpula Monadi, tidak maksimal dapat dukungan di Mudik,”katanya.
Sementara, wakil yang dipilih oleh Adi Rozal adalah tokoh yang sangat kompetitif. Ami Taher adalah tokoh kuat dan sangat diperhitungkan di Kerinci. Ketokohan Ami Taher jauh mengungguli Arsal Apri dan Edison.
“Walaupun sejak awal Adi Rozal tidak diunggulkan, namun petanya mulai berubah saat dia menggandeng Ami Taher. Langkah Adi Rozal ini membuat pertarungan menjadi berbeda dan dinamis,”ujarnya.
Hadi mengatakan adanya sedikit perbedaan hasil survei dengan hasil resmi Pilkada Kerinci, bukan semata-mata kesalahan survei. Menurutnya, survei itu merupakan kajian ilmiah yang data-datanya dijadikan pegangan kandidat untuk melangkah dan mengatur strategi pemenangan.
“Kalau bicara hasil, yang namanya hasil survei pasti berbeda dari kondisi akhir di Pilkada. Perbedaan hasil ini bukan karena kesalahan survei, tapi survei hanya sebagai acuan bagi calon untuk melakuan analisis Swot. Dan survei hanya membaca kondisi hari itu. Jadi tidak mungkin persis sama dengnan hasil akhir. Karena dalam satu minggu suara itu bisa bergerak. Dari survei misalnya bisa saja hasilnya menunjukkan Zainal kuat. Namun, faktanya Zainal tidak mampu mendulang suara maksimal di Hilir. Sedangkan Adi Rozal bisa maksimal dapat suara di Mudik dan bisa mencuri suara di hilir,”jelasnya.
Merangin
Gagalnya pasangan Fauzi Ansoir-Sujarmin dan Nalim-Khafid menumbangkan petahana Al Haris-Mashuri, problemnya mirip dengan Kerinci, salah dalam penentuan wakil. Menurut Hadi, wakil di Merangin secara keseluruhan sebenarnya tidak ada yang dominan.
“Makanya, dari awal kami selalu bilang Pilkada Merangin sulit di Prediksi,”ujarnya.
BACA JUGA: Al Haris: Pilkada Merangin Belum Selesai
Komposisi wakil yang semuanya berasal dari etnis Jawa tidak mampu mendongkrak suara, baik bagi Nalim maupun bagi Fauzi. Itu ditengah tingkat kepuasan publik terhadap Al Haris cukup tinggi, sampai 70 persen.
BACA JUGA: Real Count Desk Pilkada Merangin: Hamas Kokoh Diatas
Meski begitu, sebenarnya tingkat yang menginginkan Haris kembali memimpin merangin agak rendah, dibawah 50%.
“Awalnya ini menjadi PR besar Haris,”ujarnya.
Tapi, dalam proses itu, di Merangin terjadi tiga calon kandidat. Sehingga, itu membuat petahan diuntungkan. Lain hal misalnya jika Nalim duel dengan Haris, hasilnya bisa saja Nalim yang diuntungkan.
“Karena banyak calon, maka biasanya petahan paling diuntungkan,”ujarnya.
Apalagi, semua wakil kandidat adalah berasal dari jawa. Tentu saja, Nalim tidak bisa mendulang suara maksimal dari kelompok Jawa. Begitupula Fauzi maupun Al Haris. Namun, kata dia, dengan adanya tiga kandidat, membuat konsentrasi masa menjadi terbelah.
“Orang yang awalnya tidak menginginkan Haris kembali menjadi Bupati, tentu mengalihkan dukungan ke Fauzi dan sebagiannya ke Nalim. Tapi, jika Nalim-Haris duel, otomatis publik yang tak ingin Haris kembali memimpin akan melarikan dukungannya ke Nalim,”jelasnya.
Kota jambi
Begitu pula yang terjadi di Kota Jambi. Sejak awal, Indo Barometer sudah bisa memprediksi Fasha akan menang di Pilwako. Berdasarkan survei, menunjukkan jika tingkat kepuasan publik terhadap Fasha sangat tinggi. Diatas 80%. Tapi, dari data itu seharusnya Fasha bisa unggul diantara 60%-70%. Tapi, dalam Pilwako kemarin, Walaupun menang, Fasha hanya berhasil unggul diangka 50%. Sementara, rivalnya Abdullah Sani-Kemas Al Farizi yang dalam survei hanya mendapat 20% suara, tiba-tiba melejit mendapat suara mencapai 44%.
BACA JUGA: Desk Pilkada Kota Jambi Selesai, Fasha-Maulana Ungguli Pasangan Sani-Izi di 10 Kecamatan
“Ini faktornya karena head to head. Sebab lawan akan kerja sangat keras. Suara lawan memang bisa saja naik,”ujarnya.
Hadi mengakui, dari beberapa kali survei yang mereka lakukan, terlihat jika suara Sani memang meningkat tinggi.
“Dari 20% sampai 44%. Ini timnya kerja luar biasa, dalam waktu yang ketat bisa naik,”ujarnya. (akn)