Di sebuah ruangan bergaya etnik Jambi, ditemani hembusan angin musim panas yang kian mengganas, Adri SH MH, Ketua MPW Pemuda Pancasila Provinsi Jambi, tampak serius.
Bukan tanpa alasan. Jambi, provinsi yang sejatinya kaya akan keanekaragaman hayati, kini berada di ambang krisis ekologis serius, yaitu kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Kita minta perusahaan tidak membakar lahan dan memanfaatkan situasi musim panas untuk buka lahan dengan membakar,” ujar Adri, menekankan setiap kata dengan begitu berat.

“Jangan sampai kejadian lama terulang kembali, di mana Jambi darurat asap.”
Memori tentang kabut asap yang menyelimuti Jambi dan mempengaruhi kesehatan masyarakat masih membekas di benak Adri.
Sumbernya tak lain adalah tindakan sembrono dari beberapa perusahaan yang terkesan mengambil keuntungan dari situasi musim kering untuk membuka lahan dengan membakar.
“Termasuk perusahaan besar untuk jaga dan antisipasi karhutla,” lanjutnya, menambahkan bahwa upaya ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh lapisan masyarakat, termasuk sektor swasta.
Ketika ditanya soal langkah konkret yang harus diambil jika ada perusahaan yang bandel, Adri menjawab dengan tegas.
“Jika ada perusahaan yang bandel, saya minta ditindak tegas. Tegakkan pidananya.”
Adri bukan hanya berbicara sebagai Ketua MPW Pemuda Pancasila Provinsi Jambi, tapi sebagai warga Jambi yang peduli akan masa depan provinsinya.
Dalam suara dan tatapannya, ada semangat, ada keinginan untuk melihat Jambi bebas dari kabut asap, dan lebih dari itu, ada impian untuk membawa Jambi ke masa depan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.
“Saya berdiri di sini, bukan sebagai simbol atau perwakilan sebuah organisasi saja, tetapi sebagai cerminan dari kepedulian kita semua. Kita minta Jambi bebas asap,” pungkasnya, menutup percakapan dengan harapan yang membumbung tinggi, seperti asap yang perlahan mulai hilang di cakrawala Jambi.(*)