Selepas ditinggal Muhammad Dianto, Gubernur Fachrori mulai mengincar sejumlah nama untuk dipercaya mengisi pos Sekretaris Daerah (Sekda). Loyalitas menjadi tolok ukur utama.
—————-
Seusai mengikuti upacara peringatan hari pahlawan–10 November 2019–, Sudirman bergegas beringsut ke rumah dinas Gubernur Fachrori Umar, kawasan Telanaipura, Kota Jambi. Masih mengenakan setelan jas lengkap dan berkopiah, Asisten III Sekretariat Daerah Provinsi Jambi itu menemani Gubernur Fachrori menyambut lawatan komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jambi.
Fachrori yang bermuka cerah pagi itu kelihatan berkali-kali berbisik kecil dengan Sudirman, sebelum ia meneken Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) senilai Rp 60 Miliar untuk Bawaslu Provinsi Jambi. Sudirman bahkan ikut menengok dan berdiri disamping Fachrori ketika berkas NPHD itu diteken.
Bukan kali ini saja Sudirman dipercaya sang gubernur menemaninya di acara-acara khusus. Dalam lawatannya ke Amerika Serikat belum lama ini, Sudirman juga turut mendampingi Fachrori.
Kemesraan bersama Fachrori menyingkap sejumlah spekulasi, Sudirman bakal dikirim mengisi pos Sekda. Dilingkaran inti Fachrori misalnya, nama Sudirman sudah sejak lama digadang sebagai kandidat kuat pengganti M Dianto.
“Sudirman punya kapasitas. Kinerjanya jempol lah. Paham birokrasi dari A sampai Z,”ujar PM, orang dekat Gubernur Fachrori.
Untuk mengisi jabatan Sekda, menurut dia, Guberur Fachrori tentu tak akan gegabah. Menurutnya, Fachrori pastilah bakal menunjuk birokrat andal dan sarat pengalaman. Selain loyalitas yang akan menjadi tolok ukur utama.
“Pak Gubernur kan butuh orang yang loyal. Untuk membangun daerah, beliau butuh tim yang solid dan mengutamakan kenyamanan,”ujarnya.
Debut Sudirman di dunia birokrasi dimulai semasa Zulkifli Nurdin (ZN) menjadi Gubernur. Dipercaya mengomandoi Biro Hukum, Sudirman seolah berperan sebagai perisai hidup ZN, utamanya di bidang hukum. Ia adalah tokoh yang menyarankan ZN untuk berhati-hati dan tak meneruskan proyek pembangunan mess Jambi.
Mega proyek yang dikerjakan pengusaha Sudiro Lesmana itu belakangan betul-betul bermasalah dan akhirnya menyeret Sekda Khairul Saleh ke bui. Peran menonjol Sudirman terlacak ketika ia pasang badan dan berada dibalik perang Baratayudha antara Zumi Zola melawan raksasa minyak asal China—Petrochina Internasional Jabung–, tahun 2013 silam.
Sudirman dipercaya Zola menjabat Sekda kala itu. Sebagai Sekda, Sudirman berada di ujung tombak dan digaris terdepan menangkis serangan PetroChina. Terlebih ketika Zola menutup sumur-sumur minyak Petrochina yang dituding tak berizin itu.
Ditangan Sudirman, PetroChina dibuat melempem, tak berdaya. Sudirman bahkan sukses membongkar kedok limbah PetroChina yang terendus bermasalah. Lewat Sudirman, Zola berhasil memboyong Kementerian LHK dan Kemendagri untuk turut menggempur PetroChina.
Tapi, karir birokrasi Sudirman justru meredup seusai Zola melenggang dari Tanjab Timur ke Provinsi. Selepas Zola menjadi Gubernur, Sudirman malah ditinggal dan tak masuk kabinet Jambi Tuntas. Ia hanya beberapa bulan meneruskan jabatan Sekda Tanjab Timur di era Romi Haryanto, sebelum nonjob di Pemprov Jambi.
Karir Sudirman kembali menyala ketika ia ditunjuk Gubernur Fachrori menjabat Asisten III, beberapa bulan lalu. Kini, Fachrori diperkirakan bakal menunjuk Sudirman memangku jabatan Sekda, orang nomor satu di birokrasi Pemprov Jambi.
Gubernur Fachrori memang belum menyampaikan komentar ihwal posisi Sekda itu. Sementara Miftahul Ikhlas, orang kepercayaan Gubernur Fachrori juga ogah berkomentar banyak. Ia hanya menyebut pejabat yang akan mengisi pos Sekda adalah hak prerogratif gubernur.
“Kita tak tahu ya. Yang pasti pak gubernur akan memunjuk birokrat yang berkualitas,”katanya.
Ihwal nama Sudirman, Miftahul Ikhlas cuma melempar senyum.
“Maaf saya tidak tahu,”singkatnya.
Pengamat Kebijakan Publik Dr Dedek Kusnadi menilai langkah Fachrori menunjuk Sudirman sudah tepat. Itu membuktikan kalaulah Fachrori serius memburu birokrat andal dan berkualitas. Bukan karena faktor lain, semisal bermotif keluarga atau unsur primordialisme.
“Saya kira publik sudah sangat mafhum, bahwa pak Sudirman sebenarnya bukan bagian dari pak Fachrori. Artinya, penunjukkan beliau sebagai Sekda lebih karena faktor kualitas,”katanya.
Menurut Dedek, Sudirman bukan orang baru di birokrasi. Pengalamannya di birokrasi semestinya tak diragukan lagi. Sudirman, menurut Dedek, adalah birokrat yang sangat hati-hati dalam bersikap. Latar belakang akademisnya sebagai orang hukum, ia diyakini akan banyak membantu Fachrori dalam membangun daerah tanpa masalah.
Kasus yang menyeret Plt Sekda Erwan Malik, akan membuat Fachrori lebih berhati-hati melangkah. Ia butuh Sekda kuat dibidang hukum. Sosok itu, ada pada Sudirman.
Tapi, kata Dedek, Sudirman bukan tak punya kelemahan. Sebagai birokrat yang besar di dalam klik ZN, menurut Dedek, Fachrori perlu membuktikan loyalitasnya. Apalagi, Fachrori akan menghadapi laga Pilgub pada 2020 mendatang. Posisi Sekda tentu sangat sentral dan strategis.
“Sudah barang tentu ia perlu pembantu yang loyal,”katanya.
Selain Sudirman, lanjut Dedek, sejumlah birokrat juga berpeluang mengisi pos Sekda, antaralain Asnawi AB, Kepala Kesbangpol Provinsi Jambi. Lalu ada pula Agus Sunaryo, mantan Plt Bupati Tebo yang kini menjabat Asisten II Bidang Ekonomi Provinsi Jambi. Beberapa nama lain misalnya Kemas Fuad–menantu Mantan Gubernur HBA–, juga dinilai layak menempati posisi Sekda itu.
Kini, nasib siapa pengganti M Dianto ada dalam genggaman Fachrori. Siapa?(*)
[AWIN]