Mamuju – Tiga bayi kembar yang menjadi korban gempa Sulawesi Barat di Mamuju hidup memprihatinkan bersama kedua orang tuanya di lokasi pengungsian. Ketiga bayi malang itu kerap tidur di bawah guyuran hujan dan kedinginan di tenda pengungsian.
Kendati mengaku prihatin dengan kondisi yang dialami anaknya, kedua orang tua mereka, Abdul Rahim dan Indriani, warga Desa Pasabu, Kecamatan Tappalang Barat, mengaku tidak dapat berbuat banyak. Sisa tabungan yang dimiliki orang tua dari hasil menarik angkot juga habis tertimbun reruntuhan rumahnya yang ambruk.
“Mau bagaimana lagi, saya sudah tidak ada uang. Bantuan yang diharap dari pemerintah juga belum ada yang sampai hingga saat ini,” kata Abdul Rahim kepada wartawan di lokasi pengungsian, Selasa (19/1/2021).
Saat gempa bumi mengguncang, Abdul Rahim mengaku langsung menyelamatkan sang istri bersama ketiga buah hatinya itu. Bersama warga lainnya, mereka langsung mengungsi ke kawasan perbukitan yang dianggap lebih aman.
“Pokoknya saya tidak berpikir panjang lagi, yang utama, bagaimana istri dan ketiga anak saya bisa selamat,” ungkapnya.
Selama berada di pengungsian, Abdul Rahim bersama buah hatinya tinggal pada sebuah gubuk dengan kondisi memprihatinkan.
“Kalau hujan, ketiganya (bayi kembar) terpaksa ditutupi pakai sarung karena atapnya banyak yang bocor, apalagi kalau malam kita kedinginan, karena rumah petani ini tidak berdinding,” ujarnya.
Abdul Rahim berharap pemerintah segera memberikan bantuan, khususnya logistik untuk kebutuhan sehari-hari seperti susu, popok, dan selimut.
“Saat ini yang sangat kita butuhkan adalah bahan makanan, susu, baju, pokok, dan selimut, apalagi banyak anak bayi di sini,” tuturnya.(*)