Bau busuk praktik curang proyek jalan di Tungkal, Tanjab Barat, lagi-lagi menyeruak.
—————-
Belum beres masalah proyek jalan di parit 9, kini muncul lagi kasus serupa di lokasi berbeda. Proyek jalan parit 4 menuju teluk nilau senilai Rp 4,5 Miliar itu dituding bermasalah.
Robert Samosir, Direktur Eksekutif Jaringan Masyarakat Anti Korupsi mengatakan, dari temuan timnya dilapangan, kasus proyek Parit 4 mirip dengan kasus proyek jalan di parit 9.
“Pengerjaan jalannya tak sesuai spesifikasi,”kata Robert.
Semestinya, proyek jalan itu dikerjakan dengan menggunakan alat berat jenis Long Arm. Faktanya, lanjut Robert, proyek justru dikerjakan dengan alat berat jenis standar.
“Yang membedakan, proyek ini menggunakan uang APBN. Kalau di Parit 9, itu pakai APBD. Tapi, modusnya mirip,”ujar Robert.
Robert mengingatkan Bupati untuk serius mengawasi sejumlah proyek infrastruktur di Tanjab Barat. Sejauh ini, menurut Robert, banyak temuan proyek jalan di Tanjab Barat yang bermutu rendah.
“Kalau tak beres, kan Bupati juga yang kena imbas. Tolong benar-benar evaluasi pejabatnya,”ujar Robert.
Robert kembali mendesak aparat penegak hukum turun tangan.
“Masalah ini mesti diusut,”ujarnya.
Sebelumnya, gelagat curang kian terang menyergap proyek jalan, yang menghubungkan Parit 9 menuju Pangkalan Bambu di Tanjab Barat senilai Rp 3,5 itu.
Menurut Robert Samosir kontraktor buru-buru mengganti alat berat setelah proyek itu ramai disorot.
“Apapun ceritanya, pekerjaan ini sudah salah sedari awal,”tegasnya.
Robert menengarai proyek tersebut tak sesuai spesfifikasi. Ketinggian jalan, kata dia, tidak cukup.
“Saya minta Kejati segera memeriksa Kabid Binamarga dan Rekanan terkait,”katanya.
Bupati, lanjut Robert, mesti segera turun tangan.
“Evaluasi pejabatnya dan jatuhkan sangsi bagi kontraktor. Ini merusak citra Bupati,”katanya.
“Saya akan awasi ini sampai ke ujung,”imbuhnya.
Proyek parit 9 itu dikerjakan oleh CV Aisyah Putra Karya. Mulanya, mereka menurunkan alat berat jenis standar untuk mengerjakan proyek jalan itu. Padahal, sesuai spesifikasi, proyek ini kudu dikerjakan dengan alat berat jenis long arm.
Spesifikasi itu tercantum dalam dokumen pengadaan. Rekanan pun, telah menyatakan kesanggupannya dihadapan notaris.
Gaduh proyek ini pecah ketika warga memergoki adanya dugaan ketidakberesan proses pengerjaan. Selain ihwal alat berat, Robert menyebut ketebalan jalan yang semestinya 100 CM, kok hanya dibuat 30 CM.
“Setelah kita teriak-teriak, mereka buru-buru merubah alat beratnya,”kata Robert.(*)