JAMBI- Listrik bagi sebagian masyarakat merupakan kebutuhan hidup biasa yang aksesnya sangat mudah untuk didapat. Terlebih, untuk masyarakat yang hidup di kawasan perkotaan. Namun ternyata, di era serba teknologi sekarang masih ada masyarakat yang kesulitan untuk mendapatkan akes listrik tersebut.
Salah satunya adalah, Masyarakat Desa Renah kasah, Kabupaten Kerinci. Desa Renah Kasah secara administratif berada di Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Desa Renah Kasah adalah salah satu desa peyangga yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat.
Topografi Desa Renah Kasah merupakan dataran tinggi yang bergelombang dan datar dengan tekstur tanahnya yang lempung sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan untuk menanami sayur-sayuran dan padi sawah. Sebagian kecil juga memiliki kolam untuk perikanan dan berkebun kayu manis. Tanah subur ini karena berada di kaki Gunung Kerinci.
Secara geografls, desa ini terletak pada posisi 01°48’35.7” LS dan 101°21’50.9” BT dengan ketinggian 1539 meter dari permukaan laut. Desa Renah Kasah mempunyai tiga dusun, yaitu Dusun l, Dusun ll, Dusun Ill. Untuk mencapai desa, dapat melalui satu jalan darat dengan menggunakan sepeda bermotor. Jarak desa dengan ibukota kabupaten yaitu 63 km dengan waktu tempuh diperkirakan 2 jam dengan ongkos Rp. 100.000. Jumlah penduduk Desa Renah Kasah adalah 562 orang dengan komposisi Iaki-Iaki 276 orang dan perempuan 286 orang yang terdiri dari 162 kepala keluarga (KK). Fasilitas umumnya yang ada di Desa Renah Kasah yaitu 1 Masjid, 1 Kantor Desa, 1 Sekolah Dasar, Pos Kesehatan Desa dan Pos Penyuluhan.
Dibalik keindahan alamnya, masyarakat Desa Renah Kasah baru mendapatkan akses listrik dari tahun 2020 lalu. Secara umum, desa-desa peyangga berbatasan dengan kawasan hutan tentu memiliki kendala yang hampir sama yaitu kebutuhan vital akan listrik. Begitu juga dengan Desa Renah Kasah yang hanya bisa dilalui satu jalan yang melintasi Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat juga belum tersambung jaringan listrik dari PLN, sehingga sangat mempengaruhi perkembangan desa.
Namun berkat adanya kegiatan kerjasama Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan United Nations Development Programme (UNDP) mendapatkan dukungan dana dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Bank Jambi melakukan kegiatan Market Transformation through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in the Energy Sector (MTRE3).
“Kerja sama Baznas, Bank Jambi dan UNDP dalam upaya untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) diejawantahkan pada pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Dari 17 tujuan SDG, kerjasama ini secara khusus ditujukan membantu pencapaian Tujuan 7, yaitu Menjamin akses pada energi yang murah, dapat diandalkan, berkelanjutan dan modern untuk semua,” kata Kepala Bidang Energi Dinas ESDM Provinsi Jambi,Pandu kepada media ini pada Senin 24 Juli 2023.
Pembangunan PLTMH di Desa Renah Kasah ini sendiri sudah dimulai dari tahun 2018 dan sudah mulai beroperasi pada tahun 2020 lalu.
Anggarannya sendiri berada di angka Rp 2,1 Miliar yang bersumber dari CSR Bank Jambi. Pekerjaan di luar areal Taman Nasional dapat dilakukan lebih awal sambil menunggu Surat Ijin Masuk Areal Konservasi diterbitkan oleh Kantor Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Lokasi perumahan penduduk berada di luar kawasan taman nasional sehingga pekerjaan dapat dilakukan di sekitar pemukiman penduduk.
Pekerjaan pembangunan sipil (civil engineering) berlangsung dengan lancar. Bendung (weir) adalah bangunan sipil pada pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang bertugas untuk mengubah sebagian aliran air pada sungai atau sumber air lainnya untuk kemudian diteruskan pada saluran air maupun pipa pesat (penstock).
Istilah “bendung / weir” berbeda dengan bendungan pada irigasi ataupun juga pembangkit listrik tenaga air skala besar.
