Sejumlah mahasiswa dilarikan ke rumah sakit. Mereka lari tunggang-langgang terpapar gas air mata di halaman gedung DPRD Provinsi Jambi. Bentrok pecah ketika mahasiswa dari berbagai almamater berdemonstrasi mendesak pembatalan perubahan undang-undang KPK yang kadung disahkan DPR, serta beberapa rancangan undang-undang yang merugikan publik. Sejumlah dosen turun memantau. Unjuk rasa bakal berlanjut.
————–
“KPK sengaja dilemahkan”
“Ini menyakiti hati rakyat”
“Hari ini kita melepas seluruh warna”
“DPR jangan main api”
Orasi Ardy Irawan, Presiden BEM Universitas Jambi itu bersahutan dengan suara ribuan mahasiswa yang memadati halaman gedung DPRD Provinsi Jambi, kemarin siang. Hari itu, massa juga datang dari sejumlah kampus, seperti Universitas Jambi, UIN STS JAMBI, STIKOM dinamika bangsa, Adiwangsa, Universitas Batanghari, dan Universitas Muhammadiyah Jambi. Seperti gerakan 98, baru kali ini gerakan protes di Jambi melibatkan ribuan aktivis mahasiswa dari berbagai elemen.
Kepada Jambi Link, Ardy Irawan mengatakan gerakan mahasiswa diinisasi sejumlah Badan Eksekutife Mahasiswa berbagai kampus di Jambi. Mereka ressah terhadap rentetan upaya pelemahan pemberantasan korupsi serta pemberangusan demokrasi.
“Kami mahasiswa satu pemikiran bahwa DPR dan pemerintah tidak benar. Negara punya segudang masalah. Tapi, rupanya para elit justru menambah masalah dengan adanya Undang undang yang melemahkan KPK dan RKHUP,”kata Ardy Irawan.
Unja kampus Telanaipura dipilih sebagai titik kumpul. Dari kampus masing-masing, ribuan mahasiswa itu bergerak ke sana. Dipimpin masing-masing koordinator lapangan dari tiap kampus, massa mengular di depan gerbang masuk Unja. Mereka mulai bergerak menuju lampu merah simpang empat Bank Indonesia sekitar pukul sepuluh pagi.
Massa sempat menutup akses jalan simpang empat BI menuju kampus Unja. Beberapa jenak disana, massa menunggu mahasiswa dari Unbari dan Universitas Muhammadiyah.
Dari simpang BI, massa beranjak ke gedung wakil rakyat dengan berjalan kaki. Korlap tampak kewalahan mengatur massa yang jumlahnya ribuan itu. Massa sempat berhenti di depan taman anggrek. Mereka bertemu massa aksi dari elemen petani dan walhi.
Sempat terjadi negosiasi karena massa petani juga hendak berdemo di gedung DPRD. Setelah massa petani beringsut dari gedung dewan, giliran mahasiswa merangsek masuk. Dihalaman gedung DPRD, massa terus berorasi.
Orasi pertama oleh Presiden Mahasiswa Unja. lalu dilanjutkan perwakilan UIN STS Jambi. Terakhir orasi dari Presiden UNBARI. Disela-sela orasi itu, Ketua DPRD Provinsi Jambi, Edi puranto tiba-tiba nongol. Ia kemudian mendekat masuk ke barisan massa aksi.
Menjelang siang, situasi mulai memanas.
“Selepas zuhur saya kembali ke barisan paling depan. Saat itu, massa mulai terlibat saling dorong,”ujar Ardy Irawan.
Edi Purwanto yang berada di kerumunan massa mendadak terjepit. Aksi saling dorong menyebabkan sejumlah mahasiswa dan polisi terhempas. Beberapa diantaranya ikut terinjak. Amuk polisi pecah ketika mereka mendapat lemparan dari arah massa. Entah siapa yang melempar.
