Dia pencetus gerakan Subuh Keliling. Bergerak dari satu masjid ke masjid lain. Tidur seadanya di rumah warga sekaligus menyerap aspirasi dan menengok infrastruktur warga desa.
——————————–
Baru lewat pukul empat dinihari ketika Cek Endra tiba di Masjid Nurussa’dah, Desa Sungai Keradak, Kecamatan Batang Asai, Kabupaten Sarolangun, pada 14 Maret 2019 lalu.
Tak ada akses jalan untuk kendaraan roda empat. Cek Endra terpaksa berjalan kaki menyusuri jalan setapak nan gelap.
Hanya berbekal senter seadanya, Cek Endra tertatih-tatih dalam gelap menuju Masjid.
“Hati-hati pak. Licin…,”sahut salah satu warga.
Hawa dingin menyusup disela-sela baju dan menusuk kulit para pejuang subuh itu. Suasana dingin, gelap gulita ditambah medan yang sulit, membuat ciut nyali siapa saja yang melintas.
Usai melaksanakan solat sunat tahiyatul masjid, Cek Endra yang mengenakan peci dan jubah warna putih itu langsung duduk dan berbaur bersama warga.
Warga antusias ikut subuhan bareng Cek Endra. Masjid besar itu sampai meluber keluar disesaki jamaah.
Inilah Masjid ke-184 yang di kunjungi Cek Endra, semasa program Subuh Keliling (Subling) ini digulirkan sejak awal 2017 lalu.
Ide dan gagasan itu sebenarnya sudah muncul sejak lama. Tapi, Cek Endra baru bisa mewujudkan pada periode kedua Bupati.
Program Subuh Keliling atau dikenal Subling ini sengaja dirancang untuk membiasakan diri melaksanakan subuh berjamaah.
Sebagai nahkoda, tentu saja Cek Endra perlu memberi tauladan baik. Karena itu, ia perlu turun langsung mempraktekkan dan menggerakkan program Subling ini.
Tiap fajar, Cek Endra bergerak dari satu masjid ke masjid lain. Dari satu dusun ke dusun yang lain. Dari satu kecamatan ke kecamatan lain.
Ia percaya, program ini baik, wabil khusus bagi kalangan muslim. Subling memacu siapa saja untuk bangun lebih pagi. Dengan begitu, hidup penuh gairah menyonsong hari dan menjemput rizki.
Tapi, program Subling tidak sekonyong-konyong muncul.
Sebelum diluncurkan, tetap saja ia datang meminta saran dari kaum ulama, sesepuh dan tokoh adat. Rupanya, mereka kompak mendukung. Mereka antusiasme menyambut baik program Subling itu.
Kalangan Nahdiyyin dan Muhammadiyah justru berada di garda terdepan menyukseskan gerakan subling ini.
“Saya selalu meminta support dan doa dari ulama dalam menjalankan program ini. Bukan hanya dukungan, tapi ikut terjun langsung membantu kami. Saya minta NU terdepan dalam menggerakkan masyarakat,” ujar CE saat Peringatan Hari Lahir (Harlah) Nahdatul Ulama (NU) ke 96, Minggu 10 April 2019 lalu.
Dua tahun bergulir, Cek Endra mendapat julukan baru; Bapak Subuh Keliling.
“Ini program mulia. Apalagi dimotori seorang Bupati,” kata Haji Suhaimi, tokoh asal singkut sekaligus Ketua PW Muhammadiyah Provinsi Jambi itu.
Tokoh yang akrab disapa buya ini menyambut baik program Subling. Ia sempat kagek, kok ada Bupati nekat bangun subuh-subuh dan mengajak warganya solat berjamaah. Fenomena langka dan jarang ditemui.
Buya menilai, langkah ini banyak faedahnya. Bukan soal keimanan saja, tapi kehadiran Bupati ditengah masyarakat, pada subuh hari itu merupakan magnet tersendiri.
“Warga bisa langsung curhat terkait persoalan yang ada. Ini bagus sekali,” ujarnya.
Diakui Cek Endra, selain sarana menjalani kewajiban, program Subling sekaligus juga menjadi sarana menyerap aspirasi warga.
Selain itu, lewat Subling pula Cek Endra bisa menengok langsung infrastruktur warga desa. Masih layak kah atau tidak.
Di beberapa tempat, Cek Endra bahkan sampai menginap di rumah warga. Tidur beralaskan tikar dan sarapan pagi seadanya.
Dengan begitu, ia bisa mendapat saran dan masukan. Ia merasakan langsung kehidupan dan mendengar derita warga.
Seperti yang ia lakukan bersama pejuang subuh pada Subling ke 191 di Masjid Baitussalam, Desa Bukit Suban, Kecamatan Air Hitam pada 18 Juni 2019, kemarin.
“Saya bahagia bisa mendengar langsung curhat warga dan menyaksiakan infrastruktur desa. Sehingga tahu mana prioritas yang perlu di bagusin,” katanya.
Warga pun menyambut antusias dan berharap program ini berlangsung abadi.
Bahkan, muncul harapan, semoga program Subling yang digagas Cek Endra ini bisa diterapkan, tidak hanya di Sarolangun saja, tapi meluas di daerah lain di Provinsi Jambi. Semoga! (*)