Buku itu tebalnya minta ampun. Mirip tumpukan batu bata. Lihatlah sebentar..anda pasti akan geleng-geleng. Buku itu terselip di sebuah rak buku di rumah Abdul Murady Darmansyah, di Jakarta. Buku inilah yang dipilih Dr H As’ari, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kerinci, ketika sang ahlul bait memintanya memilih sebuah buku untuk diboyong pulang.
***
Rektor IAIN Kerinci ini punya kebiasaan produktif. Ia selalu memanfaatkan waktu senggang untuk hal-hal yang berfaedah. Di sela-sela kunjungan kedinasan ke Jakarta, Ahad 7 Juni 2021 kemarin misalnya, Dr H As’ari bukannya berleha-leha atau duduk santai di dalam hotel.
Ia memilih mengisi waktu kosong untuk sowan ke rumah koleganya, Abdul Murady Darmansyah, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta. Ia tak datang sendiri. Dr H As’ari didampingi koleganya Dr Jafar Ahmad, Wakil Rektor II dan Syafriadi, Kabag Hukum IAIN Kerinci.
Malam itu, kebetulan pula Murady kedatangan tamu lain dari Kerinci. Mereka adalah para pejabat dari Pemkot Sungai Penuh. Ada Dr Wazirman, seorang pejabat di Bappeda dan Zahirman, Kabag Hukum Kota Sungai Penuh.
Klop….jadilah diskusi malam itu penuh warna dan diiringi gelak tawa.
Nah,
Ada yang menarik dari lawatan Dr As’ari ke sana. Selain dijamu makan malam, dengan menu-menu khas tradisional. Dr H As’ari dan rombongan disambut hangat sang ahlul bait.
Mereka membincangkan banyak hal, dari yang ringan-ringan sampai yang berat-berat. Dari masalah fiqih hingga tasawuf. Dari persoalan ideologi hingga perbandingan agama. Termasuk pula tentang syariah di dalam Islam. Bagaimana pula hukum riba hingga soal terminologi Islam Nusantara.
Murady banyak pula bercerita tentang pengalamannya di dunia politik. Bagaimana saat-saat ia duduk di senayan sebagai anggota DPR, yang banyak merumuskan undang-undang untuk kepentingan publik.
Ia juga berbagi pengalaman dramatis saat menggebrak meja dan bersitegang dengan pejabat Amerika ketika berkunjung ke sana. Ia memperotes tindakan diskriminasi atas penjualan buah sawit dari Indonesia. Yang kerap dipersulit di level dunia.
Diskusi pun merembet ke hal ihwal dunia pendidikan. Murady banyak mengeksplorasi ide dan gagasan, utamanya ihwal pembangunan kapasitas sumber daya manusia.
Dia berpesan agar IAIN, disamping fokus membangun basis intelektual juga harus memperkokoh kapasitas spiritual mahasiswa.
“IAIN Kerinci harus menjadi kampus yang berkemajuan,”pesan Murady.
Dr H As’ari dan rombongan manggut-manggut tanda setuju. Mereka menyimak wejangan Murady dengan takzim. Sesekali mereka tampak tertawa lebar. Kali lain suasana mendadak hening.
Tak terasa…jarum jam sudah mendekati pukul 00. Dr H As’ari ijin pamit karena besok pagi harus menghadiri kegiatan penting di Kementerian Agama. Sebelum beranjak, Murady menggamit tangan rektor.
Ia memboyong Dr H As’ari masuk ke ruang kerjanya, yang berada di lantai dua itu. Di sana berjejer buku-buku dari berbagai disiplin ilmu, yang tersusun di sebuah lemari ukuran jumbo yang menempel ke tembok ruangan.
“Dari kecil saya memang hobi membaca. Ini ada buku-buku lama dan terbaru,”kata Murady.
Ia lantas mempersilahkan Dr H As’ari untuk memilih sebuah buku. Beberapa menit Dr H As’ari terpaku di depan tumpukan buku. Sorot matanya mendadak mengarah ke sebuah buku tebal, yang halamannya mendekati 1000 lembar. Buku itu terselip di bagian tengah, diantara buku Andi F Noya.
Judul bukunya begini “Sejarah Dunia Kuno, dari cerita-cerita tertua sampai jatuhnya roma“. Buku ini disusun seorang sejarawan dunia, Susan Wise Bauer, yang berisi tentang sejarah utuh dan lengkap tentang asal muasal peradaban umat manusia.
Murady menyerahkan buku itu ke Dr H As’ari. Potret tersebut seperti terlihat di dalam foto berita ini.
Dr H As’ari mengucap terimakasih. Ia lalu izin pamit sembari melempar salam.(*)