Aparat bertameng itu pun mulai naik pitam. Polisi berupaya mengusir massa dengan tangan kosong. Mahasiswa di bagian depan terkena pukulan dan tendangan polisi. Para Presiden BEM terus menenangkan massa aksi yang mulai tak terkendali.
Tiba-tiba gas air mata diluncurkan ke kerumunan massa. Mereka pun lari berhamburan.
“Karena mata perih dan panas,”ujar Ardy.
Ditengah situasi itu, tiba-tiba ada yang melempar batu. Mahasiswa yang telah terpencar itu terpancing provokasi. Mereka ikut-ikutan melempar batu ke arah aparat dan kantor DPRD. Kaca jendela gedung DPRD pun pecah.
Polisi sempat mengamankan sejumlah mahasiswa. Seusai bentrok mereda, massa yang sempat kocar-kacir merapat kembali ke gedung DPRD. Mereka ingin menegok rekannya yang diamankan polisi. Pintu gedung dewan waktu itu sudah tertutup. Para Koordinator dan orator menenangkan mahasiswa untuk tidak berbuat onar dan anarkis.
Ketika itulah pintu gedung DPRD tiba-tiba terbuka. Aparat ramai-ramai menyerbu mahasiswa dengan pentungan dan tameng. Massa lagi-lagi bubar setelah gas air mata ditembakkan. Massa terbelah dua. Sebagian lari kearah lapangan kantor gubenur. Sebagiannya lari ke arah rumah sakit umum.
Beberapa mahasiswa berjatuhan di depan pintu DPRD.
“Ada yang pingsan di tengah perjalanan melarikan diri. Ada yang pingsan ketika sampai di tempat evakuasi di gedung samping DPRD. Mereka langsung dilarikan kerumah sakit,”katanya.
Seorang anggota DPRD dari Fraksi Golkar, Apif Firmansyah berinisiatif memboyong mahasiswa ke rumah sakit dengan mobil pribadinya plat BH 88 TW.
Berikut nama-nama mahasiswa yang menjadi korban bentrok :
- Riri Tasnia (Unja)
- Aqiqa Sifadona (Unbari)
- Ria Yunia (Unbari)
- Nur Holisa (Unja)
- Rani Febriani (Unja)
- Adde (Unbari)
- Sandra Afrilia (Unja)
- Haykal (UIN)
- Lisdia Duanti (Unja)
- Lisa (Unja)
- Princes (UIN)
- Arid (Unja)
- Sandra (Unja)
- Ari Wardiarto (Unja)
- Heraldo (Unja)
II
Usai bentrok, konsentrasi massa pindah ke lapangan kantor gubernur. Mereka kemudian duduk melingkar sesuai kampus masing-masing. Menjelang asar, Gubernur Jambi dan Ketua DPRD Edi Purwanto mendatangi massa. Di hadapan massa, Edi Purwanto menukas,
“Ada persoalan terhadap RUU KUHP. Kami mendukung, ikut perjuangkan aspirasi adek-adek. Kami menolak RUU yang belum disahkan,”tegas mantan Presiden BEM UIN Jambi itu.
Massa mulai tenang dan bubar secara tertib seusai Gubernur Fachrori berpantun.
Sementara, Wakil Kapolda Jambi, Brigjen Polisi Charles Bonardo Sadatua Nasution, meminta maaf kepada ribuan mahasiswa atas kesalahan anggotanya saat menembakkan gas air mata.
Mahasiswa sempat memprotes oknum anggota polisi menembakkan gas air mata arah bawah, padahal mestinya ke atas. “Sebagai Wakapolda Jambi Saya minta maaf dan akan periksa anggota polisi yang melakukan kesalahan,” kata Brigjen Charles ketika menemui massa aksi di lapanngan kantor gubernur.
Ke depan, Charles berjanji akan mengingatkan para anggotanya agar tidak salah dalam melaksanakan prosedur dalam pengamanan aksi demo.(*)
[ARDY IRAWAN, AWIN]