Keberadaan Yayasan yang menaungi Universitas Adiwangsa Jambi (Unaja)—dulu bernama STIKES Prima—ditengarai berada di Sumatera Utara, Medan. Keberadaan Rektor misterius.
———————————
Kemelut di tubuh Unaja belum kelar, bahkan semakin meruncing. Selain akan melaporkan aktivitas Unaja ke Ombudsman RI, Presiden Mahasiswa Heri Ramadani sudah mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jambi, Senin 8 Juli 2019, kemarin.
Ditemani dua koleganya, Heri yang mengenakan almamater kampus tiba di gedung dewan pukul delapan pagi.
Ia sudah membuat janji ketemu Komisi IV DPRD.
Pagi itu, gedung dewan di kawasan perkantoran Gubernur Jambi ini masih sepi. Semua ruang komisi terlihat kosong.
Di komisi IV, misalnya, hanya ada seorang staf pria yang asyik masyuk memainkan komputer.
“Belum ada yang datang dek. Biasanya agak siang, tunggu aja,”ujar pria yang tak menyebutkan identitasnya itu.
“Isi absen dulu ya,”imbuhnya.
Dua jam menunggu, Nasri Umar Ketua Komisi IV DPRD Provinsi Jambi itu nongol.
Ia datang sendirian dan langsung berdialog dengan Heri cs.
“Kita belum dapat alamat yayasannyo,”tegas Nasri Umar.
Politisi Partai Demokrat ini merasa heran, kampus sebesar Unaja kok tak mencamtumkan alamat yayasan secara lengkap.
Keberadaannya pun penuh misteri.
Karena itu, dewan mengaku kesulitan mau berdialog dengan siapa.
Sementara, pengelola Unaja di Jambi hanyalah level Pembantu Rektor II. Sementara keberadaan Rektor pun entah dimana.
“Kampus ndak pernah menyampaikan keberadaan yayasan dengan jelas,”potong Heri, Presiden BEM Unaja.
“Pernah disampaikan sekilas kalau yayasan berada di Medan. Tapi, kami juga tak pernah tahu,”imbuhnya.
Ardy Irawan wartawan Jambi Link melacak jejak Unaja lewat website resmi mereka disitus www.siunaja.com.
Disana disebutkan Unaja bernaung di bawah Yayasan Pendidikan Pelita Nusantara Adiwangsa Tebing Tinggi (Sumatera Utara).
Tidak dijelaskan secara detail sejak kapan Yayasan dan kampus ini berdiri.
Tapi, disitu terlacak jika semasa berdiri kampus ini telah tiga kali berganti nama.
Mulanya, kampus itu bernama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Tebing Tinggi.
Lewat SK Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor:05/D/O/2010, pada bulan Januari 2010, kampus kesehatan ini berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Prima Jambi.
Selanjutnya, pada tahun 2017 berubah lagi menjadi Universitas Adiwangsa Jambi. Mereka mengklaim telah mengantongi izin Menteri berdasarkan Surat Keputusan Kemenristekdikti No. 495/KPT/I/2017.
Dan yang menjabat sebagai Rektor Universitas Adiwangsa Jambi disebutkan bernama Dr. Willy Tanjaya, S.H, S.Kom.,M.Kn.
Sialnya, sejak berkuliah disana, mahasiswa mengklaim tak pernah bersua dengan rektor. Ketika penyambutan mahasiswa baru misalnya, menurut Heri, yang nongol hanya Wakil Rektor 2.
Heri menegaskan, ketika menggelar aksi sepekan lalu, mereka cuma bertemu Badan Pengurus Harian (BPH) kampus.
Mereka pun heran, kok tiba-tiba muncul BPH Kampus. Padahal, selama ini mereka tak pernah mendengar dan tahu siapa dan dimana keberadaan BPH Kampus ini. Tak jelas apa perannya di Unaja.
“Bagaimana kami mau memanggil dan bertemu pihak yayasan? Alamatnya aja tak jelas,”tegas Nasri Umar lagi.
Ia berjanji akan turut menyelesaikan kemelut di Unaja.
Komisi IV DPRD akan segera memanggil Dinas Pendidikan Provinsi Jambi untuk mengecek ke absahan kampus itu.
Kisruh di Unaja ini bermula ketika mahasiswa menggelar aksi sepekan lalu. Beberapa tuntutan mereka antaralain ihwal transparansi keuangan kampus, penyediaan fasilitas dan mendesak Wakil Rektor II dicopot.
Imbas aksi itu, tujuh mahasiswa dijatuhi skorsing.
Pejabat kampus pun bergerak. Mereka berusaha menggembosi gerakan mahasiswa dengan mengontak sejumlah orang tua mereka di kampung-kampung.
Puncaknya, seluruh mahasiswa mengosongkan asrama sebagai bentuk protes.
Sejumlah mahasiswi mengaku tertekan karena terus diintai orang tak dikenal.
Fakta-fakta baru mulai terkuak.
Keabsahan hingga keberadaan Yayasan mulai dipersoalkan.
Unaja sepertinya tak pernah berujung dari masalah.
Akhir April 2019 lalu, kampus yang berlokasi di kawasan Thehok ini sempat berseteru dengan PDAM Tirta Mayang Kota Jambi.
Puncak seterus terjadi ketika PDAM mempolisikan Unaja ke Polresta Jambi, Jum’at Malam pada 26 April 2019.
Unaja dilaporkan terkait temuan illegal conection (sambungan ilegal, red). Temuan itu terlacak ketika PDAM menurunkan tim pengecekan ke lapangan.
Tim PDAM yang diketuai Daniel ketika itu mengendus adanya Illegal Conection di areal Kampus Universitas Adiwangsa Jambi (UNAJA). Mereka juga menemukan kandungan air mengalir sama persis dengan air yang didistribusikan oleh PDAM Tirta Mayang Jambi.
Disitus resmi Unaja, Rektor Willy Tanjaya menjelaskan Universitas Adiwangsa Jambi memiliki 5 Fakultas dan 13 Program Studi.
Diklaim memiliki Fasilitas Kampus seluas ± 10.000 m2, terdiri dari 4 lokal bangunan bertingkat. Unaja juga memiliki sistem berbasis online contohnya Absen Mahasiswa Online, Absen Pegawai Online, PMB online, Tes Masuk Kuliah Online.
Unaja juga mengklaim telah memiliki sejumlah fasilitas mentereng, seperti Wifi, Laboratorium central alat, Laboratorium Mini Hospital, Laboratorium Natal Care (ANC), Laboratorium Intra Care (INC), Laboratorium Konseling Gizi, Studio Broadcast, Laboratorium Komputer, Laboratorium Jaringan Komputer, Laboratorium Multimedia, Studio Arsitektur, Perpustakaan, Aula, Lapangan serba guna, Lahan Parkir, Tempat Ibadah, Asrama Putri dan Putra, Rumah Sakit dan Base Camp Unaja Creative.(*)
Penulis : Ardy Irawan
Editor : Awin