DEWAN Pengurus Pusat Serikat Petani Indonesia (DPP SPI) memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke-90 dengan menggelar diskusi terarah tentang “Peran Pemuda dan Mahasiswa dalam Perjuangan Reforma Agraria dan Kedaulatan Pangan” di sekretariat DPP SPI, Jakarta Selatan, Selasa (31/10).
Dalam pembukaan sebelum diskusi, Ketua Departemen Pendidikan, Pemuda, Kesenian dan Budaya DPP SPI, Ali Fahmi menyampaikan, pemuda adalah penggerak dan tonggak masa depan. Hari ini dunia pertanian Indonesia dihadapakan pada permasalahan-permasalahan agraria, pangan dan krisis regenerasi petani.
“Pada peringatan Sumpah Pemuda kali ini, SPI mengajak agar para pemuda terus berjuang mewujudkan reforma agraria, membangun desa, tetap bertani, karena bertani berarti menyediakan pangan bagi masyarakat dunia, sekaligus menegakkan kedaulatan pangan,” papar Ali Fahmi dalam keterangan tertulis, Rabu (31/10).
Diskusi dimoderatori oleh Marlan Ifantri Lase dari Departemen Pendidikan, Pemuda, Kesenian dan Budaya DPP SPI dengan pemantik diskusi yakni Ketua DPW SPI Bengkulu, Henderman; Sekretaris Jenderal Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI), Hasbi Abdullah; Sekretaris Jenderal Forum Komunikasi dan Kerjasama Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia (FKK HIMAGRI), Benny Rivaldy; dan Ketua DPP Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI), Lazuardi Abdurrahman.
Sebagai pengatar, Marlan menyampaikan bahwa peringatan sumpah pemuda merupakan moment sangat penting bagi kaum muda, daya kritis anak muda dan mahasiswa harus mampu menyadari persoalan politik bukan merupakan persoalan mendasar bangsa dan rakyat Indonesia.
“Kesadaran pemuda harus mampu menyentuh persoalan dasar yaitu persoalan pangan dan monopoli sumber-sumber agraria,” ungkapnya.
Marlan menambahkan, menurut BPS, Indonesia pada tahun 2017 lalu telah menjadi rumah bagi 63,36 juta jiwa pemuda. Jumlah tersebut sudah lebih dari 10 kali lipat total penduduk Singapura (5,6 juta jiwa), dua kali lipat total penduduk Arab Saudi (32,9 juta jiwa), atau hampir setara dengan total penduduk Inggris (66,02 juta jiwa).
“Jumlah 63,36 juta jiwa pemuda merupakan sebuah kekuatan dan sekaligus ancaman bagi kemajuan bangsa,” ujar alumni Universitas Sumatera Utara ini.
Sekjen ISMPI Hasbi Abdullah dalam pemaparannya, membenarkan bahwa pemuda memang memiliki potensi yang harus dikonsolidasikan. Terutama dalam penyelesaian konflik agraria, yang memang menjadi masalah utama penghambat kedaulatan pangan diwujudkan.
“Patut menjadi perhatian utama kita, saat ini ekspansi korporasi dan pembangunan infrastruktur terus menggusur tanah-tanah petani yang menyulut konflik-konfik diberbagai daerah,” terang mahasiswa Univeristas Muhammadiyah Sukabumi ini.
Menurut Benny menambahkan, selain konflik agraria khususnya ketimpangan penguasaan dan kepemilikan tanah petani, masalah kedaulatan pangan juga berada pada segi budidaya tanaman.
“Alat dan faktor produksi petani kini semakin dikuasai korporasi, mulai dari tanah, benih, pupuk, pestisida, sampai kepada pasar,” tegas mahasiswa Universitas Sulatan Ageng Tirtayasa ini.
Hal ini juga dibenarkan oleh Ketua DPP POPMASEPI Lazuardi. Sebagai pemuda, solusi kongkrit mengurai masalah tersebut adalah mendesak pelaksanaan reforma agraria dan kedaulatan pangan segera.
“Di sisi yang sama kita terus membangun kampanye-kempanye perjuangan dan terjun langsung kepada petani untuk membangun koperasi sebagai jalan kesejahteraan petani,” ungkap mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman ini.njuk rasa
Ketua DPW SPI Bengkulu, Henderman menyambut baik semangat mahasiswa dan pemuda untuk bersama-sama dengan petani berjuang mewujudkan reforma agraria dan kedaulatan pangan.
“Setelah diskusi ini kami petani di desa-desa menunggu mahasiswa dan pemuda menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lanjutan untuk menghempang parampasan tanah petani dan mengakkan kedaulatan pangan,” terangnya. (*)
Sumber: RMOL