Perbedaan terletak kemampuan menahan air, jika pada bendung PLTMH sebagian air sungai akan dialihkan masuk ke dalam pipa yang nantinya digunakan memutar turbin dan menghasilkan listrik. Sebagian volume air akan dibiarkan melimpah di atas bendung dan jatuh kembali ke sungai. Sedangkan pada “bendungan” seluruh air akan ditahan dan hanya bisa kembali ke sungai asal jika pintu air dibuka.
Untuk memastikan PLTMH Renah Kasah dapat berfungsi dengan baik serta mendapatkan perawatan yang sesuai panduan, maka diadakan beberapa tahap pelatihan. Tahap pertama adalah pelatihan yang dilakukan oleh kontraktor yang membangun PLTMH. Pelatihan instalasi jaringan listrik di setiap rumah dilaksanakan selama pembangunan dan pemasangan instalasi dilakukan bersama dengan calon operator.
“Keterampilan dalam hal intalasi listrik tidak hanya diperlukan saat ada jaringan listrik yang mengalami kerusakan, namun juga saat penambahan jumlah rumah baru di desa yang memerlukan pemasangan instalasi listrik yang juga baru” tambahnya.
Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai lanjutan dari pembangunan infrastuktur adalah pelatihan tahap kedua bagi operator dan pengelola PLTMH. Begitu pula dengan kegiatan-kegiatan pendukung lainnya, seperti dengan rencana peresmian PLTMH Renah Kasah, persiapan serah terima , monitoring operasi dan managemen PLTMH, dan publikasi yang tidak hanya dilakukan untuk PLTMH Renah Kasah, tetapi juga untuk 4 PLTMH lainnya.
Kini, PLTMH tersebut sudah memberikan manfaat bagi 105 rumah tangga, Masjid, Kantor Desa dan Pusat Kesehatan Desa.
Masyarakat pun merasa sangat bersyukur setelah kehadiran PLTMH ini dapat memudahkan berbagai aktifitas.
“Pastinya senang sekarang sudah bisa menonton TV ya, sudah bisa menggunakan Handphone, Desa jadi lebih hidup dan terang pastinya, apapun kami berharap bahwa PLTMH ini dapat terus digunakan dengan baik karena listrik bagi kami sangat berarti,” ungkap Dio Alif, salah satu warga Renah Kasah.
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan upaya untuk mencapai pertumbuhan nasional berkelanjutan, Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai akselerasi pengembangan energi terbarukan menjadi sebuah keharusan. Pemerintah Indonesia, melalui Kebijakan Energi Nasional (KEN), sudah mencanangkan target peningkatan bauran energi primer mencapai 23% di tahun 2025 sebagai salah satu tolak ukur.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemanfaatan energi terbarukan nasional pada 2022 baru mencapai 12,3% dari target 23% pada 2025. IESR memandang sektor kelistrikan memiliki peluang paling besar untuk mendukung capaian target energi terbarukan.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) , diperlukan 45,2 GW listrik yang bersumber dari energi terbarukan pada tahun 2025. Namun, pengembangan energi terbarukan masih lambat dengan pertumbuhan hanya sekitar 400-500 MW per tahunnya selama lima tahun terakhir. Pertumbuhan tersebut juga jauh dari target pemerintah untuk meningkatkan energi terbarukan 2-3 GW per tahun dalam lima tahun terakhir.
Deon Arinaldo, Manajer Program Transformasi Energi IESR mengungkapkan pemerintah Indonesia perlu menyiapkan strategi baru untuk segera mencapai target 23% bauran energi terbarukan pada 2025 serta secara konsisten meningkatkan target pencapaian energi terbarukan.
“Cita-cita Kebijakan Energi Nasional (KEN) adalah untuk mencapai kemandirian dan ketahanan energi nasional yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Sehingga Indonesia harus tetap optimis dan ambisius dalam meningkatkan bauran energi terbarukannya. Bahkan dalam proses pemutakhiran dokumen KEN, target bauran energi terbarukan ini butuh dijaga atau malah ditingkatkan. Yang diperlukan adalah strategi baru yang menimbang perkembangan teknologi, pertumbuhan ekonomi saat ini dan dapat diimplementasikan dalam waktu singkat, misalnya bagaimana mengakselerasi PLTS atap seoptimal mungkin dalam dua tahun kedepan,” tegas Deon dalam acara Road to Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2023, Expert Discussion Webinar pada Kamis (27/7/2023).(*)